My Adsense

24 Jan 2009

Menanti Janji Obama



Setelah resmi dilantik menjadi presiden, dunia kini menunggu dengan tidak sabar Barack Obama mewujudkan janji-janji politik yang didengungkanya selama kampanye dan saat pidato pelantikanya. Pelantikan Obama tidak hanya menjadi perhatian rakyat AS, negara-negara di belahan dunia termasuk Indonesia juga antusias menantikan pelantikan presiden yang diharapkan dapat menghembuskan angin perubahan yang lebih baik.

Kita semua tentu memberikan apresiasi positif terhadap kemampuannya menarik mayoritas publik Amerika Serikat (AS) untuk memilih dia sebagai Presiden ke-44 AS. Tetapi lebih dari itu, ada segudang harapan terbeban di pundak pemimpin berusia 47 tahun yang merupakan Presiden AS dari kulit hitam pertama.

Apakah presiden terpilih Barack Obama akan benar-benar mampu mewujudkan janji-janji politiknya ?. Apalagi slogan dan tema yang sering diucapkanya adalah perubahan `change we can believe`. Akankah dia mampu membuat perubahan atas permasalahan pelik yang sedang dihadapi bangsa-bangsa dunia sekarang ini?.

Jika begitu, tidak ada waktu bagi Obama untuk bersantai-santai lagi. Karena tumpukan persoalan baik dari dalam negeri ataupun luar negeri menuntut untuk segera diselesaikan. Didalam negerinya sendiri, rakyat menanti Obama untuk menyelesaikan masalah krisis ekonomi yang bertambah parah, menekan angka pengangguran, masalah sosial masyarakat, pendidikan dan kesehatan bagi warga kurang mampu.

Dan secara global, harapan besar yang tersimpan dalam benak bangsa-bangsa di dunia ini, adalah semoga saja Obama lebih berperan dalam menciptakan perdamaian dunia dan mengubah wajah Amerika yang doyan perang menjadi lebih Humanis, mengedepankan toleransi, persamaan dan perdamaian.

Dan dari semua harapan yang telah disebutkan di atas, tentunya tidak bisa bertumpu pada Amerika saja. Untuk mengatasi seluruh persolan dan berharap akan adanya perubahan masa depan dunia yang lebih baik, adalah kesadaran bersama bangsa-bangsa di dunia. Hal tersebut dimaksudkan agar lebih ada rasa tanggung jawab terhadap konsekuensi yang akan diterima.

Kesimpulanya, jika berharap tatanan dunia Internasional akan membaik dengan naiknya Obama ke tampuk kekuasaan, merupakan hal yang sah-sah saja. Namun jangan hanya berharap terlalu tinggi, karena yang ada hanya kekecewaan jika keinginan tidak tercapai, apalagi tanpa melakukan sesuatu yang lebih berarti.

Kasih Ibu Sepanjang Masa





Kedua insan itu sungguh terhuyung-huyung dalam riak gelombang cinta. Tidak ada lagi kesadaran sepenuhnya, karena isi kepala mereka ikut menari, bergoyang tak tentu arah, menyesuaikan dengan arus yang juga semakin tak jelas, menghempaskan tubuh mereka ke segala arah. Akal tidak dapat lagi berpikir secara normal, karena terawang-awang bersama cinta yang memabukkan.

Gadis itu memang jelita, keanggunan parasnya nyaris dikatakan sempurna (jika 'cinta gila' masih mau meyakini yang dinamakan 'kesempurnaan' itu hanya milik Allah). Perihal itu yang menjadikan si Gadis merasa pantas untuk selalu bermanja, membebani pundak kekasihnya dengan berbagai pinta. Segalanya harus terkabulkan, sebagai syarat yang menguji kesungguhan hati sang kekasih. Bila memang tak ingin si gadis nan jelita pergi dan membuang rasa cintanya.

Apa hendak dikata, perasaan sayang si lelaki sebagai seorang kekasih memang begitu dalam. Keanggunan gadis itu memang telah meluluh lantakkan tiang kesadaranya. Apapun akan ditempuh agar dapat membahagiakan pujaan hati, ucapanya adalah kewajiban yang lekas dituruti.

Mengenai kekayaan, harta si lelaki memang tak berbilang. Berbahagialah gadisnya dengan segala kilau perhiasan yang diberi dan tersemat sebagai kadar pengukuhan diri. Apa lagi yang dicari, jika memang harta yang terpenting untuk memikat beribu gadis di bumi ini.

Tapi ternyata,…harta pun belum mencukupi. Sesungguhnya inilah misteri yang tersimpan di relung hati setiap wanita. Sulit ditebak, walau dibantu dengan nujum apapun. Mereka membutuhkan perhatian karena selalu dahaga akan kasih sayang. Jika terkadang harta menyilaukan dan terbit keinginan untuk memiliki, itu hanya karena tabiat 'mempercantik diri' yang takkan hilang oleh masa, karena bukankah kata 'cantik' hanya pantas disandang wanita.

Oleh karena itu, si gadis terus saja ingin menguji perasaan cinta sang kekasih. Kali ini dengan sebuah permintaan yang sangat luar biasa. Terhenyaklah si lelaki ketika mendengarkanya. Kelanjutan cintanya bukan hanya diuji, tetapi harus merelakan nuraninya terhempas jauh dalam pertarungan cinta di dunia.

"Maukah kau mempesembahkan jantung Ibumu kepadaku"

Cinta memang gila, yang dapat membutakan segalanya. Karena cinta, dunia serasa surga. Akan tetapi, berpikirkah para pecinta bahwa kiamat pun serasa dekat jika mereka salah mempersepsikan yang sejati.

Malam itu, di kala seluruh penghuni rumah sedang terlelap bersama mimpi. Si lelaki tersentak dari kelam tidurnya, permintaan pujaan hatinya terus saja bergelayut dalam kalbunya. Gejolak perasaanya telah bercampur baur, diaduk-aduk oleh emosi, cinta dan hati nurani. Siapakah yang akan memenangkan pertarungan segitiga ini ???.

Ternyata dia memang pecinta sejati, karena sanggup gila karena cinta. Masalah akal dan nurani akhirnya menjadi urutan yang jauh tertinggal, cintanya lah yang terdepan dan menjadi pemenang.

"Maafkan aku Ibu, karena lebih memilih dia. Di usia rentamu kini, aku rela kau pergi asal bukan dia yang meninggalkanku. Kau sudah seharusnya hidup dengan tenang. Jika tidak dapat kau raih bahagia di alam fana ini, mungkin patut di alam selanjutnya nanti. Aku adalah anak yang kau besarkan dengan limpahan kasih sayang, rasa cintaku juga besar terhadapmu. Tapi aku tetap hanyalah seorang anak, yang tak kan mampu sebanding membalas cintamu. "Maafkanlah aku Ibu…"

Kilatan belati tajam telah menghujam dada wanita renta itu, ketika tak tersadar dalam lelap yang belum terjaga. "Kadang cinta memang tak bernurani". Rintihan dan derai air mata hanyalah sesal yang percuma, karena nyawa telah diregang dan kemudian dia pergi seakan tak terjadi apapun.

Pikiran gila telah membuat si lelaki girang dengan baju bersimbah darah. Langkah kaki dipercepat, berlari, dan tak pedulikan terjal belantara. Seperti juga tidak perduli, banyak langkah derita yang membuat kaki ibu bernanah demi kehidupan anaknya hingga dewasa, berakal dan menemukan cinta dan dunianya sendiri.

Dia terus saja berlari bertambah kencang, niat yang menggebu untuk bertemu sang pujaan hati.
" Lihatlah kekasih, telah kupenuhi pintamu. Telah kubuktikan kesungguhan cintaku ".

Cinta tak berakal tentu tak mempunyai mata hati, cinta yang buta, dapat membuat terjerembab. Seperti si lelaki yang tak melihat aral dihadangnya. Dia terjatuh dengan naas, berguling ke arah curam, kepalanya terbentur sebatang pohon kokoh, kemudian berujung pada sebuah batu besar. Kali ini, darah segar yang mengalir dari tubuhnya sendiri.

Penglihatanya sayu menahan sakit raga yang tidak terkira. Kemanakah perginya kegirangan 'gila', yang kini berganti dengan situasi yang hampir saja turut mengambil sisa nyawanya. Di tengah penglihatan yang semakin kabur, teronggok daging itu di hadapanya. "Jantung Sang Bunda". Dia coba menggeliat untuk meraihnya, masih saja tersisa niat 'gila' itu. Tapi tidak sebanding dengan upaya yang bisa dilakukanya kini. Seluruh badanya telah lemah tak berdaya, lebih tragis karena kedua tangan dan kakinya patah.

Di dalam situasi seperti itu, terdengar bisikan lirih. Entah darimana suara itu. Dia berusaha meyakinkan pendengaran sebisanya. Ternyata suara itu berasal dari seonggok daging di hadapanya, "Tidak Mungkin"…tapi 'jantung' itu benar bersuara…
"Apakah kau terluka Nak"…

Kasih Ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang jalan…

17 Jan 2009

Jalur Gaza


Jalur Gaza adalah sebuah daerah kecil di sebelah barat daya Israel. Awalnya daerah ini diduduki Mesir, kemudian ditaklukkan Israel. Dan permasalahan jalur Gaza sampai detik ini belum selesai, bahkan tambah membara. Bagaimanakah cara yang tepat untuk mengembalikan aturan yang sebenarnya sehingga kedamaian kembali menghijau di jalur Gaza dan sekitarnya?. Itulah yang menjadi pertanyaan utama dalam tulisan ini.

Menurut penulis, bagaimana semua itu dapat tercapai bila diantara kedua belah pihak yang bertikai tetap saja menggelorakan permusuhan. Seperti berita yang sedang gencarnya dikabarkan media, bahwa Israel terus saja melakukan penyerangan dengan membombardir jalur Gaza. Sedangkan dari sisi yang berlawanan, Hamas tetap menciptakan neraka bagi pasukan Israel yang masuk ke wilayahnya di Jalur Gaya.

Adakah pihak-pihak yang bertikai itu memahami bahwa tindakan mereka itu harus tetap beradab, karena walaupun terdengar aneh, ternyata perang pun punya aturan main sendiri, dan bagi pihak yang melanggarnya akan dianggap sebagai penjahat perang.

Secara umum aturan perang mencakup beberapa ketentuan yaitu, perlindungan terhadap semua orang yang tidak terlibat dalam perang, tempat-tempat yang tidak boleh diserang seperti pemukiman penduduk sipil, anak-anak dan kaum ibu, rumah sakit, tempat ibadah, PMI, jurnalis.dan pelarangan penggunaan senjata dan metode perang yang tidak dapat dikendalikan.

Tapi dalam kenyataanya, Israel telah membombardir rumah sakit anak bahkan orang-orang yang sedang menunaikan ibadah magrib di masjid sebelah utara jalur Gaza, bukankah tindakan tidak beradab tersebut telah jelas merupakan kejahatan perang. Dan berdasarkan sejarah pertikaian ini, telah diketahui negara mana yang menjadi agresor penyebab pertikaian, siapa yang menjajah dan siapa yang ditindas.

Adapun penjajahan, merupakan pelanggaran terhadap Hukum Internasional yang tidak membenarkan adanya perolehan wilayah dengan melakukan kekerasan bersenjata. Oleh karena itu, di samping telah menjadi penjahat perang, Israel juga telah melakukan pelanggaran terhadap Hukum Internasional.

Yang paling tertindas dari peperangan ini adalah masyarakat sipil jalur Gaza. Sebelumnya, mereka sudah cukup sabar dan menderita untuk bertempat tinggal di sisa tanah Palestina yang tandus, suasana rumah-rumah di kota ini kumuh dan saling berdempetan karena Gaza menjadi konsentrasi padat penduduk Palestina yang sudah tidak mempunyai wilayah luas lagi. Jika begitu, kesan semrawut memang lebih tepat untuk menjelaskan suasana itu. Dan sekarang, daerah miskin dan sulit ini semakin menderita karena tekanan militer Israel.

Seluruh bangsa yang masih perduli perdamaian di dunia ini, menyerukan Israel dan kelompok pejuang Palestina, Hamas untuk segera menyepakati gencatan senjata. Hal itulah yang menjadi saran terbaik untuk membahas situasi di Jalur Gaza. Juga diserukan dibukanya akses bagi bantuan humaniter untuk warga Palestina di Jalur Gaza. Semoga perdamaian sesungguhnya dapat tercipta di muka bumi ini.

Hafalan Shalat Delisa


Aku sudah sering menitikan air mata ketika membaca berbagai cerita yang mengguratkan kisah berkesan di relung hati. Entah itu kisah bertemakan roman ataupun alur yang menggelayutkan pilu di hati. Tapi aku memberikan penilaian yang lain untuk novel “ Hafalan Shalat Delisa ”. Secara umum, ketika aku selesai membaca kisah ini, tergugahnya perasaanku mungkin bisa diwakilkan secara lisan dan sempurna melalui pendapat orang lain yang sudah terkenal dalam dunia sastra.

Seperti Habiburahman El Shirazy yang memandang bahwa kisah ini ditulis dalam kesadaran beribadah. Novel ini mengajak kita mencintai kehidupan, kematian, mencintai anugerah dan musibah, dan yang tidak kalah penting adalah mencintai hidayah.

Sungguhlah tepat, jika pendapat penulis ternama diatas, dikatakan sudah cukup mendeskripsikan makna yang dipetik setelah membaca novel “Hafalan Shalat Delisa”. Akan tetapi, tidak ada salahnya ika saya mencoba menilai kisah ini berdasarkan ‘rasa’ yang terasa sendiri ketika membaca. Karena bukankah kita harus mempercayai resensi sebuah novel , hanya setelah kita membaca tuntas isi novel tersebut.

Novel ini, menggiring aku ke masa kecil ku dulu. Kenangan indah, detik-detik kebersamaan dalam keluarga yang kucintai. Jika Novel “Hafalan Shalat Delisa” menceritakan sebuah keluarga yang hidup secara sederhana, penuh kebahagiaan dan sarat akan nilai Islami, seperti itu pula yang kuingat tentang keluargaku.

Dalam kisah ini, aku membayangkan sisi kehidupan dan kharakter sosok Delisa yang sangat mirip dengan adik bungsuku. Dia adalah peri kecil yang pandai dan rupawan, selalu menjadi sumber keceriaan dalam keluarga kami. Sifat ingin tahu diiringi pertanyaan manja Delisa, mengingatkan aku kembali kepada adikku yang kadang sering membuat aku kelimpungan untuk menjawab segala pertanyaanya.

Delisa rajin mengaji, mengingatkan masa kecil ku bersama teman seperjuangan di kota itu, yang lebih banyak menghabiskan waktu bermain kami dengan berada di surau, serta mengingatkan aku pada kegiatan mengantarkan adikku untuk pergi mengaji. Layaknya sikap seorang kakak yang mencoba bijak dengan keinginan tulus, agar adiknya dapat mengerti dan mencintai Islam.

Orang-orang yang paling kucintai di dunia ini lah yang menjadi bayangan kenangan ketika membaca Novel “Hafalan Shalat Delisa”, karena aku yang jauh disini begitu menyimpan kerinduan yang menggebu-gebu terhadap rumah, keluarga dan Adik ku.

Mungkin persepsiku ini masih terkesan sensitife dan terlalu sederhana untuk mengungkapkan semuanya, dinilai terlalu menggelayut dalam bayangan sosok orang-orang yang kusayangi, seperti keluarga dan adik ku. Sehingga terkesan memaksakan diri untuk terbawa pilu, padahal aku baru membaca beberapa lembar awalnya saja.

Untuk itu, terus saja kubaca lembaran-lembaran selanjutnya dari kisah ini, aku ingin tahu ada cerita apa lagi yang masih tersembunyi. Awalnya, aku memang telah tertarik dan yakin novel ini memang bermakna.

Dan sekarang, ternyata memang benar, alur cerita ini terus saja membawa aku ke dalam bayangan tentang rasa kasih sayang yang semakin dalam terhadap orang sekelilingku, bukan lagi hanya keluarga dan Adik ku, tetapi yang terutama pada Islam, kehidupan dan kalian semua yang bernyawa. Karena kisah ini bukan hanya beralur cerita tentang kesederhanaan dan kekeluargaan, melainkan juga menemukan arti hidup setelah memahami keEsaan Ilahi, diiringi kesabaran menerima cobaan walaupun derita bagai kiamat yang meluluhlantakkan.

Awalnya yang membuat aku benar-benar terhanyut dalam perasaan kenangan kasih sayang adalah ketika Delisa mengucapkan “Delisa sayang Umi karena Allah”. Ya Allah, kalimat itu sungguh indah. Kalimat itu yang membuat hatiku meleleh dan melebur seketika dalam perasaan cintaku kepada Ibu.

Apakah kalimat itu terlalu indah, sehingga sampai detik ini pun aku belum pernah mengucapkan kalimat itu ke Ibu. Walaupun aku tahu, itu tak kan mengurangi setitik pun rasa cinta Ibu kepada diriku. Tapi, apa susahnya untuk mengucapkan secara langsung kalimat itu pada ibu ?. Bukankah dengan mengatakanya langsung, setidaknya dapat melepaskan rasa hina ku karena limpahan dosa yang sudah kuperbuat terhadap Ibu?.

Dengan berkata langung disertai niat yang tulus, sesungguhnya adalah perjanjian untuk terus membahagiakan Ibu, tidak akan mengulangi dosa yang menyakiti perasaan Ibu. Kata indah itu, tidak hanya harus direnungi oleh diriku, tetapi juga kalian, saudara-saudariku yang dilahirkan dari rahim suci Ibu.

Delisa mungil, begitu antusias dan berusaha agar dapat menghafal bacaan shalat. Dengan usia sekecil itu, dia sudah diberi hidayah untuk mencintai Allah melalui Islam. Sedangkan kita dengan usia yang telah kita lalui, bukanya susah untuk menghafal, bahkan ada yang sangat menghafal, tapi sengaja untuk melupakan shalat.

Seandainya kita mau berpikir, Allah maha memberi kemudahan pada setiap hambanya dalam beribadah dan menjalankan Islam. “Shalatlah “! Kalian tetap bisa shalat meski tak mengerti bacaanya, meski tak tahu bacaanya. Allah lebih dari mengerti, maha mendengarkan, maha melihat. Allah-lah yang menciptakan bahasa-bahasa, bagaimana mungkin ia akan kesulitan untuk mengerti “.

Kemudian, aku terus saja terbawa arus yang berputar dalam alur kisah. Hingga sampailah pada tahap dimana ketentraman dalam keluarga Delisa hancur, keceriaan yang dinaungi ketulusan dalam beribadah diluluhlantakkan oleh bencana Tsunami. Menjadi cikal bakal penemuan makna hidup yang akan dikisahkan dalam novel ini. Adalah keceriaan, kesabaran dan keteguhan hati Delisa dan tokoh-tokoh lain yang ada dalam cerita, menjadi makna sebuah cerita yang hampir sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah. Dan cerita ini akan menuju pada makna pencarian akan arti hidup sebenarnya yang dilandasi Islam sebagai agama sebenarnya.

Kalian hanya akan tergugah seperti atau bahkan bisa lebih dari saya, setelah membaca novel “Hafalan Shalat Delisa”. Tapi, karena hanya ingin menulis, saya coba guratkan makna-makna yang terkandung dalam novel ini. Lewat berbagai kata tanya penulis terhadap Allah, dikarenakan jiwa yang semakin dekat akan kehadiranya….

Untaian pertanyaan suci karena Delisa



Ya Allah, apakah itu benar-benar pertandaMu yang nyata. Apakah kau sungguh-sungguh akan menolak sujud sempurna dari Delisa ?. Ini pertanyaan ku yang pertama.

Ya Allah, lihatlah ! Gadis kecil itu sungguh ingin sujud kepadaMu, sungguh hanya ingin sujud kepadaMu dengan sempurna untuk pertama kalinya. Tetapi, sekarang ini tak bisa melakukanya. Ya Allah, bukankah banyak sekali orang-orang jahat, orang-orang munafik, orang-orang fasik yang bisa semaunya melakukan hal-hal buruk di dunia ini. Engkau sungguh tak menghalanginya ! Tetapi Delisa ! Ya Allah, Delisa justru hendak sujud kepadaMu, kenapa kau membuatnya pingsan sebelum ia sempat melakukanya, aku bertanya…aku butuh penjelasan.

Seribu malaikat bertasbih, seribu malaikat mengukung langit Nhok Nga (Aceh), turun menatap semua itu, dan mereka tidak melakukan apa-apa !

Ya Allah, padahal banyak sekali manusia yang katanya mahkluk terbaik ciptaanmu, bahkan memiliki berjuta bilah papan. Tapi lihatlah, mereka yang waktu itu terhanyut tsunami dan mencoba menyelamatkan diri, ada yang hanya punya sebilah papan, bergantung pada sebilah nyawa yang akan diselamatkan.

Seribu malaikat mengukung langit Lhok Nga, memuji namaMu. Ya Allah, menyebut asmamu, tak pernah seperti itu semenjak raja Aceh dahulu turun dari tahtanya, meninggalkan seluruh kenikmatan dunia demi berbagi di kerajaan Samudra Pasai. Seribu Malaikat mengucapkan salam.

Ya Allah, bahkan anak-anak kecil dari belahan dunia lain tahu apa yang mereka lakukan. Bahkan mereka tahu ikut merasakan, berbagi. Ya Allah, sungguh ada banyak sekali orang-orang yang bahkan tidak tahu buat apa mereka hidup di duia ini, tidak tahu Kau akan bertanya banyak kelak di ujung pengadilan. Tidak tahu akan diminta seluruh pertanggung jawaban kelak. Tidak tahu semuanya pasti mendapatkan balas walau setitik dzarah.

Ya Allah, lihatlah ! Delisa baru 6 tahun, bahkan belum mengerti makna kematian, derita. Banyak sekali ciptaan di dunia yang sungguh bermewah-mewah dengan hidup. Lupa dengan kematian, padahal mereka mengerti. Menciptakan berjuta penderitaan bagi orang lain, padahal mereka memahami. Tetapi, mengapa Delisa yang harus menyaksikan semuanya. Mengapa harus melalui mata hijaunya yang bening kami harus mengerti Ayat-ayat Mu. Aku tak mengerti…

Ya Allah, bahkan banyak sekali orang yang lalai, fasik, munafik, jahat, yang tak pernah lupa atas rencana jahat mereka. Tidak pernah terlupakan. Bagaimana Delisa yang hendak Shalat padamu ? Delisa yang dalam badan menggenaskan, ingin Shalat padaMu dengan sempurna, dan Kau buat ia lupa. Bagaimana kalau esok, lusa ia tidak sempat menyetor bacaan itu ?.

Ketika Delisa kelu menyadari fakta itu, dia terjebak kebingungan, seribu malaikat sedang menyiapkan istana indah untuknya di surga, terukir namanya dengan huruf besar di pigura depan “Alisa Delisa”.

Bahkan perbuatan terbaik tak pernah membuat celah kaku wajahku bercahaya, apakah hati ini begitu kotornya ?. Apakah tak ada sisa kebaikan yang ada di hati ini agar bisa menyinari jalan kebaikan bagi orang lain. Apakah semuanya tinggal bongkah daging hitam kelam?. Tanpa perasaan lagi…

Ya Allah, bahkan wajahku tak pernah sedikitpun menginspirasikan orang lain untuk berbuat baik, untuk berubah. Tapi istana itu semakin mudah buat Delisa, karena orang asing itu dapat memeluk Islam hanya ketika melihat wajah teduhnya, setelah menyelamatkan Delisa yang hampir hilang tertelan Tsunami.

Semua kesedihan ini bahkan cukup untuk membuat bagaimana perang paling perkasa pun tertunduk menangis. Sayangnya, ketahuilah wahai penduduk bumi, kesedihan tidak mengenal derajat kehidupan, tidak pernah berbelas kasih dengan standar kehidupan. Kesedihan hanya mengenal ukuran yang Engkau sampaikan lewat Ayat-ayatMu. Kesedihan seorang sungguh sekerasnya kegembiraan baginya, yang boleh jadi hakikatnya kesedihan terbesar baginya. Hanya untuk orang-orang berpikir…

Maha Suci Engkau Ya Allah, yang telah menciptakan perasaan. Maha besar Engkau Ya Allah, yang telah menciptakan ada dan tiada. Hidup ini adalah penghambaan. Tarian penghambaan yang sempurna, tak ada milik dan pemilik selain Engkau. Tak punya dan mempunyai selain Engkau.

Tetapi, mengapa engkau harus menciptakan perasaan ? Mengapa kau harus memasukan bongkah yang disebut dengan “perasaan” itu pada mahkluk ciptaanya ?. Perasaan kehilangan, memiliki, mencintai…

Kami tak melihat, kau berikan mata. Kami tak mendengar, kau beri telinga. Kami tak bergerak, kau beri kaki. Kau berikan berpuluh-puluh nikmat lainya. Jelas sekali, semuanya berguna ! Tetapi mengapa kau harus menciptakan bongkah itu ? mengapa kau letakkan bongkah perasaan yang seringkali menjadi penghianat sejati dalam diriku.

Engkaulah alasan semua kehidupan ini. Engkaulah penjelasan atas semua kehidupan ini. Perasaan itu datang dariMu, dan akan kembali padaMu. Kami hanya menerima titipan dan semua itu sungguh karenaMu.

Katakanlah wahai semua pencinta di dunia. Katakanlah ikrar cinta itu hanya karenaNya. Katakanlah semua getar rasa itu hanya karena Allah. Dan semoga Allah yang maha mencinta yang menciptakan dunia dan kasih sayang mengajarkan kita tentang cinta sejati.

Semoga Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk merasakan hakikatnya. Semoga Allah sungguh memberi kesempatan pada kita untuk memandang wajahNya. Wajah yang akan membuat semua cinta dunia layu, bagai kecambah yang tidak pernah tumbuh. Layu bagai api yang tidak pernah panas membakar. Layu bagai sebongkah es yang tidak membeku.

Tetapi Ya Allah, Delisa baru 6 tahun, kanak-kanak yang seharusnya diisi dengan hari-hari bermain. Bukan masa untuk bertanya, pertanyaan yang entah kapan akan mampu menjawabnya. Jikapun ada jawaban entah kapan ia memahaminya, jikapun menerimanya, entah kapan…

Engkau langsung menghukumnya. Delisa langsung “direndam” dalam panasnya bara pengampunan. Entahlah ! Baik atau tidak bagi Delisa. Sedangkan banyak sekali orang-orang jahat yang kau tunda penghukumanya. Orang-orang jahat yang kau biarkan tertawa, bahkan kau berikan jalan untuk dengan mudah melanjutkan bejat perangai mereka. Tengik prilakunya, kau berikan jalan agar apa yang mereka lakukan malah terlihat baik di mata dunia.

Ukuran kehidupan yang kami ciptakan memang keterlaluan sekali Ya Allah. Kami malu jika berjalan ke tempat umum tanpa alas kaki. Padahal apa salahnya ? kami justru tidak malu kalau berdusta, kami tidak malu setelah melakukan maksiat.
Ukuran pemahaman yang kami buat memang keterlaluan sekali Ya Allah. Kami takut tidak memiliki harta, cemas bila esok tiada harapan menambah pundi, sementara teman kami sudah sedemikian menterengnya. Padahal apa salahnya ? kami justru tidak malu membenarkan hal hal yang keliru. Kami lupa, kalau peraturan manusia bilang demikian, apa lantas peraturanMu bilang sama ?. Kami lupa, ukuran yang benar adalah ukuranMu, bukan ukuran yang sengaja kami ciptakan untuk menelikungMu, bukan pemufakatan yang kami lakukan untuk membuat peraturan tersebut.

Bagaimana kah jadinya andai Delisa tidak terselamatkan ?. Ya Allah, apakah hukuman untuk pembangkanganya ? Bukankah banyak mahkluk ciptaanMu yang sepanjang hidup tak pernah nurut AyatMu, tidak pernah melakukan kebaikan, tetapi kau biarkan mereka hidup dalam kenikmatan.

Bukankah banyak sekali hambamu yang culas, durhaka zalim. Sepanjang hidupnya begitu. Tak pernah Kau Hukum. Dan ketika penghujung hidupnya mereka sedetik saja insyaf dan bertobat, seketika Kau maafkan.

Ya Allah, bukankah Delisa sebaliknya. Di penghujung semua kebaikanya, ia
hanya sekali membangkang. Dan langsung Kau hukum. Bagaimana mungkin berguguran semua kebaikanya.

Ya Allah, kami bodoh tidak mengerti apa takdirMu. Lantas apa pembangkangan jika kami berkata tidak ! apakah salah jika Delisa juga berkata tidak ? kaulah yang menciptakan bongkah perasaan itu dan kami lemah untuk memahami berbagai perasaan tersebut, teramat lmah. Bantulah kami.

Bahkan nabi-nabi dan orang-orang terbaik pilihanmu pun sering bertanya, meminta penjelasan dan pemahaman. Mereka adalah orang yang istiqamah, orang yang mampu membersihkan hati dari bercak kemunafikan.

Sedangkan hamba jauh dari memadai untuk bertanya. Tapi, terimalah berbagai pertanyaan, pengaduan, keluh kesah ini. Ampunkan jika tidak pantas. Dan semoga dengan itu hamba bisa berkesempatan mendapatkan remah-remah penjelasan. Dan semoga dengan itu hamba bisa ikut merasakan sisa pemahaman.

Sungguh hamba rindu dengan tingkatan yang lebih tinggi. Meski hati hamba masih mendua, takut, dengan harga dunia yang harus dibayar atas tingkatan tersebut.

Aku cemburu ketika meresapi keanggunan kisah ini. Gadis kesil itu baru 6 tahun. Tak mengerti kehidupan, tak paham kematian. Umurku saat ini 23 tahun. Bergelimang bangga dengan berbagai ilmu yang hanya secuil makna. Beserta pemahaman yang dangkal. Kenapa masih saja aku bangga dengan hal semu itu.

Setelah sekian lama, tak pernah kudapatkan hakikat penjelasan itu Ya Allah ?. Sementara Delisa, kau beri kesempatan yang luar biasa. Apa kah hati ini terlalu kotor, munafik, terlalu dangkal untuk menangkap penjelasanMu. Semua penjelasanMu yang tergurat di bumi, terlukis di langit, apakah hatiku lemah untuk mengerti ?.

Bahkan setelah sekian lama, hati ini masih kaya bertanya, apa arti kehidupan ? apa makan kematian ?. Dan mulai kutemukan sedikit pemahaman berarti setelah membaca novel ini. Terimakasih “Delisa”.

13 Jan 2009

Resolusi Agresi Israel dengan Palestina



Resolusi adalah kata serapan dari bahasa asing “Resolution”, pengertianya menurut bahasa Indonesia adalah keputusan mengenai suatu pendapat yang berupa tuntutan dan ditetapkan melalui musyawarah (sidang), biasanya tuntutan tersebut berupa pernyataan yang tertulis. Jadi dalam pengertian ini, resolusi adalah penegasan tuntutan kepada pihak lain yang diputuskan oleh kewenangan banyak pihak.

Terkait judul di atas, pembahasan Resolusi ini berhubungan dengan permasalahan pelik yang sudah lama menjadi isu Internasional. Konflik Israel-Palestina, bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana. Pertikaian ini terdorong oleh berbagai unsur perbedaan pandangan yang menjadi aspek penyebabnya, seperti masalah agama atau perebutan teritorial. Yang jika dirunut ke belakang, akan menghadirkan latar belakang sejarah yang rumit dan kompleks.

Sudah menjadi kewajaran bagi negara yang menjunjung tinggi HAM untuk bersimpati terhadap bangsa yang tertindas, seiring dengan sikap antipati terhadap pihak yang sering menggunakan kekuatan untuk menindas dan menjajah. Dari hal itu, pertikaian Israel-Palestina harus diusahakan untuk tidak terus berkobar, karena selain banyak mengorbankan nyawa manusia, juga telah menghancurkan tatanan peradaban dan infrastruktur yang telah dibangun oleh suatu bangsa.

Dampaknya bukan hanya terhadap masyarakat dalam negara yang sedang bertikai tetapi juga masyarakat dunia, karena bukankah tidak ada suatu bangsa di dunia ini yang ingin dijajah atau ditindas ?. Untuk itu, patutlah menjadi pertanyaan, jika ada persekutuan antara beberapa Negara untuk menindas atau menjajah bangsa lain.

Resolusi diharapkan dapat menjadi upaya perdamaian terhadap pertikaian yang sedang terjadi. Dan untuk menjamin tercapainya suatu resolusi, harus didukung ketegasan dan tekanan agar resolusi tersebut dituruti. Dari hal itu, sudah dapat diketahui bahwa pihak yang paling berperan dalam memberikan Resolusi adalah lembaga perdamaian dunia (PBB), karena di dalamnya beranggotakan negara-negara yang memiliki wewenang dalam mengupayakan perdamaian di dunia.

Akan tetapi, mengapa meskipun PBB telah mengeluarkan Resolusi Nomor 1701 tentang gencatan senjata, pertikaian Israel-Palestina tetap saja masih terjadi ?. Menurut saya, Resolusi yang diberikan PBB sama sekali belum menyentuh permasalahan yang sedang terjadi. Karena jika Resolusi tersebut untuk mengatasi masalah pertikaian antara Israel-Palestina, seharusnya gencatan senjata ditujukan kepada Israel-Palestina. Tetapi dalam kenyataanya, resolusi tersebut malah ditujukan kepada pertikaian antara Israel-Libanon. Meskipun Resolusi memang menghentikan serangan ke Libanon, tapi pada saat yang bersamaan Israel malah meningkatkan serangan militernya ke Palestina.

Selain itu, jika ingin membahas resolusi-resolusi yang pernah dikeluarkan oleh PBB terhadap Israel, dunia internasional tidak dapat terlalu optimistis. Karena sejauh ini, Israel sering melanggar resolusi-resolusi yang dikeluarkan PBB.

Peperangan dan penjajahan tidak dapat dipungkiri merupakan suatu bencana bagi bangsa yang tertindas. Apa jadinya, bila negera-negara yang tergabung dalam lembaga perdamaian dunia tidak menghiraukan permasalahan yang menyulut peperangan, apalagi sampai terjadi konspirasi untuk membela suatu Negara yang dianggap menguntungkan. Untuk membuktikanya, masyarakat dunia hanya bisa menilai sejauh mana ketegasan dan tekanan resolusi yang diberikan lembaga perdamaian dunia, disertai kenyataan dalam penerapanya.

Filosofi kupu-kupu



Berdasarkan pengetahuan ku yang hanya sekedar, aku hanya dapat mengartikan mahkluk ini sebagai hewan yang keunikan utamanya terlihat dari “Metaformosis” , merupakan tahapan proses rumit kehidupanya sebelum menjadi kupu-kupu utuh. Selebihnya, aku hanya dapat membayangkan kupu-kupu dalam perputaran imajinasi yang tak jelas arah. Mungkin saja, Malaikat dan peri-peri cantik di khayangan sana memiliki sepasang sayap, seperti sepasang sayap yang dimiliki kupu-kupu, ah…tidak ada yang dapat memastikanya.

Dengan keanekaragaman bentuk dan sepasang sayapnya, kupu-kupu kunilai sebagai mahkluk kecil yang cantik, dianugerahkan sebagai mahkluk bebas yang dapat terbang sesuka hati, seenaknya hinggap dan menghisap sari manis berbagai bunga demi kelangsungan hidupnya.

Aku pun menyukai kebebasan, menuruti kata hati dan terkadang seenaknya…seperti semboyan yang kerap digandrungi komunitas anak negeri, pemuja grup band SLANK. Sebuah kelompok musik yang juga terinspirasi dari kupu-kupu untuk membuat logo band mereka .

Namun, dalam tulisan ini ada sebuah kisah yang ingin kuceritakan. Waktu itu aku menemukan kisah ini tertoreh di lembaran kertas usang, mungkin tercabik dari kumpulan lembaran-lembaran lain yang awalnya sebuah buku. Sungguh, kisah ini cukup menggugah hati.

Seorang lelaki menemukan kepompong, cikal bakal dari kupu-kupu. Kemudian sampailah pada suatu saat ketika dia melihat munculnya lubang kecil pada kepompong itu. Lelaki itu, kemudian duduk dan mengamati kupu-kupu dalam beberapa waktu yang cukup lama, melihat kupu-kupu berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu.

Akhirnya, kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan, si kupu-kupu telah berusaha semampunya dan dia tidak dapat berusaha lebih jauh lagi. Lelaki itu pun memutuskan untuk membantunya, dengan mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu.

Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayap mengkerut. Terus saja si lelaki mengamatinya karena berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yang mungkin akan berkembang seiring waktu. Semuanya tak pernah terjadi. Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang.

Ehm…cerita yang cukup menggugah bukan?. Tapi, kisah di atas belum mencapai makna yang akan tersampaikan dari cerita ini. Yang sebelumnya, aku sendiri tidak mendapatkan makna apapun sehabis membacanya.

Tapi setelah lebih banyak mencari tahu, akhirnya aku mengerti bahwa dari cerita tersebut terpetik sesuatu dari kebaikan dan ketergesaan si lelaki. Adalah bahwa, dia salah berpikir dan menganggap kepompong yang menghambat perjuangan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil. Kenapa dia tidak berpikir atau mungkin memang dia tidak tahu bahwa hal itu adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu ke dalam sayap-sayapnya, sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut….

Yang kemudian dari cerita itu akhirnya terbit suatu pemahaman berarti dalam benak ku, bisa juga untuk kalian yang juga membaca kisah ini.

Kadang-kadang perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu mungkin melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya kita mampu, atau tidak pernah dapat terbang seperti kupu-kupu yang bebas melanglang buana ke segala tempat. Tapi, kita punya usaha yang dapat membuat kita bertahan hidup.

Yang terpenting adalah permohononan sepenuh hati kita kepada Ilahi, agar jika memberikan kesulitan-kesulitan, dapat membuat kita kuat. Memohon KebijakanNya agar memberi persoalan yang dapat diselesaikan, memohon Kemakmuran padaNya dengan memberikan otak dan tenaga untuk bekerja, memohon Keteguhan hati ketika kita sedang menghadapi mara bahaya agar dapat diatasi.

Saya memohon Cinta dan saya yakin jika Allah memberi saya orang-orang yang salah, agar saya dapat menemukan orang yang benar nantinya. Saya memohon Kemurahan, kebaikan hati dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan. Saya tidak memperoleh yang saya inginkan, tetapi saya mendapatkan segala yang saya butuhkan.

Renungkanlah itu wahai sobat, walau hanya dari kisah seekor “kupu-kupu” kecil, kita sudah dapat menemukan arti kehidupan. Patutlah membuat kita bersyukur karena tercipta sebagai Insan mulia yang dianugerahi Iman, akal dan usaha. Segalanya tergantung dari daya nalar kita untuk menghayati anugerah yang diberikan itu.

Cintrong




Cinta ?! Cinta?...
Katanya sejuta rasa dan warnanya, sering teragungkan di lembar-lembar kisah roman manusia. Sang Gibran pun lelah memaknainya dalam seribu satu syair bunga cinta, bahkan Shakespeare kehilangan hakikinya dalam pseudo-dramatic adegan sandiwara Tetapi cinta pun sering berakhir dalam benaman piciknya ruang makna

Kenapa ?!

Menurutku karena kini, cinta hanya jadi dongeng peraduan sepasang jiwa muda, cintapun sekedar jadi romantika dua hati yang bergejolak menahan rasa, bahkan parahnya lagi cuma jadi cumbu rayu manja yang mengatas namakan cinta

Sesungguhnya, betapa bermaknanya Cinta ?

Adalah ketika Rasul tercinta dalam detik-detik kematian, terucap kata bijak yang menyentuh kalbu peradaban. Dia berseru…Ummatku? ummatku? Dan matanya pun terpejam diiringi derai kesedihan seluruh zaman
Adalah ketika seorang manusia baru terlahir dari rahim ibunya, setitik air susu mengalir dengan ikhlas menebus dahaga, sepasang mata tak mampu terpejam meninabobokan sayangnya, sang ayah basah keringat mengumpulkan nafkah demi anaknya
Adalah ketika setetes darah jatuh ke bumi membayar harga nyawa manusia, airmata membasahi sudut mata menyerahkan pengorbanan lelah dan takut terusir oleh harapan akan pulang ke alam kekal nanti. Keberanian bergetar bersama cinta dan keridhaan sementara nyawa pun diregang di tepian ranjang kematian
Adalah ketika Sang Raja Semesta menebar kasih sayangnya ke penjuru langit dan bumi. Dia berujar…kau manusia, tetap diberi-Nya meski kau mengingkari. Kau manusia, tetap dikasih-sayangi-Nya meski riak lakumu tak berbudi. Kau manusia, tetap dilindungi-Nya meski kau tak mengabdi. Kau manusia, tetap dicintai-Nya meski kau tak mencintai. Kau manusia, tetap diperhatikan-Nya meski kau tak peduli. Kau manusia, tetap diharapkan-Nya meski kau maksiyat berkali-kali Dan dalam takdirnya, kau tetap menjadi manusia sejati

Niscaya bumi takkan menjadi dunia tanpa ada cinta. Walau cinta begitu picik diwakili oleh seuntai kosa kata usang dalam bait-bait syair manja dan skenario melodrama yang justru tak pernah mewakili sejuta rasa cinta

"Katakanlah, 'Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu peroleh, perniagaan yang kamu khawatir merugi dan tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya?Dan Allah tidak menunjuki kaum yang fasik.'"

Detak hari pilu, 2009
pemuja cinta, pembenci Valentine,
Maldalias

Arti Cinta


Buat apa aku tertarik kepada seorang wanita karena parasnya, jika keelokan parasnya itu dapat menyesatkan ku nantinya. Apalagi seandainya aku hanya tertarik kepada kekayaannya, bukankah kekayaan itu dapat musnah.

Ehm,…akhirnya kesimpulanku jatuh pada penalaran bahwa yang paling baik bagi ku adalah tertarik kepada wanita yang dapat membuatku tersenyum, karena memang hanya senyum yang dapat membuat hari-hari gelap ku menjadi cerah. Semoga aku menemukan wanita seperti itu.

Suatu saat nanti akan ada juga tahap dalam kehidupanku, ketika aku sangat merindukan seseorang pujaan hati, sehingga ingin sekali menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata. Semoga saja aku tidak hanya selalu bermimpi…

Tapi, jika pun harus diawali dengan mimpi, akan ku utamakan mimpi tentang apa yang selalu menari dalam imajinasiku. Pergi ke tempat-tempat yang ingin kusinggahi. Menjadi manusia seperti yang ku harapkan, karena aku hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin ku lakukan.

Ya Tuhan Ku,…semoga aku mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuat ku baik hati, cobaan yang cukup untuk membuat ku kuat, kesedihan yang cukup untuk membuat ku manusiawi, pengharapan yang cukup untuk membuat ku bahagia dan uang yang cukup untuk membeli yang kubutuhkan.

Dan tetapkanlah aku pada satu keyakinan, bahwa ketika satu pintu kebahagiaan ku tertutup, pintu yang lain pasti akan dibukakan. Meskipun acap kali aku terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi ku.

Mengenai Hidup ku,…dipenuhi oleh manusia-manusia yang berada di sekelilingku, entah siapa dan dari mana mereka berasal. Tapi yang paling kuingat hanyalah kalian…Sahabatku.
Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda takdir bersamaku, walau tanpa mengucapkan sepatah katapun. Mereka lebih senang mendengar segala keluh kesah ku yang seakan tak pernah usai. Setelah itu, aku dapat sejenak pergi dengan perasaan tenang, karena telah bercakap-cakap lepas dengan mereka melalui hati.

Patut juga diingat bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya. Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain. Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang lain pula. Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan. Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi.

Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia. Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, meraka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.

Mungkin Tuhan menginginkan aku bertemu dengan beberapa orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, yang paling penting aku harus mengerti bagaimana berterimakasih atas karunia itu.


Dan jika boleh bercerita, aku ini hanya memerlukan waktu semenit untuk menaksir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang, tetapi jika untuk melupakan seseorang aku memerlukan waktu seumur hidup. Aku memandang kebahagiaan sebagai perasaan yang tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.

Sedangkan perasaan cinta yang dalam adalah jika meskipun kamu kehilangan rasa, gairah, romantika tetapi masih tetap perduli padanya. Sedangkan hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu dan mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian adanya, malah kamu harus melepaskannya.

Pandanganku untuk ‘cinta’ zaman sekarang, awalnya dimulai dengan sebuah senyuman, kemudian bertumbuh dengan sebuah ciuman dan berakhir dengan tetesan air mata. Sudah sangat jarang ditemui cinta yang datang kepada mereka yang masih berharap sekalipun pernah dikecewakan, kepada mereka yang masih percaya sekalipun pernah dikhianati, kepada mereka yang masih mencintai sekalipun pernah disakiti hatinya. Mungkin aku hanya sesorang yang termasuk dalam kelompok kecil itu.

Tapi secara jujur pengalaman mengajarkan aku…, sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintai ku, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan tidak pernah memiliki keberanian untuk mengutarakan cintaku kepadanya. Dari hal itu aku kemudian berpandangan bahwa masa depan yang cerah selalu tergantung pada masa lalu yang dilupakan. Aku tidak dapat hidup terus dengan baik jika tidak melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu.

He..he..he..memang jiwa manusia itu selalu dipenuhi dengan kelemahan dan keraguan, sehingga aku selalu saja berusaha menggapai cintanya walaupun sudah terasa mustahil. Tapi itu juga karena aku percaya akan takdir Ilahi yang menentukan segalanya. Sehingga aku seharusnya jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika aku masih mau mencoba, jangan pernah menyerah jika aku masih merasa sanggup dan jangan pernah katakan aku tidak mencintainya lagi jika aku masih tidak dapat melupakannya

Dengan suatu kesadaran yang bertambah bahwa memberikan seluruh cintaku kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan membalas cinta ku. Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai cinta berkembang di hatinya, tetapi jika tidak, berbahagialah karena cinta tumbuh di hatimu.

Selalu bersikap tegar dan siap untuk hal-hal yang sangat ingin aku dengar meskipun yang ku dengar dari orang tersebut tidak seperti yang diharapkan. Namun demikian, aku tak akan menulikan telinga untuk mendengar perkataanya dengan sepenuh hati.

Inti yang paling penting dari segala pemahamanku tentang cinta dan hidup adalah, aku tidak ingin melupakan makna sakral yang dapat dipetik dari sejarah terlahirnya diriku di dunia. Waktu terlahir, aku menangis dan orang-orang di sekelilingku tersenyum. Artinya aku akan menjalani apa adanya hidup ku sehingga pada waktu meninggal, aku tersenyum dan orang-orang di sekelilingku menangis.

Semoga disaat aku telah tiada nanti, telah kugapai cinta dan tujuan hidupku yang lain, sehingga aku dapat mengucapkan selamat tinggal pada dunia dengan tersenyum, disertai tangis sesal mereka karena pernah menyia-nyiakan aku ketika hidup.

3 Jan 2009

Salute for Slank



Kemarin malam, tepat pkl. 21.00 wib, gue ngeliat siaran tipi yang ditayangin salah satu stasiun swasta di negeri ini. Acara itu memperingatin Ultah-nya SLANK yang ke- 25 di kota Surabaya, Bpk.Adiyaksa Daud selaku menteri Pemuda dan Olahraga hadir juga pada acara itu.

Tau engga’?, ada kalimat yang cukup buat gue terkesima waktu itu. Bpk.Menteri yang ngomong ke Band SLANK (Band Kesayangan gue, yang sudah jadi idola gue dari bocah. Sedikit banyaknya udah jadi inspirator yang bae buat gue, emang seeh sedikit numbuhin bibit nakal…. Tapi, itu kan lebih ke salah gue, bukan SLANK…

Gue juga engga’ perduli cacian, hinaan, atau apa juga yang pernah dikatakan masyarakat tentang SLANK. Yang jelas, SLANK adalah band no.1 yang TOP BGT. Lagunya pas banget, prinsipnya yang buat gue jatuh hati : apa adanya, seenaknya. Kata-kata itu kan ampuh banget buat kami para Slanker yang pernah atau sering terkekang oleh masa muda penuh aturan, atau zaman yang lebih ngedewain kesongongan materi.

Dengan mengidolakan SLANK, gue nobatin diri sebagai Slanker. Dan kalo Slanker sejati, berarti membenci segala kemapanan yang bisa buat generasi muda bangsa ini tambah songong. Emang seeh, Slanker cendrung seenaknya, tapi masa muda kan emang harus bebas agar dapat sejauh mungkin jelajahin jati diri. Kalo SLANK dan Slanker pernah jatuh, mungkin itulah kesalahan yang pasti terjadi pada kami atau siapa aja yang hanyalah manusia lemah. Tapi itu sama sekali engga’ mencerminkan Slanker yang sekarang juga harus seperti itu. “SLANK bisa tobat”…Slanker juga harus bisa dong..

Masih banyak qo’ dampak positif dari syair, prinsip dan jiwa SLANK yang patut diteladanin. Cita-citanya luhur untuk jadi-in generasi muda bangsa ini menjadi generasi PLUR (Peace, Love, Unity, Respect).

Bukankah hal-hal itu yang buat umat manusia dapat mencapai ketentraman dalam hidup???.

Eh iya,…kalimat Bpk.Menteri yang buat gue terkesima waktu itu adalah
“ Perbuatan yang telah dilakukan SLANK mungkin hanya setitik air diantara samudra luas, akan tetapi mereka telah berperan dalam menciptakan gelombang ombak perubahan yang terjadi di negeri ini “.

Salute for SLANK……

Pemerintah Akan Memperketat Aturan Unjuk Rasa



Masyarakat kita sudah tidak asing lagi dengan kata “Unjuk Rasa”. Pengertian umumya adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum, biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok yang tidak puas dengan sistem atau ketentuan yang berlaku.

Di Indonesia, unjuk rasa menjadi hal yang lumrah sejak jatuhnya rezim kekuasaan Soeharto pada tahun 1998, di mana menjadi simbol kebebasan berekspresi. Pada waktu itu, terjadi hampir setiap hari di berbagai bagian di Indonesia, khususnya Jakarta. Dan dengan melihat keadaan bangsa sekarang ini yang tetap dihinggapi berbagai permasalahan pelik, tentunya tetap menjadi sebuah kewajaran bila unjuk rasa sering terjadi. Mahasiswa sebagai generasi bangsa yang sering menjadi aktor utama dalam aksi ini, namun kerap juga dilakukan oleh kelompok-kelompok lain dengan tujuan tertentu.

Dibalik semua itu, harus pula disadari bahwa unjuk rasa terkadang bukan hanya menyampaikan aspirasi saja, penyampaian aspirasi yang berlebihan pun kadang dapat bercampur emosi yang dapat menyebabkan berbagai tindakan brutal seperti pengrusakan terhadap sarana dan prasarana milik umum. Hal itu memang sering terjadi, entah yang melakukan aksi unjuk rasa adalah kelompok mahasiswa yang mewakili kaum terpelajar atau kelompok masyarakat awam dan mudah tersulut emosi.

Karena itu, jika memang benar pemerintah akan memperketat aturan unjuk rasa, mungkin dapat menjadi solusi dalam mengatasi dampak yang akhir-akhir ini malah menjadi ajang penyalur kekerasan dan pertikaian. Apakah memang hanya dengan kekerasan aspirasi mereka dapat sepenuhnya diterima, ataukah hanya menjadi usaha sia-sia belaka yang memperparah keadaan dengan jatuhnya banyak korban ?. Jelasnya, jika aspirasi ditujukan untuk kepentingan baik tentunya perlu diwali dengan permulaan yang baik pula.

Tapi, setiap pendapat memang harus memandang dari berbagai sisi. Dan dalam permasalahan ini, pemerintah pun harus tidak gegabah dalam merencanakan atau mengambil setiap kebijakan. Perlu diperhatikan apa maksud setiap aspirasi yang disampaikan, apalagi jika sampai dituntut dengan perngorbanan. Sedangkan pemerintah dengan segala aparatnya tidak bisa dipungkiri tetap menjadi pihak yang terkuat.

Seharusnya aspirasi yang disampaikan dapat menyadarkan pemerintah untuk mengevaluasi diri terkait dengan kinerja yang selama ini dilakukan. Bukankah para pengunjuk rasa hanya ingin pemerintah mendengar dan melaksanakan aspirasi mereka dan bukan untuk menganggu. Dan jika aspirasi tersebut disampaikan secara berlebihan, mungkin karena ingin menegaskan prioritas yang harus dilakukan pemerintah beserta jajarannya dalam meninjau kembali masalah fundamental yang sering menjadi sebab adanya unjuk rasa. Seperti kelangkaan BBM, kemiskinan dan meningkatnya tingkat pengangguran.

Jika aturan unjuk rasa memang akan diadakan, harus didahului dengan pemikiran seksama oleh pihak terkait disertai penegasan dan penuh kedisiplinan oleh semua pihak dalam menerapkanya.

Semua yang penulis utarakan hanyalah merupakan pendapat yang ingin dikemukakan agar unjuk rasa tetap secara murni menjadi sarana untuk menyalurkan aspirasi, bukan ajang pertikaian yang memakan korban. Karena tidak ada yang mau beraspirasi untuk menderita dan pemerintahan yang baik adalah yang mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, jabatan, lembaga atau lainya.