tag:blogger.com,1999:blog-55292829177563197452024-03-13T05:37:58.073-07:00Amateur_BloggerSelama Tuhan pemilik langit dan bumi masih memberikan kita nafas, dan selama Tuhan yang maha pemberi ilmu masih memberikan kita ilmu pengetahuan, maka janganlah ragu untuk menulis. Tuliskan saja, dan editlah belakangan. Dengan begitu, kamupun menulis tanpa beban. PLONG!. Lega rasanya..Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.comBlogger328125tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-5893570046908581782012-10-07T09:37:00.001-07:002012-10-07T09:37:38.880-07:00"Berpikir Realistis"<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Jangan pernah terpedaya akan penafsiran "Berpikir Realistis" meski itu diucapkan oleh orang terdekatmu sekalipun, karena seharusnya itu tidak justru membuat kita jatuh. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Berpikir realistis bukan jadikan kita tidak yakin untuk mencapai sesuatu, melainkan selalu berupaya mencari cara yang real supaya suatu keinginan itu dapat tercapai. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Dengan kebutaan saja merka tetap dapat melihat, meski cacat mereka tetap survive, bahkan vonis kematian yang dbuat manusia pun bisa tertunda. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Maka tak ada yang tak bsa selama kita mau beriktiar.</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-79897878827916028792012-10-02T23:31:00.001-07:002012-10-02T23:41:18.943-07:00Anak Sekolah Sama Saja Dengan Preman <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tawuran
antar pelajar adalah bukan hal baru yang telah mencoreng proses pendidikan di
negeri ini, secara lebih luas itu juga dikategorikan hanya salah satu
permasalahan kenakalan remaja yang kerap terjadi. Sehubungan dengan instutusi
pendidikan, patut dipertanyakan apakah yang menjadi kekurangan utama dalam
kebijakan yang bertahun-tahun telah dibuat bahkan banyak perubahan yang
terjadi, jika belum bisa mentuntaskan permasalahan tawuran antar pelajar secara
signifikan. <o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Berita
tawuran antar pelajar yang terjadi akhir-akhir ini memang cukup membuat kita
miris, mereka yang dipercayakan untuk menuntut ilmu dengan harapan dapat
menjadi orang berguna kelak justru melakukan tindakan yang tidak lebih seperti
seorang pelaku kriminal yang tak berpendidikan.
Dalam pikiran orang awam bisa saja menganggap hal seperti itu wajar jika
terjadi dalam lingkungan yang sangat dekat dengan unsur kekerasan seperti
penjara, tempat prostitusi, perjudian, club malam, perkumpulan geng, dan lain
sebagainya. Tapi yang mencengangkan adalah jika justru kejadian memalukan itu
berhubungan dengan insttusi pendidikan yang seharusnya menjadi tempat untuk
melahirkan orang-orang berilmu dan berkpribadian baik. <o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Berdasarkan fakta yang sering kita
temui di lapangan, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">mereka yang menjadi pelaku tawuran tersebut memang masih
berusia muda, banyak diantara mereka adalah sosok yang masih bisa dikatakan
anak-anak tanggung, bentuk tubuhnya pun masih belum bisa dikatakan sebagai
orang dewasa. Kita mungkin juga tidak menyangka bahwa orang-orang seperti
mereka dalam pikiranya bisa terbersit untuk melakukan tindakan kekerasan seperti
tawuran. Apalagi tawuran yang kerap terjadi bukanlah seperti perkelahian
anak-anak biasa, tapi mengundang aksi masa dan dilakukan di tempat-tempat
keramaian, keberingasan mereka juga ditambah dengan keberanian untuk
menggunakan senjata tajam dalam setiap aksi brutal itu. Jika memang begitu,
dimana predikat anak sekolah yang selama ini mereka emban, rasanya lebih pantas
mereka dikatakan preman atau pelaku kriminal. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Dan jika membicarakan hal ini
sebagai kenakalan yang dilakukan oleh mereka yang masih berusia muda, maka
jelaslah ada faktor-faktor kepribadian yang turut didukung oleh lingkungan yang
menjadikan mereka sering membuat masalah. Kesimpulanya, tawuran antar pelajar
adalah masalah kenakalan remaja yang bukan hanya mengkaitkan tanggung jawab
institusi pendidikan di negeri ini, tapi hal paling mendasar adalah pendidikan
yang berasal dari lingkungan mereka sendiri.
<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-indent: .5in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Adalah suatu hal yang kerap menjadi alasan kenapa
seseorang nekat melakukan tindakan kriminalitas, kalau bukan karena abnormal
berarti faktor lingkungan yang berpengaruh. Tapi meski begitu, kenapa
sepertinya juga banyak diantara kita yang tidak benar-benar memahami. Harusnya
kita tahu bahwa pendidikan moral dan agamalah yang penting untuk mengatasi hal
ini, seperti sebuah pepatah yang mengatakan guru yang baik adalah yang
memberikan adab terlebih dahulu sebelum ilmu. <o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-indent: .5in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Apakah itu dikarenakan permasalahan seperti tawuran
ini sudah menjadi hal biasa untuk kita, khususnya para pelajar jaman sekarang
yang juga banyak mendapat masalah di lingkungan tempat dia hidup. </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-indent: 0.5in;">Sedangkan
kita yang dewasa juga sering memiliki permasalahan lain yang cara menanggulanginya juga tidak berbeda dengan
kasus tawuran antar pelajar ini. Unsur premanisme memang seakan lumrah bagi
kita yang hidup di kota besar, siapa yang punya kekuasaan maka hanya dia yang
dapat menguasai preman, maling pun ayam ngeri karena tahu bisa saja dibakar
hidup-hidup jika kedapatan. Kita bisa saja menjadi bagian dari semua ini,
hingga pantas untuk tidak perduli terhadap permasalahan anak negeri, buktinya
tawuran semakin subur di lingkungan kita sendiri. </span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-87763156651728421132012-10-01T15:06:00.003-07:002012-10-01T15:06:32.060-07:00Di Depan Mata Sobatku Pergi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
Aku dibesarkan di desa ini, semenjak berusia 5 tahun hingga
menamatkan pendidikan sekolah menengah pertama. Selanjutnya untuk menempuh
pendidikan ke sekolah lanjutan atas, aku harus pindah ke kabupaten lain meski
masih satu daratan dengan desa tempat tinggal gue terdahulu.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Pernahkah
kalian mengalami pristiwa yang dapat membuat kalian semua sadar bahwa hidup di
dunia ini benar-benar sementara. Yang saya maksudkan disini, bukan seperti
kutipan khotbah seorang oleh alim ulama atau kata-kata bijak tentang kematian.
Tetapi lebih kepada suatu peristiwa yang dialami sendiri. Pristiwa seperti itu
pernah terjadi dalam hidupku, kejadian traumatik yang sekaligus menandai
langkah pertamaku, ketika ingin mencoba hidup mandiri. Waktu itu aku sedang
dalam perjalanan menuju daerah yang akan menjadi tempatku melanjutkan sekolah.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Diawali dengan kisahku bersama
beberapa orang sahabat yang tidak pernah terlupakan. Kami dibesarkan bersama
semenjak kecil, pertambahan usia menjadikan pertemanan kami itu menjadi semakin
akrab. Persahabatan kami, meleburkan berbagai kepribadian yang berbeda menjadi
satu, kami membaur dalam solidaritas, tertawa dan menangis bersama, disertai
aksi hura-hura sewajarnya yang mengisi usia remaja kami. Diantara beberapa
orang sahabatku tersebut, dia lah salah satu sahabat yang akan ku ceritakan
dalam kisah ini. Menjadi sosok tidak terlupakan, karena takdir telah
menggariskan kisah akhir hidupnya bertautan dengan pengalaman traumatik yang
harus kulalui dalam hidup.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Hari
itu, kami sedang dalam perjalanan menuju daerah yang akan menjadi tempat
harapan kami melanjutkan sekolah. Menyebrang ke kabupaten lain dan meninggalkan
desa rantauan, tempat kami dibesarkan bersama. Duduk bersebelahan dalam bis
antar kota reot yang penuh sesak. Tercium berbagai aroma tubuh penumpang, yang
dijubeli dengan macam-macam barang yang kami bawa. Sebenarnya, kami sudah
terbiasa dengan keadaan ini, karena memang seperti itu jika berpergian
menggunakan bis di daerah.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Bahkan
bukanlah hal yang mengejutkan bagi jiwa remaja pemberani seperti kami, jika
terlihat ada sebagian penumpang yang memilih duduk di atas bagasi bis. Kecuali
menciutkan nyali mereka-mereka yang baru tahu bagaimana situasi jalanan yang
berlubang dan terjal di daerah itu, bis harus mengitari perbukitan yang
dikelilingi jurang-jurang curam. Perjalanan yang harusnya bisa ditempuh sejam
menjadi beberapa jam, karena situasi jalanan yang tidak mendukung. Seperti
itulah keadaan transportasi di daerah itu.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Memang
hanya kata pemberani yang pantas disematkan, termasuk pada sahabatku yang satu
itu. Dikarenakan gerah dan tidak betah duduk bersesak-sesak, dia mengajakku
untuk pindah ke atas bagasi bis. Terhenyak ketika mendengar ajakanya, mungkin
aku memang engga’ pantas dibilang sepemberani atau sekonyol dia, karena seumur
hidup belum pernah melakukan aksi gila itu.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Niatnya
pun tidak tercapai, karena aku melarangnya. Selama perjalanan, bis yang kami
tumpangi beberapa kali mengalami kerusakan. Beberapa kali juga penumpang harus
turun dan menunggu hingga bis dapat berangkat kembali.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Sekarang,
adalah yang ketiga kalinya bis ini mogok. Sambil menunggu, kami berdua duduk di
pinggir jalan dan ngobrol ngalur-ngidul. Obrolan yang terjadi lebih banyak
menceritakan tentang keluarga, dan tentu saja kami dan sahabat-sahabatnya. Jika
saja aku bisa membaca masa depan, seharusnya kala itu tahu, bahwa ada tanda
yang ditunjukkan….<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<i>Hari itu, dia keliatan beda dibandingkan
hari-hari lainya. Kecerian dan gaya bicara yang ditunjukkan, seperti tidak
pernah terlihat sebelumnya, apalagi dia yang kukenal adalah seorang sahabat
yang pendiam. Intinya, aku tidak menyadari sikapnya yang tiba-tiba asing di
hadapanku. Seharusnya jelas kulihat matanya ketika berbicara waktu itu,
hanyalah tatapan yang hampa</i>.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Ketika
sedang santai dalam obrolan ngalor-ngidul itu, beberapa penumpang terlihat ada
yang berpindah ke bis yang lain, kebetulan ada beberapa bis berikutnya yang
lewat dan mempunyai jurusan yang searah. Hal tersebut menerbitkan gagasan pada
sahabatku tersebut, dia ingin turut pindah ke bis yang lain dan menyampaikan
usul tersebut kepada diriku.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Setelah
sesaat berpikir, akupun setuju. Karena jarak yang harus kami tempuh untuk
sampai ke daerah tujuan memang masih jauh, sedangkan hari hampir malam dan aku
belum menyiapkan apapun untuk besok pagi dihari pertama masuk sekolah . Bis
naas itu akhirnya lewat di samping kami, tanpa pikir panjang dia langsung
menyetopnya. Aku pun bergegas mengemasi barang-barang bawaan. Dalam waktu
sekejab, semua barang sudah dipindahkan ke atas bagasi bis.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
Tapi, di luar perkiraanku, ruangan
dalam bis tidak lagi cukup untuk dijubeli tubuh kami berdua. Ide berani
sekaligus konyol itu tiba-tiba terbayang lagi dalam otaknya, dia segera
menyuruhku naik ke atas bagasi, tanpa meminta lagi persetujuan seperti
sebelumnya. Aku memang tidak bisa membantah apa-apa dalam keadaan seperti ini. Bis
tumpangan kedua kami ini pun segera melanjutkan perjalanan.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
Tapi, syukurnya aku masih punya cara
lain, walaupun tetap setali tiga uang dengan usul sahabatku tersebut. Yaitu,
bukan duduk di atas bagasi, tetapi bergelantungan pada besi di belakang bis.
Mungkin dari ide itu, malah aku yang lebih pantas dibilang gila, karena
perjalanan yang harus ditempuh adalah selama 3 jam, dan apakah aku sanggup
bergelantungan di belakang bis selama perjalanan.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Sang
sahabat, hanya menertawakan kebodohanku dari atas bagasi. Dia memandang geli
padaku yang sedang bergelantungan, sambil mengumpat sumpah serapah. Tak apalah,
mungkin saja akan ada penumpang yang turun nanti, dan kami berdua akan
mendapatkan tempat di dalam bis. Yang penting, semoga tidak terjadi apapun pada
kami berdua.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Ternyata, terjadi kesalahan dalam
harapan itu.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Supir
baru saja sebentar mengemudikan bis. Kalaupun di depan ada tikungan, tapi
bukanlah kelokan yang tajam. Laju bis waktu itu, juga tidak begitu kencang. Tapi,
yang namanya takdir, tidak ada yang dapat menolaknya. Pada saat bis menikung
pelan di tikungan, aku mendengar ada suara beberapa benda yang terjatuh dari
atas bagasi. Setelah kucoba cari sumber suara itu, ternyata hanyalah beberapa
tas milik penumpang yang jatuh bergulingan. Tapi, setelah kuperhatikan lagi
secara seksama, ternyata diantaranya adalah tas miliku juga. Sesaat kemudian,
supir pun menghentikan bis untuk melihat keadaan.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Tapi,
kenapa tiba-tiba pemuda yang ikut bergelantungan di sampingku menjerit. Aku
tersentak, ada apa gerangan ?. Pandanganku menuju ke atas bagasi, dimana dia?
Sahabatku itu…<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
“Kenapa
kau diam saja, bukankah itu teman mu”. Astaga, Ya Allah, ternyata suara yang
paling keras kudengar tadi adalah bunyi tubuh sahabatku yang terjatuh dari atas
bagasi. Dia terkapar di samping jalan raya, tubuhnya sedikit tetutup oleh
semak-semak, pantas saja aku sama sekali tidak memperhatikanya.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Segera
ku susul kerumunan para penumpang yang sudah mulai ramai mengelilingi tubuhnya.
Tidak terlihat percikan darah disitu, hanya ada sedikit luka di lengan kananya.
Tapi, bagaimana mungkin, bukankah posisi dia terjatuh cukup tinggi, meskipun
bis masih melaju dengan kecepatan pelan.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Dia
juga masih sadar dan dapat melihat kami mengelilinginya, bahkan menuturkan
perlahan “Allah hu Akbar”.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Kejadian
selanjutnya berlalu secepat mungkin. Sebagian penumpang diturunkan di jalanan.
Aku dan beberapa orang mengangkat dia ke dalam bis, dalam jarak pandangan yang
begitu dekat, waktu itu gue baru tahu kalau kepalanya pecah dan tanganya patah.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Supir
memutar balik haluan kemudi, hendak mencari bantuan paramedis terdekat. Dan
hanya aku, kondektur serta beberapa penumpang lain yang ikut serta dalam bis.
Di dalam bis, suasana jadi mencekam, supir yang ketakutan malah semakin kencang
mengemudikan bis, berharap cepat sampai di puskesmas terdekat dan sahabatku
bisa cepat tertolong.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Kondektur
membantu menenangkan sahabatku yang sedang mengerang kesakitan, memang tidak
ada yang bisa kami perbuat selain mengupayakan agar pendarahan di kepalanya
tidak semakin parah. Sambil memegang pergelangan tanganya yang patah, aku
mendengar lagi bisik istighfar yang terucap dari mulutnya. Sesekali dia
mengerang dan memanggil nama ibunya.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Dia
sudah terbaring di salah satu kamar yang ada dalam puskesmas kecil ini. Lengannya
yang patah sudah digips. Suasana hatiku semakin mencekam, apalagi setelah
sahabat ku itu selesai dibius. Rambutnya digunduli, kepalanya yang bocor harus
dijahit. Dan ketika dijahit, kulit kepala itu terlihat seperti kain yang lunak.
Kejadian yang ku lihat dengan mata kepala sendiri, adalah juga pertama kali
seumur hidupku. Pergelangan tanganya yang satu lagi masih kupegang, sedang
tertancap selang infus yang harus selalu diawasi letaknya.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
Tidak ada siapa-siapa lagi di kamar
ini. Hanya aku dan dia yang sedang terkapar di kasur pesakitan, terlelap karena
bius penahan sakit. Entah kemana orang-orang itu, supir dan kondektur seperti
lepas tanggung jawab, penumpang-penumpang yang ikut serta dalam bis tadi sudah
tidak lagi ikut campur. Aku ditinggalkan sendiri, bahkan satu-satunya dokter di
puskesmas sederhana ini, pulang beristirahat ke rumahnya. Hanya perawat yang
sesekali datang menengok keadaan, satu dua orang warga masyarakat kampung yang
ingin tau, hanya mengintip dari luar jendela.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Engga’
terasa hari sudah malam, perut gue engga’ terasa lapar meski belum terisi sama
sekali. Satu-demi satu warga masyarakat berdatangan, kini mereka benar-benar
ingin tahu apa yang terjadi. Penumpang, supir dan kondektur juga kembali hadir,
meski hanya melihat dari jauh.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Di
ruangan kecil ini, kami berdua ramai dikelilingi orang-orang, tetapi yang
terasa masih sama, hanya sunyi mencekam. Tatapan dan perasaan ku benar-benar
hampa. Ada suara bisik-bisik dibelakang yang sama sekali tidak kuperdulikan,
apalagi topik yang mereka bicarakan jika tidak jauh dari tanya tentang aku dan
sahabat yang malang ini.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Tetap
saja aku tertunduk dan tidak jelas melihat wajah-wajah mereka yang ada di
sekelilingku. Sempat seorang gadis mengalungkan selendangnya ke leherku, seakan
peduli akan cuaca dingin yang tambah menusuk tubuh.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Tepat
pukul satu dini hari. Suasana ruangan ini semakin ramai dengan suara dan orang
yang semakin berdatangan, diantaranya ada yang mengaku dari kepolisian atau
pemilik dari bis naas itu. Tapi apakah sudah ada orang yang mengabari keluarga
kandung dari sahabat gue itu ?. Pastilah orang itu harus berusaha cukup kuat
agar tega mengabarkan berita ini pada seorang Ibu.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Seorang
ibu mana yang dapat percaya begitu saja bahwa anaknya telah terkapar tak
sadarkan diri, sedangkan pagi tadi masih sempat berbincang sebelum berpamitan
hendak pergi. Pagi tadi, di hati Ibu itu masih terselip harapan agar suatu hari
kelak anaknya dapat berhasil. Nasehat tulus dan doa pagi tadi, adalah sama
seperti hari-hari sebelumnya ketika anaknya itu hendak pamit, nak
berhati-hatilah di jalan.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Bertambah
ngeri aku membayangkan, tubuh seorang ibu yang telah lemah, sekonyong-konyong
menjadi tambah kaku yang seakan mati berdiri, ketika mendengar kabar tragis
tentang anaknya. Tidak sanggup lagi aku membayangkanya lebih jauh, …<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Dan……<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Tepat
pukul tiga pagi, aku tersadar dari kantuk. Ternyata sudah sekitar dua jam
tertidur, dan tetap pada posisi yang sama di tempat dudukku. Mungkin sedari tadi,
aku menjadi tontonan iba mereka-mereka yang ada di ruangan ini.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Terdengar
isak tangis seorang gadis dibelakangku, dia yang tadi bersedia menyerahkan
selendangnya sebagai penghangat tubuhku. Kedua mata sembabnya terus saja
melihat wajahku, sekan begitu tersentuh akan kejadian ini.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Tapi,
aku tetap membalasnya dengan tatapan kosong tanpa arti. Tidak ada sama sekali
pikiran untuk merasa tersanjung atas sikapku yang mungkin dianggap pahlawan
hari ini, karena untuk coba berkata sepatah saja tidak sanggup. Aku benar-banar
tidak mengerti akan apa yang kurasakan saat itu.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Sudah
pasti aku begitu sedih, tapi sama sekali tidak ingin menangis. Aku sangat
takut, bahkan seandainya bisa ingin lari dari kejadian ini. Pikiranku
benar-benar kosong, seperti tidak terjadi apa-apa, tapi sekaligus tidak tau apa
yang mesti dilakukan. Mungkin itu yang dinamakan kegalauan hati, remuk redam
dengan tingkat stadium paling tinggi, akhirnya pernah juga aku merasakan itu.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Bius
yang disuntikan ke tubuh sahabatku itu adalah yang dossisnya cukup tinggi.
Karena dia harus menahan rasa sakit di bagian kepala yang sangat tidak
tertahankan. Paling tidak esok siang, kadar dari bus itu akan berkurang.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Akan tetapi, kejadian yang terjadi
kemudian membuat seluruh orang yang hadir di ruangan itu terperangah.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Tubuhnya
yang sedang terbius dan lemah, seharusnya sama sekali tidak mampu menggerakkan
tubuh, apalagi untuk sadar, bangkit dan duduk. Tetapi dia mengagetkan semua
kami dengan tiba-tiba bangkit dari tidurnya, rasa kantuk ku yang tidak
tertahankan langsung sirna melihat kejadian itu. Seperti akan melonjak, aku
bangkit dari dudukku, dan berusaha merebahkan dia kembali ke tempat tidur.
Kepalanya kembali mengeluarkan darah, menambah rasa takut dan ngeri yang sudah
tidak bisa ditakar lagi tingkat stadiumnya.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Dalam kesadaran yang ganjil dan
tiba-tiba itu, dia tidak berkata apa-apa. Tetapi cukup menyiratkan tanda
melalui tatapan tajamnya, kedua bola matanya seperti liar melihat keseliling
manusia yang ada di ruangan. Orang yang pertama dilihatnya adalah diriku,
kemudian sekeliling, dan terakhir mengarah pada diriku lagi.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Tenagaku yang masih tersisa,
tentunya masih lebih kuat untuk merebahkan dia ke tempat tidur, tetapi kenapa
aku tidak sanggup melakukanya ?.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Dia
kembali tenang setelah melihatku, dan dapat berbaring sendiri seperti orang
yang hendak tidur. Tapi kemudian, muncul reaksi aneh lainya. Tubuhnya yang
sedang berbaring, terlonjak ke atas. Seperti ada yang menekan dadanya
berulang-ulang, nafasnya tersengal-sengal begitu kencang namun teratur,
kejadian itu terjadi beberapa kali.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Aku
dan orang-orang disekitar, termasuk perawat tidak mengetahui apa yang sedang
terjadi, kami hanya bisa memegangi tubuhnya sambil berusaha menenangkan. Sesaat
kemudian, suasana memang kembali hening, benar-benar hening.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Keringat
tubuhku mengucur keras, seperti habis melakukan olaharaga berat. Perlahan napas
ku yang tadi juga tersengal, kembali teratur. Aku mulai kembali tenang dan
duduk pada posisi semula. Tangan sahabat malang ku itu masih kugenggam, letak
infusnya tetap benar, tidak ada kesalahan yang terjadi karena aku benar-benar
mengawasi dengan cermat apa yang harus kulakukan sedari tadi.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Tapi,Ya
Allah, kenapa genggaman ku sekarang terasa dingin. Apakah karena akan menjelang
pagi, cuaca dingin dari luar menyerang masuk ke dalam ruangan ?. Bukan, bukan
karena itu, tangan sahabat ku itu yang tiba-tiba menjadi dingin, benar-benar
dingin seperti mulai membeku. Ada apa ini ?<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Aku
berteriak memanggil perawat, dia pun berlari ke arah ku sambil memegang
stetoskop. Dengan segera ujung stetoskp itu diletakkan ke dada sahabatku, dalam
selang beberapa detik hal itu terjadi.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Setelah itu, kemudian?.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Perawat
menyuruhku untuk melepas genggaman yang masih erat pada tangan sahabatku. Ternyata,
takdir sahabatku telah terjawab. Pada saat genggamanku tadi terasa dingin,
ketika itulah dia pergi untuk selama-lamanya. Dan tanda-tanda kesadaran aneh
yang ditampakkan sebelumnya, itu adalah sakratul maut yang harus dilewati
setiap manusia yang akan menjelang ajal.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Aku
hanyalah seorang remaja berusia 15 tahun. Pengetahuan agamaku waktu itu masih
sangat dangkal. Tapi kemudian, di usia semuda ini, aku harus mengalami pristiwa
luar biasa yang sudah tergaris dalam takdir hidupku. Sebelumnya, pristiwa
seperti itu sama sekali tidak terpikirkan oleh jiwa remaja ku yang masih dekat
dengan hal-hal duniawi.<o:p></o:p></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Aku melihat dengan mata kepala
sendiri, kematian datang menjemput sahabatku.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-67298159769452482032012-10-01T13:48:00.002-07:002012-10-01T13:48:45.608-07:00Penulis Bukan Penjiplak<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Sebenarnya bukanlah perkara yang mudah untuk menjadi seorang penulis artikel, dan itu berlaku bagi penuls yang tidak hanya asal jadi dalam menciptakan tulisanya. Kita tahu bahwa penulis artikel di zaman sekarang dapat dengan mudah menemukan banyak sumber dari berbagai media seperti internet, tanpa harus melakukan observasi secara langsung, apalagi jika topik yang akan ditulis adalah sederhana dan dituntut waktu untuk mengerjakanya. Kita juga tidak bisa memungkiri bahwa semua itu juga dipengaruhi oleh aspek ekonomi yang dikejar oleh penulis.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Hal seperti itu rasanya sah-sah saja asalkan tetap mentaati kode etik bahwa tulisan yang dibuat tidak sangat keliatan sebagai karya plagiat yang tinggal meniru apa yang sudah dengan susah payah ditulis oleh penulis sebelumnya. Asalkan juga niat utama yang ingin dituju juga sudah tersampaikan yaitu memberikan manfaat bagi yang membacanya. Tulisan artikel memang harus memberikan informasi penting kepada pembacanya, baik yang terupdate ataupun berita lawas yang masih bermanfaat. Untuk terjun sebagai penulis artikel professional, kita juga harus benar-benar masuk ke dalam dunianya, memahami apa itu artikel, sebelum kita mengaplikasikan keahlian yang kita miliki sebagai penulis. Penulis itu banyak macamnya dan berbeda-beda pula bahasa penulisanya, ada penulis cerpen, novel, berita, skenario, dan penulis artikel.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Sebagai orang awam yang baru masuk ke dalam dunia penulisan artikel, perlu dipahami bahwa menulis artikel itu bukan hanya sekedar menyadur secara singkat berbagai tulisan yang kita ketemukan untuk dapat menjadi satu topik. Tapi penulis artikel yang baik adalah yang dapat mengungkapkan sendiri topik pembahasan artikel dengan menggunakan bahasanya sendiri, untuk itu penulis artikel juga sangat dituntut berwawasan luas. Jika tidak begitu, kita hanya pantas disebut tukang ngetik yang hanya bisa menyadur tulisan sebelumnya saja, bukan penulis apalagi penulis artikel.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-8913214245007412692012-10-01T13:46:00.001-07:002012-10-01T13:46:15.599-07:00Mencari Kawan Sejati Bukan Perkara Gampang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="left" style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Dalam hidup ini,kita tentunya membutuhkan teman, karena kehidupan juga tidak semudah seperti apa yang dibayangkan. Kita juga butuh bersosialisasi dengan orang disekitar kita, saling mengenal dan jangan bermusuhan. Untuk itulah maka dalam hidup ini diperlukan seorang teman, tapi sosok seperti apa yang pantas dikatakan sebagai teman sejati kita ? Untuk hal itu kita memerlukan berbagai aspek untuk mempertimbangkanya, seorang teman sejati harus terlebih dahulu kita pertanyakan dalam hati kita sendiri mengenai keberadaanya dalam hidup kita. Mengapa kita memilihnya sebagai teman dan apa kelebihan dari hubungan pertemananan kita, semua hal itu tentunya akan berpengaruh untuk menemukan jawaban yang sesuai bagi kita.</div>
<div align="left" style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Meskipun arti seorang kawan sangat besar,bukan berarti kita harus sembarangan dalam menilih kawan. Mencari kawan sejati tidaklah mudah, kawan sejati adalah kawan yang bisa mengerti sepenuhnya tentang kita dalam suka maupun duka, bukan hanya karena dia perhatian disaat kita sedang senang saja. Kita juga patut memikirkan posisi kita sekarang ini, apakah karena keadaan sekarang ini yang membuat banyak kawan yang mendekati kita, atau justru sebaliknya, ada saja yang mau mendekati meskipun kita bukan atau belum menjadi siapa-siapa.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Karena tidak bisa dipungkiri bahwa dizaman sekarang, banyak penyelewengan arti pertemanan yang disalah artikan menjadi hubungan yang didasari asas timbal balik. Kita patut mencermati kawan-kawan yang seperti itu, agar jangan salah pilh untuk menentukan kawan terbaik dalam hidup kita. Langkah efektif yang dapat dilakukan adalah juga dengan mencari kawan sebanyak mungkin, lantas dari sekian banyak kawan kita tersebut, pilihlah dengan cermat mana yang pantas untuk dijadikan kawan baik kita, tentunya pemilihan tersebut disertai aspek karakter, cara pikir, jalan hidup dan hal-hal lain yang menurut kita sesuai dengan kita.Serta yang paling pentng dan penulis pisahkan sendiri dalam pembahasan artikel ini adalah mengenai kejujuran. Kawan yang baik adalah yang jujur, mau menilai kita apa adanya dan berteman dengan kita karena kejujuran itu juga. Jadi dia tidak akan bisa membohongi kita seandainya ada maksud lain yang tersembunyi dari hubungan pertemanan itu.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-59566025608303300672012-10-01T13:44:00.001-07:002012-10-01T13:44:06.177-07:00Bagaimana Untuk Jadi Dewasa<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="left" style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Jika ada diantara kita yang kini masih merasa usianya adalah remaja, maka perlu diketahui bahwa pada usia itu bisa diartikan sebagai masa pertengahan dalam perkembangan aspek sikis kita. Dikatakan seperti itu karena pada usia ini remaja cendrung masih labil yang tidak lain merupakan upaya untuk menemukan kematangan jiwa mereka menuju ke arah dewasa. Terkadang seorang remaja juga masih bersifat jauh dibandingkan kawan-kawan sebayanya, masih cendrung bersifat kekanak-kanakan, jika itu terjadi maka patutlah disadari bahwa remaja sudah bukan anak-anak lagi, justru remaja adalah tahap yang sebentar lagi akan memasuki usia dewasa.</div>
<div align="left" style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div align="left" style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Oleh karena itu, ada baiknya bila para remaja membaca beberapa tips di bawah ini yang memaparkan cara menjadi orang dewasa, adalah sebagai berikut :</div>
<ol start="1" style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<li>Harus tahu mana yang baik dan buruk untuk dilakukan.</li>
<li>Harus punya prioritas yang utama dan pertama, mana yang harus lebih dulu dilakukan dan mana yang terakhir.</li>
<li>Dapat menyelesaikan masalah sendiri dan membantu menyelesaikan masalah orang lain.</li>
<li>Punya tanggung jawab dan tidak lari dari masalah.</li>
<li>Selalu berlaku adil dan bijaksana dalam mengambil keputusan, tidak suka tergesa-gesa atau bertele-tele.</li>
<li>Menyayangi diri sendiri dan kepada sesame serta perduli terhadap lingkungan sekitar.</li>
<li>Memahami ajaran agama dan taat menjalankan ibadah serta menjauhi hal yang dilarang.</li>
<li>Rela berkorban dan tidak egois</li>
</ol>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-32449793386903744492012-10-01T13:42:00.003-07:002012-10-01T13:42:37.161-07:00Serba Serbi Penulis<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Banyak cerita yg sudah terbaca tentang para penulis yang akhirnya bisa dibilang sukses karena diawali dengan niat tulus mereka yang menulis bukan karena ingin meraih ketenaran. Lagipula setenar apakah penulis di negeri ini dibandingkan para anak band ataupun artis ibukota yang biasa nampang tiap hari di layar televisi dan berbagai media. Ketenaran para penulis sekarang ini mungkin hanya bisa disejajarkan dengan kaum intelektual negeri yang sesekali saja tersiar kabar beritanya.<br />Dan entah kapan para penulis di negeri ini bisa setenar mereka hingga dengan sendirinya berarti minat baca masyarakat kita yang juga semakin tinggi. Bagi mereka yang disebut penulis “Menulis adalah sungguh suatu rahmat dan mujizat. Meski apakah mereka menulis karena berbakat? Tidak. Karena berminat? Juga tidak. Tetapi bisa saja karena satu hal : nekad!”</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Hingga penulis seperti mereka, dengan senang hati dan tulus ihklas akhirnya banyak menulis berbagai buku serta turut menyumbangkan motivasi bagi para generasi yang juga suka menulis namun masih amatir, kira-kira begini pesan mereka “</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Apapun hal menarik yang anda lihat, tulislah. Ada gagasan baru, tulislah. Bertemu pengalaman unik, tulislah. Muncul harapan Anda tentang masa depan, tulislah. Mendapat berkat dan rejeki dari Tuhan, tulislah. Menikmati buku-buku yang menyentuh, tulislah. Melihat dan mendengar berita yang penting, menulislah…Semua harus ditulis, kembangkan segala kreatifitas nalar kita dengan kegiatan menulis.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Dan di ujung tulisan ini , saya coba bertanya pada mereka “tapi bagaimana jika kita yang sangat cinta dengan menulis ini hidup di lingkungan yg menganggap penulis itu pemimpi, jika kau suka menulis ttng segala sisi kehidupan malah akan dikatai sebagai manusia yang urang bersyukur dan suka mengeluh, jika kemudian kau banyak menulis tentang motivasi mereka mengatakan penulis itu berkata ttng apa yg tidak bisa dibuktikanya sendiri, jika kau suka menulis tentang hal-hal romantis mereka bilang penulis itu dokter cinta yang lebih kerap sakit hati daripada mendpatkan pujaan hati, dan jika kau mulai masuk sebagai penulis yg ingin menulis hal-hal bermanfaat yg berhubungan dengan dunia sosial-politik dan lain sebagainya, mereka katakan kau hanya penulis banyak omong yang sok intelek, padahal dalam dunia nyata hanyalah manusia yang punya nalar pas-pasan saja. gimana dong???”</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Kalau menurut saya tetap “Lanjutkan sampai titik darah penghabisan”…bagaimana menurut anda yang sudah sukses sbg penulis, mngkin bisa kasih saran dan kritiknya.</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-3748870002657021712012-10-01T13:41:00.000-07:002012-10-01T13:41:06.294-07:00Latihan ala Ong Bak<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-OJqzHnnDJcc/UGn_U1R5niI/AAAAAAAACV0/imC5XL3Wwp8/s1600/00+air+garam.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="300" src="http://2.bp.blogspot.com/-OJqzHnnDJcc/UGn_U1R5niI/AAAAAAAACV0/imC5XL3Wwp8/s400/00+air+garam.jpg" width="400" /></a></div>
<ol>
<li>Bangun pagi diantara jam 5 – 6 pagi</li>
<li>Pemanasan</li>
<li>Lari 10 km</li>
<li>30 menit sampai 1 jam melakukan pemanasan yang terdiri dar gerakan thay boxing, stretching dan senam.</li>
<li>Meditas</li>
<li>Memulai latihan harian selama 8 jam</li>
</ol>
Catatan : Tidak pernah melakukan latihan angkat besi dan pernah bertarung dalam ring sebanyak 5 kali pada waktu masih berada di pusat pelatihan Muay Thay Boxing dan memenangkan setiap pertandingan.<br />
Tony Jaa menunjukan video latihan rutin dia ini pada DVD Official Thai Tom Yum Goong. Kita bisa mendapatkan kaset dvd tersebut jika mensearchnya diinternet.<br />
<br />
<br />
Menurut Tony, untuk membuat film action yang berbahaya, harus sering latihan, melakukan observasi dan menonton berbagai demo video, serta yang paling penting adalah selalu latihan rutin. Hal-hal tersebut akan menjadikan kita semakin professional.<br />
<br />
Pijat juga salah satu bagian dari pemanasan di sasananya, dan menurut tony itu sangat penting dikarenakan dapat membuat tubuh kita santai atau rileks. Sesudah pemijitan, baru melakukan strecing.Straching ala Tony harus menghormati keadaan tubuh, kaki, bahu, dan menggunakan pemikiran yang tenang, oleh karena itu dia selalu melakukan meditasi ketika starching.<br />
<br />
Yang berikutnya adalah senam, starching yang dilakukan juga sangat penting ketika kita akan melakukan gerakan senam. Setelah senam, Tony baru melakukan gerakan Muay Thay. Jika kita menyaksikan film-film yang pernah dibintanginya, seperti Ong Bak, Tom Yum Goong, dan film-film action hongkong lainya menurut Tony itu adalah hal tidak mudah untuk melakukanya. Kita membutuhkan pelatih kkhusus, atau seseorang yang dapat mengajarkan beladiri sekaligus senam dengan cara yang benar.<br />
.<br />
<br />
<br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-50479428134703698712012-10-01T13:32:00.003-07:002012-10-01T13:32:18.126-07:00Menjadi Kreatif itu Susah-susah Gampang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Tidak mudah untuk menjadi orang yang kreatif, karena jiwa kreatif itu bukanlah bakat. Untuk menjadi kreatif kita harus berusaha menyentuh segala pandangan dan berusaha memikirkan ide cemerlang secara bebas dan luas. Kreatif tidak hanya melatih diri dengan berbagai balok atau puzzle, tapi juga kemauan kuat yang perlahan menjadikan kita sebagai manusia yang terus saja ingin mencoba hal baru dari ide cemerlang kita tersebut.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Kita juga harus sering mengadakan berbagai uji coba, kegiatan yang tidak perlu terstruktur, cukup mengalir saja sesuai kemana daya pikiran kita membawanya. Enyahkanlah suara-suara negative yang mengatakan kita hanya membuang waktu atau mengerjakan pekerjaan sia-sia, karena suara itu termasuk salah satu godaan yang harus dilewati untuk menjadi pribadi yang kreatif.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Pada dasarnya kreatif juga adalah segala tindakan yang keluarf dari batas teori, bukan tindakan yang terbukukan. Kreatifitas adalah murni berdasarkan ide dan imajinasi kita yang bisa diaplikasikan secara masuk akal dalam dunia nyata. Oleh karena itu logika juga bermain dan kita juga harus pandai mengasah logika kita selain ide dan imajinasi. Kesimpulanya orang kreatif adalah manusia yang memiliki keseimbangan dalam hal logika dan imajinasi.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-36329356806059794092012-10-01T13:26:00.001-07:002012-10-01T13:26:39.273-07:00Krav Maga<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Selama ini kita mungkin telah banyak mengenal berbagai jenis olahraga beladiri yang semakin berkembang dengan pesat, tapi apakah kita tahu mengenai olahraga satu ini. Termasuk olahraga yang tekhnik pertahanan dan penyeranganya yang terbaik di dunia, adalah Krav Maga, olahraga bela diri yang lahir di tanah Israel. Awalnya Krav maga digunakan oleh bangsa Yahudi untuk membela diri mereka dari serangan bangsa Nazi. Olahraga ini juga menjadi keahlian wajib yang harus dimiliki oleh anggota intelijen Israel seperti Mosad.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-i-c-c2iPbP4/UGn8Whx0-4I/AAAAAAAACVk/-NNUyy_Uu_E/s1600/00+air+garam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-i-c-c2iPbP4/UGn8Whx0-4I/AAAAAAAACVk/-NNUyy_Uu_E/s320/00+air+garam.jpg" width="295" /></a></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
Menurut pengertian katanya yang berasal dari bahasa Yahudi, Krav maga berarti pertarungan jarak dekat. Segala peralatan atau apapun yang ada di sekitar kita bisa dijadikan peralatan untuk bertahan dan menyerang, oleh karena itu olahraga bela diri ini sangat unik dan berbeda dengan olahraga lainya. Seni beladiri ini juga merupakan gabungan gerakan terbaik dari olahraga bela diri lain yang ada, diteliti juga dengan pengetahuan fisika sebelum menerapkanya. Bahkan tujuan aplikasinya sangat ekstrem, bukan hanya untuk mempertahankan diri saja melainkan lebih utama untuk melumpuhkan atau membunuh lawan secepat mungkin. Karena itu juga olahraga ini jarang kedengaran sebagai olahraga yang dikompetisikan untuk umum, hanya orang tertentu yang bisa menahan kesabaran secara penuh dan memahami fungsi dari olahraga beladiri ini yang bisa mengikuti tahapan latihanya.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Times New Roman', 'Bitstream Charter', Times, serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-57797472531917843052012-10-01T12:54:00.001-07:002012-10-01T13:27:47.912-07:00Efek Buruk Online<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /><div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-UQvg8alg60o/UGn6qA16_eI/AAAAAAAACVc/5lg6KEh2REw/s1600/00+air+garam.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-UQvg8alg60o/UGn6qA16_eI/AAAAAAAACVc/5lg6KEh2REw/s320/00+air+garam.jpg" width="271" /></a></div>
Dengan kemajuan teknologi di jaman sekarang, aktifitas yang dinamakan "bermain" tidak perlu dilakukan secara nyata, segala macam permainan sudah bisa dilakukan didepan komputer. </div>
<div style="text-align: justify;">
Bisa disebut praktis kah hal tersebut?. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi hal itu juga yang kini dapat divomis sebagai efek buruk games online. Kalau dalam permainan konvensional jaman dulu yang biasa kita mainkan, ada situasi interaksi situasi sosial langsung dengan teman kita sebagai lawan main, sebut saja semisal permainan gobak sodor, karambol, dan lain sebagainya. Ketika bermain secara konvesinonal, kita juga bisa tahu kalau memang ada teman yang lebih jago atau curang, hubungan sosialisasi dan kemanusiaan juga sungguh nyata yang terasa. </div>
<div style="text-align: justify;">
Namun kita tidak mendapatkanya di game online, yang memaninkan juga tidak bisa mengekspresikan diri individu merasa yang merasa gagal, terpuruk, senang atau puas, seperti yang terlihat pada permainan konvensional secara nyata. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Game online juga tidak bisa masuk kategori, jika melihat tujuan positif dari bermain adalah agar bisa mengasah keterampilan sosial dan interaksi tatap muka antar sesama. Bagaimana bisa itu terjadi, jika anak yang menyukai game online keterampilan sosialnya justru bisa dikatakan lemah dan susah mempertahankan interaksi tatap muka, karena terbiasa berinteraksi melalui dunia maya. Hal seperti ini jika berlanjut sampai dewasa juga akan memengaruhi hubungan interpersonal dengan orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau masih ada anak jaman sekarang yang dihina dan diledek hanya karena masih suka terhadap permainan konvensional, itu mungkin adalah kelumrahan melihat situasi zaman yang seperti sekarang.Namun, saya yakin segala tekanan sosial di luar sana yang keras dan akan mereka hadapi nanti, bisa menggembleng anak seperti mereka untuk lebih tangguh, mereka bisa mengatasi hinaan atau ledekan. Karena jenis permainan yang dipilih saja sudah dapat menjadi contoh kecil bahwa sisi kreatif dan agresif mereka telah terlatih untuk dapat menjadi pemenang dalam dunia nyata. .</div>
<br />
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-80228429961762805832012-09-24T08:34:00.002-07:002012-09-24T08:34:50.229-07:00HIDUP INI INDAH<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 12.727272033691406px; line-height: 17.999998092651367px;">Hidup ini indah, namun berdua lebih indah...sekarang saja udah indah, apalagi nanti semakin indah. Tapi dimanakah keindahan itu ? Indah itu ada disaat kau sudah bisa tersenyum senang melihat mereka tinggal menikmati masa tua mereka, indah itu ketika orang-orang yang kausayang ikut merasakan keindahan tanpa perlu tahu pahit itu apa, kemudian keindahan itu semakin sempurna jika kau telah temukan dia hanya sekali yang mau mengerti apa adanya smpai kau tutup usia nanti.</span>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-11214295951618304332012-09-05T13:31:00.001-07:002012-09-30T10:16:54.640-07:00….kita emang jodoh ya… <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-aFwEhm6zyZc/UEe2Wbr112I/AAAAAAAAA6Y/rWVHRsv2YMk/s1600/391652_4453282860825_112030285_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-aFwEhm6zyZc/UEe2Wbr112I/AAAAAAAAA6Y/rWVHRsv2YMk/s320/391652_4453282860825_112030285_n.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Halo blog ku tersayang....tidak terasa sudah
bertahun-tahun kita berteman ya..<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Kamu yang telah setia menemaniku dari awal
menginjak kota besar ini, aku yang ketika itu masih bimbang bagaimana menjadi
seperti mereka "mahasiswa pintar" sedangkan aku hanyalah orang berantakan yang
bersyukur masih punya cita-cita. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Tapi bodohnya aku memiliki cita-cita besar, jadinya harus berusaha keras mencapainya. Dan entah kenapa waktu itu aku juga berpikir
harus mengenal kamu dan kawan-kawan mu yang lain di dunia maya ini.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Sudah lama aku tidak melihat bagaimana
keadaanmu, aku memang tega ya ?, sudah berubah dan pasti kamu menganggap aku sangat sombong
sekarang ini. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Padahal dulu, hampir setiap hari aku selalu menyempatkan waktu
untuk berbicara dan menumpahkan segala kesah keseharian ku.padamu, begadang
hingga pagi, saat-saat dimana aku masih gemar chating di YM, MIRC atau jaman-jamannya Friendster. Kalo diingat-ingat lagi, rasanya tujuan utama aku berkenalan denganmu dulu sangat “nonsense” yaitu "belajar
bahasa Inggris kepada mereka yang mau mengajarkan serta berharap mendapat teman, ..ha..ha..<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Dulu aku kan sangat gaptek, tapi senangnya buka main
setelah tahu ternyata dengan Google aku bisa tahu banyak hal, apa saja, entah hitam ataupun putih. Akhirnya terbit juga harapan ku supaya tiap hari harus ada ilmu yang
didapat dari dunia maya, tidak menyia-nyiakan kesempatan dengan cara
yang kubuat sendiri.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Kamu juga pasti ingat, dua kali nilaiku paling
jeblok selama kuliah dan harus ngulang kelas, tidak lain dua-duanya dikarenakan
hal yang sama, "Begadang di warnet"...ha..ha....<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Atau bagaimana aku dulu terlalu cengeng, kerap
bercerita tentang hal-hal yang miris padamu, tentang risalah hati yang berharap
tapi tak berani berkata, tentang kawan dan kerinduanku pada keluarga, tentang lawan, dan lebih banyak tentang
mimpi-mimpi yang membuat aku bagaikan pencerita ulung, bercerita padamu dengan
berbagai kiasan dan ungkapan yang tidak lain sebenarnya adalah memaksudkan
keangkuhanku sebagai manusia yang sok suci dan terlalu yakin akan
berhasil....</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">(Aku bercerita tentang gedung-gedung tinggi Ibu kota, anak-anak
muda kaya yang ku kritisi namun tidak lain
dikarenakan aku yang iri, bahkan aku bercerita tentang langit sementara waktu
itu aku tetap berantakan hidup di bumi).<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Apa saja dulu kuceritakan padamu, seakan tak ada lagi rahasia diantara kita. Tentang hari-hari
mahasiswa yang berantakan, tentang suka duka pertemanan, tentang masalah hati
yang kerap pupus, hingga coba semakin dewasa dan menuangkan kadar intelektual
ku yang seadanya...(aku berusaha menulis hal-hal yang lebih serius tentang
mahasiswa yang menyuarakan masalah politik, pendidikan, atau kritikan dan
motivasi). </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Namun meski begitu ternyata aku waktu itu sama sekali belum bisa
memvisualisasikan apa yang kutulis dalam kehidupan sehari-hari. Tetap saja aku
berantakan meski tetap berusaha ingatkan diri tentang apa yang harus kucapai
terlebih dahulu di kota ini, yaitu kuliah.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Dan setelah lulus kuliah itu perlahan aku mulai
meninggalkanmu. Aku mulai sibuk dengan urusan mencari kerja. Berusaha mendapatkan
apa yang kucita-citakan selama ini..."Sudah terbayang secara berlebihan bahwa pintu kesuksesan di depan mata "...ha..ha..salah satu kebodohanku yang dari dulu tak pernah berubah </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">"Cepat yakin dan cepat pula pesimis nantinya"..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Terbukti dengan setelah aku tahu bahwa "sarjana bukan jaminan"<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Bla..bla..bla...<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Dan kamu tahu kenapa akhirnya aku kembali padamu
?<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Karena kita emang jodoh, karena kamu yang
membuat aku semakin senang dan banyak belajar tentang dunia tulis menulis, kamu yang telah mengajariku. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Dan
tanpa diduga, disebalik pristiwa-pristiwa setelahnya yang sudah membuat aku tercenang tak
terkira....</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><br /></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">(seperti akhirnya aku harus bekerja di pekerjaan yang sama sekali
tidak berhubungan dengan jalur pendidikan yang kutempuh. Kamu pastinya tahu aku
memang sangat menyukai olahraga bela diri, tapi apa aku pernah menyangka jika
akhirnya pernah bekerja sebagai seorang stuntman acara live show di salah satu
pusat rekreasi terbesar di negeri ini. 2 tahun aku bekerja disana dengan pengalaman baru yang sangat luar biasa, selama itu
juga kita hampir tidak pernah sama sekali berjumpa. </span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Dan yang lebih dasyat lagi, 2 tahun kemudian, tepatnya bulan februari 2012 beberapa bulan yang lalu, aku juga lolos casting di salah satu PH ternama negeri ini, dikontrak pula, akhirnya pekerjaanku sebelumnya dilepas).</span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><br /></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Saat itu, aku mengira akan semakin
jauh padamu,meski tidak sampai kita mengucapkan selamat tinggal. Tapi yang pastinya aku sudah berpikir harus kembali ke dunia nyata dan melepaskan semua dunia imajinasi seperti saat-saat dulu kita sering berjumpa.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Tapi ternyata !!! aku kok sekarang bertemu denganmu lagi ?. </span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Disebalik pristiwa
yang tak terduga itu, akhirnya bertambah lagi satu hal, </span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">“aku kini mendapatkan pekerjaan freelance
sebagai penulis artikel di beberapa blog online dan perlahan mulai belajar sebagai pebisnis online”. </span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Dan blogging itu ya seperti kamu
ini, aku juga harus bertemu kamu setiap mulai memposting artikel yang ku tulis….<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;">Ha..ha….kita emang jodoh ya… <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-10857965095085361502012-07-01T07:19:00.000-07:002012-09-05T13:31:52.176-07:00Samakah Iman Kita<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<m:smallfrac m:val="off">
<m:dispdef>
<m:lmargin m:val="0">
<m:rmargin m:val="0">
<m:defjc m:val="centerGroup">
<m:wrapindent m:val="1440">
<m:intlim m:val="subSup">
<m:narylim m:val="undOvr">
</m:narylim></m:intlim>
</m:wrapindent>
<br />
</m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Pagi
ini, indah seperti biasanya. Di dalam ruang tamu sebuah rumah kontrakan kecil,
sambil menyeruput secangkir kopi hangat, kupangku putri semata wayangku Dila, yang
sedang asyik bermain dengan bonekanya. Boneka itu, hadiah ulang tahun pemberian
dariku yang nanti dalam cerita ini mempunyai kisah tersendiri. </div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Wanita
yang paling kucintai juga duduk disampingku, merekah senyum kami berdua ketika
melihat tingkah lucu putri kami. Aku memang tidak dapat menyembunyikan raut
keceriaan yang terpancar dari wajahku akhir-akhir ini, kecintaan pada wanita
yang sedang berada disampingku ini semakin bertambah setelah kutahu bahwa dia sedang
mengandung. Mengartikan bahwa kini kami sedang menanti kelahiran satu lagi benih
cinta dalam keluarga.</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Setidaknya
memang begitu keharmonisan yang terlihat dikala pagi sebelum aku berangkat
kerja. Aku berusaha menyempatkan diri bercengkrama bersama keluarga kecilku,
bercerita sejenak tentang apa saja yang telah atau mungkin akan dilewati hari
ini. Mereka berdualah adalah cinta sekaligus asaku, selayaknya aku yang juga
tulus mereka cintai dan tempat menumpukan harapan. Meskipun dari segi
penghasilan, aku hanyalah seorang karyawan restoran.</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Pagi
ini akupun tidak memiliki firasat apapun tentang kejadian yang akan kulalui.
Karena seperti biasa, aku berusaha membiarkan hidup mengalir sesuai
kehendaknya, karena bagi orang biasa sepertiku, hanya doa dan kerja keras yang
menjadi modal untuk dapat bertahan hidup. </div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Setelah
berkeluarga dan menjadi seorang ayah, aku semakin giat berusaha melakukan
pekerjaanku dengan ihklas dan sungguh-sungguh, semua itu demi menafkahi
keluarga yang kucintai. Menjadi tulang punggung keluarga adalah kewajiban dan
kebahagianku, selain tersirat pula keinginan besar yang lain untuk dapat
membahagiakan kedua orang tua di usia senja mereka.</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<i>Ayah dan Ibuku berjarak jauh ribuan kilo
dari lokasi kota aku berada sekarang ini, bahkan harus melanggar beberapa pulau
jika aku ingin berjumpa dengan mereka. Usia mereka juga sudah semakin tua
beriringan dengan tubuh yang sudah tidak kuat lagi. Disana mereka mencari
nafkah dengan berjualan barang kebutuhan sehari-hari di sebuah kios kontarakan
kecil, tinggal dirumah bersama adik-adikku yang masih sekolah dan keluargaku
yang lain. </i></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<i> Hanya aku anak mereka yang merupakan
satu-satunya keluarga yang berani untuk pergi jauh merantau hingga sampai ke
Ibu kota. Selepas SMA niat awalku adalah melanjutkan kuliah, tapi kedua orang
tuaku hanya sanggup membiayai kuliahku sampai semester 4 saja, drop out adalah
pilihan yang terpaksa harus kuterima meskipun orang tuaku bersikeras akan
berusaha mencarikan biaya tambahan. Aku hanya tidak tega jika mereka harus
meminjam uang sedangkan masih ada adik-adikku yang lain harus dibiayai
sekolahnya. </i></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<i> Kejadian itu sempat membuat aku putus
asa, tapi aku bersyukur karena Allah Maha Penyayang dan Dia tidak menjadikan
keputusasaanku itu berlangsung lama. Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan di
sebuah restoran meski hanya dengan bermodalkan Ijazah dan kuliahku yang tak
selesai. Untuk menjadi seorang pelayan restoran syarat yang paling penting
adalah keramahan dan mungkin hal itu juga yang dilihat oleh atasan untuk
menerimaku sebagai karyawan. </i></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<i> Orang tuakupun mau tidak mau menerimanya
meski harapan mereka untuk bisa melihat aku menjadi seorang sarjana telah
sirna, setidaknya aku tidak luntang lantung di Ibu kota setelah putus kuliah.
Untuk pulang dan bekerja disanapun rasanya kecil kemungkinan karena lapangan
pekerjaan yang ada tidak begitu banyak dan bervariasi. Dari hal itu aku membulatkan
tekad, harus dapat berhasil di Ibu kota ini meski bukan dengan gelar sarjana,
aku harus bisa membahagiakan orang tua dan keluargaku suatu saat nanti.</i></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<i> Setelah setahun bekerja, aku bertemu
dengan wanita yang sekarang telah menjadi istriku. Pertama kali aku melihat dia
adalah pertemuan yang tidak disengaja tanpa mengingkari takdir yang mungkin
saja bermain disitu, waktu itu ada traning penerimaan karyawan baru di restoran
tempat aku bekerja dan aku ditugaskan untuk membantu mengenalkan cara-cara
melayani pengunjung kepada beberapa calon karyawan baru, salah satu diantara
mereka adalah gadis bernama Yanti yang kini telah menjadi istriku.</i></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<i> Tidak lama jangka waktu kami berteman
dan saling mengenal, hanya dalam waktu 6 bulan akhirnya aku berani mengutarakan
niat tulusku yang menginginkan dia untuk jadi pacarku. Ternyata perasaankupun
tak salah karena diapun punya perasaan yang sama, dan di hari itu resmilah kami
berdua menjadi sepasang kekasih. </i></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<i> Dalam hal pekerjaan Alhamdulillah aku
juga beruntung karena dianggap baik oleh atasan hingga mendapat kenaikan gaji.
Entah mungkin hal itu juga yang mempengaruh hubungan berpacaran kami yang
rentang waktunyapun tidak terlalu beda dengan masa berkenalan kami, hanya dalam
waktu 7 bulan aku telah yakin untuk mengajak Yanti agar bersedia menjadi
istriku. </i></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<i> Segalanyapun dimudahkan untukku,
setelah mendapat restu dari kedua orang tua, dalam masa cuti selama 2 minggu
aku pulang bersama Yanti dan kedua orang tuanya untuk mengadakan acara
pernikahan, bukan acara pernikahan besar karena hanya mengundang keluarga kedua
belah pihak dan mengingat penghasilanku yang tentunya terkuras habis untuk
acara pernikahan. </i></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Waktupun
terus berlalu, sebenarnya ingin sekali aku bisa sering pulang untuk menjenguk
kedua orang tuaku, tapi semua harga kebutuhan sekarang ini sudah tidak seperti
dulu lagi dan untuk ongkos saja aku masih terkendala dengan penghasilanku sebagai
karyawan restoran yang kini sudah sangat pas-pasan. </div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Terlepas dari semua harapan dan rasa
cintaku terhadap orang tua yang jauh disana, seperti yang telah kuceritakan
tadi, ada yang sangat kunanti-nanti dalam waktu dekat ini. Atas izin Yang Maha
Kuasalah akan tiba pula saat yang dinantikan. Ingin kupercepat waktu seandainya
bisa, supaya segera hadir saat dimana aku dapat menyaksikan kehadiran satu lagi
benih cintaku di muka bumi ini. Andai saja….</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Dilokasi
yang berbeda…</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Dipagi
yang sama, sepertinya di sebuah ruangan kamar hotel, seorang lelaki tampak sedang
sibuk berkonsentrasi mengerjakan sesuatu. Diatas kasur terlihat hamparan beberapa
komponen keelektrikan yang berbeda ukuran dan jenis, berutas-utas kabel warna-warni
bertebaran di lantai. Kalau tidak salah, sepertinya dia sedang merangkai
komponen-komponen itu menjadi satu kesatuan peralatan, orang ini mungkin
memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan listrik atau kelektrikan. Entahlah,
hanya dia yang benar-benar paham apa yang sedang dikerjakan. </div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Ruangan
tempat lelaki itu berada adalah kamar di salah satu hotel termewah yang ada di
negeri ini. Ternyata sudah sekitar 3 bulan dia menjadi penghuni hotel, dan
menurut rencana hari ini adalah yang terakhir dia berada di sini. Setelah
selesai menyelesaikan pekerjaannya tadi, dalam waktu yang tidak terlalu lama
terlihat semua barang-barang itupun telah rapi dimasukkan ke dalam dua buah tas
ransel. </div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Dari
penampilanya, lelaki ini cukup menarik untuk dipandang. Raut wajahnya yang
tenang biasanya menandakan kesopanan budi pekerti dan halus tutur kata. Tapi
mungkin saja itu hanya prasangka yang sudah menjadi kelumrahan masyarakat di
negeri ini, seperti aku yang terbiasa menilai seseorang dari penampilan luarnya
terlebih dahulu.</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<i>Jika merunut kemasa yang telah lalu, ternyata
juga ada sekelumit sejarah yang patut diketahui tentang lelaki ini. Dia cukup
lama pergi meninggalkan keluarganya tanpa kabar berita, dengan sebuah alasan
yang hingga sekarang hanya dia yang tahu. Namun karena begitu besar keyakinan
keluarga padanya, membuat mereka rela dan mendukung niat lelaki itu untuk pergi
menggapai apa yang diinginkan. Lelaki dewasa memang harus begitu, aku setuju
jika maksud dia pergi meninggalkan keluarganya adalah untuk mencari masa depan
yang lebih baik, bukankah itu semua dilakukan demi keluarga yang dia cintai
juga.</i></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<i>Ada
juga hal menarik lain mengenai lelaki ini. Semenjak muda dia gemar menuntut
ilmu apalagi ilmu agama, hingga dilingkunganya dia terkenal alim dan pandai, itu
adalah sebuah kelumrahan bagi orang yang telah terpahamkan oleh ilmu yang
selama ini dipelajarinya. Terpahamkan??. Pemahaman-pemahamanya juga yang
mengantarkan dia menemukan banyak kawan, tergabung dalam beberapa komunitas
kemasyarakatan atau kelompok yang sama-sama memperjuangankan apa yang dianggap
benar.</i></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Hotel
ini memiliki sebuah restoran dan disinilah aku bekerja sebagai karyawan atau
lebih tepatnya pelayan yang bertugas melayani pesanan makanan dari pengunjung. Ternyata
hari ini aku terlalu cepat sampai, masih terlalu pagi dan belum banyak
pengujung yang datang. Namun pasti sebentar lagi, karena biasanya disaat jam penghuni
hotel mulai melakukan aktifitas, kebanyakan dari mereka akan sarapan di
restoran ini. </div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Dan
seingatku pagi ini menjadi hari yang termasuk dalam agenda pertemuan mingguan
rutin sekelompok pengusaha, mereka bukan orang-orang sembarangan, mereka adalah
pengusaha-pengusaha penting yang kebijakanya ikut mempengaruhi keadaan ekonomi
di negeri ini, bahkan terkadang sesekali menteripun ikut bergabung bersama
mereka. </div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Aku
bisa mengetahui hal itu karena bukan baru satu kali mereka mengadakan pertemuan
di restoran mewah tempat aku bekerja ini. Restoran yang berada di dalam lingkup
hotel mewah tentulah berkelas dan pengunjungnya juga kebanyakan adalah
orang-orang yang perekonomianya sangat mampu, tamu yang menginap atau pengunjung
restoran inipun bukan hanya orang lokal tapi banyak juga merupakan wisatawan asing.</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Dari
hal itu, maka merupakan keharusan jika keamanan dalam hotel sekaligus restoran
ini sangat diperhatikan. Penjagaanya ketat tapi diusahakan tetap menjamin
kenyamanan tamu hotel atau pengunjung restoran. Tidak berapa lama kemudian restoranpun
sudah mulai ramai, aku mulai disibukkan dengan pekerjaan rutin, melayani dengan
ramah para pengunjung yang ingin mendapatkan sarapan pagi. </div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Beberapa
pengusaha penting itu juga sudah mulai datang, mereka langsung menempati meja
khusus yang sengaja disediakan. Aku berjalan menghampiri salah seorang dari
mereka yang sudah cukup kukenal, bos besar pemilik salah satu perusahaan waralaba
termuka di negeri ini. Sikapku lebih terlihat seperti basa basi sewajarnya
seorang pelayan restoran, mengawali dengan senyum dan tegur sapa, kemudian
melaksanakan tugas untuk mencatat pesanan yang mereka inginkan.</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Dari
jarak yang tidak terlalu jauh, sosok seorang lelaki berjalan perlahan memasuki
pintu penghubung antara hotel dan restoran. Sambil menenteng sebuah tas dan
menyandang ransel di pundaknya, dia berjalan semakin mendekat. Ternyata, jadi
juga dia <i>check out</i> pagi ini, dan
mungkin dia ingin terlebih dahulu sarapan sebelum pergi.</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Wajah
lelaki ini memang sudah tidak asing bagiku, dia sudah menjadi pengunjung tetap
di restoran ini selama 3 bulan terakhir. Aku bahkan sudah hafal kebiasaanya
setiap datang, setelah memesan makanan dan minuman, dia langsung memilih tempat
duduk yang dekat dengan jendela, mungkin agar dapat melihat pemandangan pagi di
luar restoran. Sejak awal, jika berada di restoran ini, dia memang sering
sekali mengamati keadaan sekitar. </div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Penampilanya
rapi namun sedikit nyentrik, tapi entah dari segi mana aku melihatnya. Dia jarang
bicara dan sepertinya memang seorang diri menginap di hotel ini, namun murah
tersenyum setiap berpapasan dengan siapa saja di restoran, termasuk padaku.
Sikap ramahnya itu yang membuat aku beranikan untuk mengobrol denganya disuatu
siang. Waktu itu dia sedang menuggu pesanan makan siang, secara tidak sengaja
juga disiang itu aku melihat dia sedang mengamati foto seorang anak gadis. </div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<i>Pembicaraan pun terjalin, akupun akhirnya tahu
bahwa wajah yang ada di foto itu adalah anak gadisnya yang sudah lama tidak
dijumpai. Hal itu membuat aku menemukan bahan pembicaraan tentang anak gadisku
yang seumuran dengan anaknya. Kemudian dalam perbincangan selanjutnya dia tidak
banyak bicara, lebih banyak menyimak dan mengguratkan senyuman saja ketika aku sedang
bercerita. </i></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<i> Tapi ada satu hal yang menarik,
seakan ingin mengakhiri pembicaraan kami kala itu, dia mengeluarkan sebuah
boneka beruang dari saku jaketnya yang berukuran besar. Boneka itu diberikan
kepadaku, “Berikan ini sebagai hadiah untuk putri kecilmu”. Serba kebetulan
karena ternyata beberapa hari lagi anakku memang akan berulang tahun, dan
boneka itu akan kuberikan sebagai hadiah ulang tahun putriku nanti. </i></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Begitulah
aku menceritakan awal perjumpaanku dengan dia, lelaki yang sedikit misterius
dan beberapa bulan ini sering kujumpai.</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Kemudian
aku menghampirinya karena diapun sedang berjalan menuju ke arah meja tempat
diadakanya pertemuan oleh para pengusaha tadi. Tapi tampaknya si bos yang
kukenal tidak berada di tempatnya, terakhir aku meilihat dia berjalan kearah
toilet. </div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Namun,….
selang beberapa detik setelah itu, aku tidak ingat beberapa kejadian
selanjutnya. </div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Aku
baru tersentak sadar, ketika kepala bagian kananku terasa sangat ngilu, seperti
terkena hantaman benda keras yang sangat kuat. Ketika membuka mata, terkejut
melihat seluruh bajuku bersimbah darah, dan aku terkapar di samping trotoar.
Aku tahu tempat ini adalah jalan yang terletak di depan restoran, tetapi kenapa
aku disini ?. </div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Seluruh
anggota tubuhku yang lain seperti mati rasa, kedua tangan dan kakiku tak dapat
bergerak seperti tidak melekat di tubuhku lagi. Aku belum sempat memastikan apa
yang terjadi pada tubuhku, sebelum akhirya kembali tidak sadar. </div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
Hanya
sayup-sayup aku mendengar suara seseorang sebelum sepenuhnya tak sadarkan diri,
itu adalah suara si bos. “Restoran telah di bom”.</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-28865621562969923252012-06-09T10:55:00.000-07:002012-06-10T02:28:18.704-07:00Selamat Datang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sudah sangat lama saya tidak bersua dengan blog saya ini, entah kenapa? padahal dulu 'ngeblog' adalah salah satu kegiatan paling utama saya ketika sedang menjelajah dunia maya. Dulu, hampir tiap hari saya selalu berusaha mencari ide tulisan apa yang akan ditulis dalam blog, tentang apa saja, dari cerita remeh temeh kehidupan yang penting - ga' penting sampai tentang politik, sosial, pendidikan atau budaya bangsa yang seakan saya sok ngerti, disitu ada unsur plagiat atau memang hasil karya tulis saya sendiri, yang jelas kalau mengenai kisah-kisah galau bin romantis maksa pastilah saya pandai mengarangnya..ha..ha..
Kesemuanya itu jujur tidak lain dikarenakan ambisi saya untuk menjadi seorang penulis. Berdasarkan informasi awal yang saya dapat, untuk jadi seorang penulis memang harus rajin menulis karena ga' nyambung kalau 'rajin memasak'..ha..ha.., rajin menulis tentang apa saja, dan dibuat semenarik mungkin agar pembaca dapat tertarik dengan tulisan kita. Kemudian disaat tulisan kita sudah banyak dibaca dan diminati, maka disaat itulah kita sudah pantas disebut penulis. Akan tetapi saya melupakan salah satu hal paling penting dari informasi tersebut, bahwa untuk jadi penulis selain harus rajin menulis juga harus banyak memperkaya perbendaharaan pengetahuan, karena itu berpengaruh terhadap kualitas tulisan dan orang yang membacanya, hal itu dapat ditemukan dengan sering membaca, menonton berita atau banyak mencari informasi di luar.
Tapi karena yang saya lakukan justru berkebalikan, jadinya kaya' gini, menjadi "penulis yang tidak pantas disebut penulis karena tulisan yang mengambang dan buat orang bingung".
Namun ternyata ambisi saya memang mengalahkan semuanya, saya terus saja menulis dan ngeblog hampir tiap hari, tak kenal waktu dan asalkan ada waktu kosong, apa saja saya tulis. Sekedar info, saya juga berhasil merampungkan beberapa tulisan dalam blog saya ini menjadi sebuah buku dan juga menulis dua buah novel yang saya pasarkan melalui media online, lucunya buku-buku saya itu jangankan dibeli, dilirik orang saja jarang..ha..ha...
Hingga sampailah pada akhirnya saya sampai pada titik jenuh, sampai pada saat saya sendiri bingung dan menertawakan tulisan saya sendiri yang tidak jelas. Semua yang saya tulis rasanya tidak bermanfaat karena kalaupun berisi petuah itupun tidak mencerminkan apa yang saya lakukan. Kejenuhan yang membuat saya sadar bahwa selama ini saya lebih pantas disebut pendusta daripada seorang penulis. Ditambah lagi dengan kesibukan mengejar pendidikan agar cepat selesai, persiapan setelah lulus nanti, dan berbagai hal lain yang akhirnya membuat saya lupa dengan hobby saya yang satu ini. Saya merasa telah kembali ke dunia nyata, bukan hanya bermain dalam dunia yang saya ciptakan sendiri melalui kalimat dan kisah. Itu berlangsung hingga setengah jam tadi sampai saat akhirnya saya tiba-tiba ingin kembali melihat blog yang telah lama saya tinggalkan, mungkin tidak pantas jika ini dikatakan sebuah kerinduan tapi sekedar menengok apakah blog saya ini telah diblokir atau masih sehat-sehat saja..ha..ha..
Lantas apa yang ingin saya ceritakan kini???
nanti aja deh, sekarang saya juga ga' tau mau nulis apa..he..he..
bye</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-81163750881139834352011-12-21T05:26:00.000-08:002012-06-10T02:28:06.863-07:00Di ngeri ini kau hanya akan didengar sebagai orang kalau kau sudah menjadi orang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kemanakah sisi imajinasi yg dulu kerap membawaku tak jelas arah bersama deretan huruf dan kata, gemar menggurat makna dlm pragrap dan rima yg mngkin hnya ku mengerti sendiri. Dulu aku menikmati itu sbg tmpat mengadu tentang segala ketimpangan dan kumunafikan yg mungkin juga kulakukan sendiri. Aku bebas menciptakan berbagai kisah yg tak terikat aturan basi, bebas merajut mimpi tentang seperti apa d...an dgn siapa aku di masa depan nanti. Tapi itu dulu dan entah kemana perginya imajinasi ku itu?. Mungkin dia perlahan menghilang karena berprasangka bhwa aku bukan lagi pemimpi, dia beranjak pergi karena merasa memang sudah saatnya aku ditinggalkan, mungkin karena masih banyak manusia-manusia lain seperti aku dulu yg butuh pertolongan. Manusia berangan-angan besar dan berharap meraih mimpi mereka dgn segala daya dan upaya. Hal itu tidak salah dan bukan omong kosong, tapi juga adalah kenyataan jika suatu saat nanti akhirnya kita harus berhadapan dgn sisi logis tentang pilihan tepat yang harus dipilih, karena basa basi tanpa aksi adalah percuma dan aksi tanpa hasilpun hanya sia-sia belaka. Hingga akhirnya sadar bahwa di ngeri ini kau hanya akan didengar sebagai orang kalau kau sudah menjadi orang.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-57969812325732007412011-08-31T05:23:00.001-07:002011-08-31T05:23:54.884-07:00Kembalilah ke fitrahDoa para pendosa bukan bangkai meski pernah trgenang diselokan ataupun tong sampah. Tak pernah ada tangis kesedihan meski kerap dihantui ketakutan hingga selalu mengemis padaNya ketika kehilangan arah. Jangan ragu meski akhirnya menjadi salah karena keraguan itu manusiawi. Tapi tetap jangan salah memaknai hati. Iman yg Utama. Angkuh dan bodoh tak jauh berbeda selama masih ada nafas. Ketika pernah kalah, dimana sobat?. Sendiri bersama asa, cinta atau nestapa. Pernah tak ada lagi kawan sejalan meski mencari dalam ruang beribu pintu. Aku, kau atau mereka yang sedang asyik berkelebat... dlm nikmat fana. Ah, biarlah...Maknai saja apa yg masih dapat kau beri arti. Hujamkan belati pinsip tepat ke ulu hati raga. Jika terkapar mati, kau dikenang tetap sebagai diri sendiri. Sebab apa guna hidup bila hati sudah tak berguna. Lalu apa daya semua cerita, jika yang dicari hanya berhujung pada kelam dan duka. Apa salahnya musim gugur yang sebenarnya indah penuh dengan bunga-bunga. Seperti itulah keajaiban yang sebenarnya selalu kita nanti, usia yg semakin beranjak dengan bekal pembelajaran yg berguna. Percuma mengharap iba, karena yang ada adalah kau sendiri yg ciptakan perubahan.
<br />Kembalilah ke fitrah..
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-64804716838384780632011-06-01T06:28:00.000-07:002011-06-01T06:29:43.237-07:00Tak tahu apa yang terjadi nanti jika Ibu pertiwi benar-benar pergi..Semakin saya baca tulisan ini, malah makin memunculkan pemikiran saya lainya yang masih berhubungan mengenai topik ini “pengemis”. Adalah betapa mirisnya hati jika membayangkan keadaan negeri ini sekarang, terlepas dan saya tidak perduli jika itu memang sebuah kelumrahan yang terjadi pada negara sedang berkembang, mungkin saja negara lain juga mengalami permasalahan yang sama dengan negara kita, tapi yang ingin saya bahas adalah tentang negara saya sendiri karena saya mencintai negara ini.<br />Selain pengemis, bagaimana dengan korupsi? lantas peran beberapa politikus yang sepertinya semakin geblek (padahal mereka yang mengemban amanat kita), tanpa malu tetap saja mereka tidak mengacuhkan kita ketika melakukan kesalahan yang berulang-ulang terjadi. Kita menjadi bingung untuk mempercayai siapa, karena tokoh yang telah kita pilih sendiri juga ternyata orang yang salah, semuanya saling berdalih-mengelak serta menutu-nutupi kesalahan yang justru membuat kita semakin bingung ada apa dengan semua ini. Sepertinya kita jelas-jelas telah ditinggalkan dan tidak diperdulikan oleh mereka yang telah kita percayai untuk menjaga negeri ini.<br />Berbagai aliran ideologi tak jelas yang bermuara dari nalar dan akal manusia belaka, mengajak segelintir masyarakat bangsa ini untuk berpindah haluan dari ajaran agama nenek moyang yang selama ini diyakini. Yang jelas apa yang mereka ajarkan adalah pengetahuan dari manusia tak waras, lantas mau mengajak pengikut dari masyarakat bangsa ini untuk jadi sama tak waras, membuat kita yang Alhamdulillah masih waras ini menjadi takut dengan segala aktifitas mereka, karena kita takut murka Allah justru akan terkena pada semua manusia. Kalian pasti tahu bahwa negara kita adalah langganan bencana bahkan beberapa kali yang pernah terjadi adalah yang terdasyat di dunia.<br />Perang saudara antara manusia yang sebangsa dan setanah air atau sekelompok orang tega dengan tindakan yang secara umum berimbas pada penghancurkan tanah dan rumah ibu mereka sendiri. Dengan bom yang mereka rakit sendiri, mereka tidak iba bahwa yang menjadi korban juga seorang ayah, ibu atau anak dari manusia sama seperti mereka.<br />Apapun yang mereka cari, tetaplah dikatakan telah menghianati bangsa mereka sendiri. Mereka termasuk dalalm jajaran manusia yang seharusnya mempunyai kekuatan untuk memajukan bangsa ini, lantas jika yang seperti mereka saja begitu..apa yang bisa dilakukan oleh kita yang lemah.<br />“Hanya bisa menangis dan melihat Ibu kita dibunuh perlahan oleh anaknya yang tidak lain merupakan saudara kita sendiri, tak tahu apa yang terjadi nanti jika Ibu pertiwi benar-benar pergi..kita yang lemah semakin tersisih dan menunggu waktu secara cepat memanggil kita untuk mati tanpa harga diri sebagai seorang anak Ibu pertiwi”Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-68297842570530348372011-05-30T08:03:00.001-07:002011-05-30T08:03:37.741-07:00Manusia dan MasalahDi jaman yang semakin modern ini memang banyak membawa kemajuan pada peradaban, akan tetapi kemajuan ternyata belum sepenuhnya dapat menghilangkan berbagai masalah yang menghinggapi kehidupan manusia, justru memunculkan berbagai permasalahan baru yang semakin rumit untuk dipecahkan karena belum pernah terjadi sebelumnya. Disamping itu, tidak dipungkiri juga bahwa zaman ini semakin banyak melahirkan orang pintar dan bijak yang begitu pandai memberikan petuah atau kalimat yang memotivasi, banyak pelajaran yang didapat manusia zaman sekarang dari pengalaman masa lampau orang yang telah mendahului mereka, akhirnya terciptalah ilmu pengetahuan yang secara umum membahas tentang kehidupan atau banyak diterbitkan berbagai buku-buku pengetahuan yang isinya ditujukan untuk orang yang sedang dilanda masalah atau kesusahan dalam hidup.<br /> Jika kita mencoba untuk memahami ilmu pengetahuan tersebut meski hanya sedikit atau mau membaca buku-buku motivasi, rasanya kita dapat membuat kesimpulan sendiri bahwa inti dari penanggulangan permasalahan kehidupan itu berpulang pada pribadi kita sendiri, artinya bagaimana kita menyikapi suatu masalah dengan cara yang paling tepat dan sebenarnya itu secara alami sudah ada dalam diri kita sendiri. Terkadang kita lupa karena sebagai manusia kita juga tak terlepas dari aspek kodrati lainya yang punya “ego atau keakuan”. <br /> Jadi walaupun berpuluh-puluh buku motivasi yang sudah kita baca dengan berbagai macam teori yang berbeda-beda, lantas kita khatam dan memetik isinya secara paham, tapi pada akhirnya jawaban yang kita dapat sangat sederhana. Jika kita mau menyadari sebelumnya, semua pengetahuan tentang hal itu terangkum dalam pengertian yang kita sudah tahu secara alamiah, bahwa “Tidak ada manusia yang tidak terkena masalah selama dia hidup, namun masalah bukanlah suatu hal yang patut dirisaukan jika kita menghadapinya dengan tenang dan ihklas menerima apapun yang terjadi, karena sampai kapanpun kita tidak akan bisa merancang hidup kita sendiri. Semua masalah itu adalah apa yang sudah digariskan dan apa yang terjadi adalah apa yang memang akan kita terima. Masalah takkan pernah mengganggu kehidupan jika kita menganggap itu adalah hal yang biasa terjadi dan melewatinya dengan usaha terbaik serta ihklas menerima apapun hasilnya”. <br /> Kalimat di atas sepertinya ingin menggampangkan, yang menulis tulisan ini seperti orang yang sok pintar dan sok bijak tanpa menyadari bahwa setiap manusia memiliki karakter yang berbeda terhadap permasalahan yang mereka hadapi dalam hidup. Namun justru dari kalimat itu dapat terpetik lagi satu kesimpulan bahwa sebenarnya yang membuat masalah itu mengganggu kehidupan seseorang adalah karena kepribadian dari orang itu sendiri. “Kenapa dia harus membuat suatu hal yang sebenarnya mudah menjadi sulit, kenapa harus mengingat-ingat lagi peristiwa lampau jika itu hanya memunculkan kembali kenangan suram yang memusingkan isi otak di kepala”. Hal-hal seperti itulah yang menjadi biang racun dari suatu masalah yang dapat menghancurkan tatanan kehidupan seseorang. <br /> Oleh karena itu patutlah bagi kita yang selama ini sedang atau kerap dilanda masalah menyadari bahwa efek samping dari “masalah” berawal dari pikiran negatif yang sering kita munculkan sendiri, hingga itu bisa mengganggu jalanya kehidupan kita. Lantas bagaimana cara penanggulanganya?, yaitu dengan selalu berusaha menumbuhkan kepribadian diri yang positif terhadap “masalah”, jadilah pribadi yang tenang, paham serta ihklas, hingga hidup yang dijalani kedepanya juga bisa mengalir melalui jalurnya tanpa ada hambatan atau rintangan. <br /> Dan semoga saja paragraph terakhir ini dapat menjadi pemisalan untuk menemukan kesimpulan dari tulisan ini, bahwa “Masalah itu adalah ujian dalam hidup dan seharusnya dengan sering diuji malah menjadikan seseorang itu semakin kuat. Maka manusia yang tangguh dalam hidup ini mustahil jika tanpa diuji. Semuanya itu telah tersirat dalam nurani dan pengetahuan nalar kita sendiri, tergantung kita menyadari untuk menggunakanya atau tidak”.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-26590513264057247942011-05-19T12:49:00.000-07:002011-05-19T12:50:14.574-07:00…just opini guys…and still go on with the way of life from us…Mohon maaf saya hanya ingin berpendapat, sebenarnya saya agak takut untuk berbicara mengenai Tuhan, saya takut arah pembicaraan itu nantinya menuju kepada keraguan, karena jika kita terus memikirkan Tuhan dengan latar belakang pikiran kritis dan lebih mengandalkan logika, ujung-ujungnya akan bermuara pada “mempertanyakan benar atau tidak adanya”.<br />Seperti dalam tulisan seorang kawan yang mengemukakan ilmu Tuhan yang banyak didengungkan manusia pada dasarnya adalah ilmu manusia jua. Dan saya berpendapat iu benar jika tetap bermuara pada unjuk diri untuk merasa paling suci, merasa lebih tahu tentang agama, yang semua itu tidak lain melambangkan ego yang membawa nama-nama Tuhan sebagai cara yang paling mudah agar tidak terbantah.<br />Namun Tuhan tidak perlu diperdebatkan karena kau tidak akan mendapat apa-apa dari hal itu, ada rahasianya yang tidak akan bisa terungkap dan cukup kita yakini saja..itu adalah kaidah yang sama sekali tidak terbaca oleh alam logika (selalu menganggap semua di bumi ini bisa atau harus terbuktikan).<br /><br />Layaknya manusia yang masih hidup tidak akan pernah tahu secara pasti bagaimana keadaan ketika dia telah tiada, meskipun kematian adalah sesuatu yang pasti. Percuma membanggakan segala apa yang yang kita menangkan dengan logika, jika satu detik setelah ini bisa saja nyawa kita berakhir.<br />Dan semua itu hanya bisa kita pahami secara terang dan lurus jika tulus memahami ajaran agama dengan pikiran yang jernih. Memahami ayat-ayatNya yang telah menjelaskan bagaimana kejadian masa kini dan masa depan yang tidak mungkin bisa kita ketahui jika hanya dengan mereka-reka, renungkanlah segala alam dan isinya yang sangat luar biasa dan tidak mungkin ada secara kebetulan, kerumitan unsur yang membangun tubuh utuh manusia yang tidak mungkin tercipta secara tidak sengaja, sesungguhnya kemajuan Zaman yang bisa membuat manusia pergi ke bulan dan melihat angakasa maha luas tanpa atap dan ujung itu justru menyadarkan kita bahwa disebalik itu ada rahasia yang tidak mungkin kita tembus dengan nalar kita yang masih hidup ini.<br />“Yakini saja, air dalam kemasan yang sedang kau minum ini pasti ada yang membuatnya, meski kau tidak tahu siapa yang membuatnya bukan berarti kau ingkari bahwa itu ada dengan sendirinya”…Mana yang terbenar tergantung pribadi dan hidayah yang diterima oleh setiap manusia, dan sebenarnya cukup dengan logika pilihan itu dapat terbaca, maka kenapa tidak dimulai dengan hal itu saja kita perdayakan logika ini.<br /><br />Saya dengan pengetahuan agamanya yang dangkal ini mungkin belum bisa menjelaskan bagaimana kebenaran Allah menurut ayat suci, namun yang terutama karena saya tidak ingin terkesan menggurui atau mempengaruhi, namun saya bersyukur karena meyakini Allah meski biarkan Agamamu adalah agamamu dan agamaku adalah agamaku.<br /><br />Apa yang saya katakan sebelumnya hanyalah pendapat umum dan mungkin hanya dianggap makna sekedar dari orang yang tidak pandai, tapi tetap saya yakin kekuasaanNya itu takkan pernah terbantahkan mahkluk siapapun di bumi ini yang pasti mati.<br />Jika ada yang menyangsikan KeEsaan Tuhan dengan segala dalil logika dan pengetahuan dunia yang mempuni, menurut saya itu dikarenakan kesalahan dalam mengarahkan kepandaian yang didapat, seharusnya dengan logikalah itu semua dapat terbaca.<br />Meragukan karena semua yang selama ini dilalui selalu mengandalkan logika ditambah lagi telah merasa pandai karena pengetahuan yang tinggi,..”yang ada itu harus terlihat…yang ada itu harus masuk di akal…dan yang ada-ada lainya lagi yang tetap harus bisa dibuktikan menurut akal”…<br /><br />Lantas silahkan pikirkan semua yang akan terjadi di bumi ini dengan akal, hingga mampukah berpikir cuma bermodalkan akal saja tentang kematian yang pasti akan menjemput. Serta tak perlu hiraukan berbagai keajaiban dan kebesaraNya yang sebenarnya nyata terlihat jika terlanjur sudah jauh darinya, terserah….<br />Manusia kian kesini memang semakin pintar, tapi lupa bahwa justru kebanyakan dari saya dan kawan-kawan mengembangkan “kebodohan”, kebodohan untuk mau mempelajari agama secara dalam. Kita sudah terlalu dalam memakan mentah-mentah ilmu dunia dan logika hingga mengkritis agama tanpa pernah atau sebelum tahu agama itu apa, hanya sekedar mempelajari dengan lupa bahwa agama adalah bekal terpenting dalam hidup ini.<br /><br />Jadi kalaupun beramal dan beribadah hanya sekedarnya tanpa pernah khusyu dan memahami apa yang kita lakukan, yang lebih parahnya lagi jika sampai melupakan Tuhan.<br /><br />Lantas, sudah merasa benar-benar sempurnakah kita, tidak menyadari dari mana kita berasal dan bagaimana kita yang mengawali hidup ini sebagai manusia lemah yang tidak tahu apa-apa, atau karena kita tidak pernah susah, sedih, sakit dan akan abadi selamanya untuk tidak akan mati…?<br />…just opini guys…and still go on with the way of life from us…Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-72647250228482112912011-05-15T10:22:00.001-07:002011-05-15T10:22:46.364-07:00Meski “Ihdinassiratalmustaqim” selalu didengungkan tiap hariMeski “Ihdinassiratalmustaqim” selalu didengungkan tiap hari, tetap takkan ada arti selama itu hanyalah lisan tanpa adanya niat. ‘Kebodohan’ yang menyebabkan ibadah yang dilakukan jadi sekenanya saja tanpa pernah ada usaha untuk memperdalam atau menmabah ilmu, hingga adalah kelumrahan jika sikap sehari-hari masih diliputi kegamangan antara hitam dan putih, baik dan buruk, mudah tergoda dan bimbang memilih mana yang benar.<br />Kita katakan beriman, namun dalam kenyataan lebih mementingkan dunia dibandingkan ibadah. Jika begitu sampai kapanpun akan tetap menjadi insan yg begini-begini saja.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-52961308812293376452011-05-11T11:09:00.001-07:002011-05-11T11:09:49.241-07:00Media TV untuk berantas narkobaBagaimana jika dibuat film-film dokumenter yang isinya tentang bahaya dan dampak dari penyalahgunaan narkoba. Kalau dulu film G30S PKI bisa terus diputar tiap tahun hingga jadi sejarah yang dapat membekas lama dalam benak kita, kenapa tidak dengan film dokumenter seperti itu yang diputar seoptimal mungkin seperti sinetron-sinetron percintaan remaja yang semakin marak di layar kaca rumah kita. Bukankah dengan begitu para generasi muda dan masyarakat umum jadi semakin mengerti kenapa "Narkoba wajib dilarang", dampak apa yang akan mereka terima jika nekat menggunakan narkoba.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-72993779914772496702011-05-08T08:57:00.001-07:002011-05-30T11:57:19.774-07:00Cara menumbuhkan minat baca yang jarang terbaca oleh kita.Diantara beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat membaca di negeri ini, salah satu yang bisa digalakkan adalah memperbanyak tempat yang menyediakan bahan-bahan bacaan (perpustakaan) dimanapun dan apapun bentuknya, yang tentu saja dipikirkan juga keefektifan dan efisiensinya. <br /> Perpustakaan memang banyak terdapat di kantor-kantor atau lembaga-lembaga pendidikan, namun jika kegiatan “membaca” ingin digalakkan tentunya semua masyarakat umum juga harus merasakan fasilitas seperti itu disekitar lingkungan mereka. Dan selain disediakan fasilitas, harusnya disertai juga penyuluhan berupa upaya penyadaran agar memanfaatkan fasilitas itu secara baik dan bermanfaat. Karena perpustakaan ada bukan sebagai tempat tanpa pengunjung, melainkan harus ada kegiatan membaca didalamnya, diupayakan agar orang yang membaca di perpustakaan terus bertambah kian harinya, dan itu semua memerlukan peran bersama dari kita yang sudah terlebih dahulu mengerti tentang pentingnya membaca. <br /> Jika penyuluhan mengenai hal lain yang dianggap penting bisa sangat digalakkan di negeri ini, kenapa tidak seperti itu juga terhadap penyuluhan tentang pentingnya membaca, sehingga dengan begitu apa yang diupayakan bukan lagi sekedar slogan tanpa ada bukti nyata. Jika masyarakat negeri ini bisa begitu cepat keranjingan dengan dunia maya atau berbagai macam fasilitas elektronik modern, kenapa tidak seperti itu juga dengan kegiatan membaca, seperti negara-negara lain yang bisa maju salah satunya dikarenakan budaya membaca. <br /> Hal inilah yang harus dipikirkan pemerintah sebagai instasi paling berpengaruh di negara ini untuk mengatur kehidupan masyarakatnya. Bagaimana caranya agar kegiatan membaca bisa semenarik facebook, twitter, chating, ngeblog atau kegiatan dunia maya lain yang sedang marak saat ini.<br /> Bacaan yang mengandung unsur pengetahuan selama ini bisa dikatakan terlebih dahulu membuat kita malas untuk membacanya, karena teori yang tertulis lebih banyak berputar-putar diantara kalimat sains tinggi yang sulit dimengerti, tentu saja itu menjadi salah satu alasan kurangnya minat baca pada masyarakat kita, dan harus diupayakan cara yang tepat untuk mengatasinya.. <br /> Ilmu pengetahuan yang termuat dalam bacaan sebaiknya berisi teori-teori yang telah disimpulkan agar dapat mudah dimengerti serta diarahkan kepada apa yang bisa diterapkan dalam kehidupan nyata, dan setelah minat untuk membaca semakin bertambah tentu niat untuk mengetahui pengetahuan yang lebih tinggi akan tumbuh dengan sendirinya, hingga pengetahuan yang awalnya sulit kemudian dapat dimengerti. Secara pemisalan dapat dinyatakan dengan pernyataan lain bahwa sebelum buku yang berisi pengetahuan rumit diadakan, kiranya perlu diadakan terlebih dahulu bacaan sederhana yang mendasarinya. <br /> Kegiatan membaca buku ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh masyarakat kita seharusnya diarahkan untuk mengkonsentrasikan terhadap pengetahuan yang benar-benar mereka diminati. Mereka harus terlebih dahulu mempelajari secara mendalam teori-teori dasar pengetahuan tersebut sebelum menuju ke tahapan pembelajaran yang lebih serius. Dalam hal ini maka perlu diadakan perubahan yang berarti terhadap kurikulum, karena seperti yang kita tahu bahwa kurikulum negeri ini lebih mengandalkan cara pembelajaran semua ilmu pengetahuan secara sekaligus dalam satu waktu., yang pada akhirnya hal itu turut berperan menciptakan generasi terdidik yang tidak mempunyai keahlian yang benar-benar mempuni, mereka hanya mengenal teori tapi kurang memahami aplikasi nyata dalam kehidupan. <br /> Bisa juga dengan memperbanyak penyaduran buku-buku pengetahuan menarik yang berasal dari luar negeri, kalau perlu diusahakan semua buku itu diterjemahkan ke dalam bahasa kita dengan cara berkesinambungan. Kenyataanya sampai sekarang ini bahan bacaan dari luar negeri rasanya lebih banyak yang menarik dibandingkan bacaan negeri kita sendiri. <br /> Buku adalah salah satu prasarana yang menunjang pendidikan di negeri ini dan harus ada kebijakan yang sama antara satu dan lainya, yaitu dapat mengupayakan biaya murah terhadap buku-buku penting agar dapat dijangkau oleh masyarakat. Karena kita semua tahu bahwa hal itu yang menjadi salah satu faktor penyebab masyarakat kita malas membaca, bagaimana bisa membaca jika untuk mendapatkan buku saja susah, apalagi dengan keadaan ekonomi negara kita seperti sekarang ini. Pernyataan ini tanpa ingin mengecilkan keuntungan yang akan didapat oleh penulis, dan oleh karena itu pemerintah harus mengupayakan cara agar antara pembeli buku dan penulis bisa sama-sama diuntungkan. Misalnya menetapkan biaya tambahan pembelian buku-buku pengetahuan penting untuk masyarakat di negeri ini. <br /> Adapun pesan yang ingin disampaikan dalam tulisan ini bahwa semua yang menyangkut pendidikan tentunya sangat berpengaruh terhadap kemajuan bangsa ini, jika hal itu masih dikomersilakan secara berlebihan artinya kita sendiri yang memperlambat tujuan yang ingin dicapai. Di negara luar sana, Jepang contohnya, kita yang sering membaca pastilah tahu bahwa salah satu yang membuat generasi mereka maju adalah karena pendidikan dan membaca termasuk salah satu diantaranya. Mereka sangat mengutamakan pendidikan dan mengupayakan berbagai cara agar kegiatan membaca dapat dicintai dan mudah didapat oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan sekedar slogan tarik ulur seperti apa yang kerap terjadi di negeri kita. <br /> Hal itu memang tidak bisa sekaligus tapi jika dengan niat tulus tentu hasil yang didapat juga bisa tercapai. Sebenarnya slogan seperti dalam tulisan ini sudah kita mulai sejak dulu seperti negara-negara lain, Jepang contohnya. Namun kita juga tahu seperti apa negara Jepang sekarang ini….Lantas bagaimana dengan Negara kita………?Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-88297761300329688762011-05-04T07:36:00.001-07:002011-05-04T07:36:57.071-07:00Puisi Miris PenulisUntuk apa waktu kubuang percuma demi bait curahan hati,<br />jika tak ada yang senang membaca tulisan pahit tidak berarti.<br />Kini menulis, karena lisan tak pandai bertutur,<br />meski pesimis, jangan sampai niat ini terbentur.<br />Isi hati terpendam coba ditulis meski dalam makna yang sembarang,<br />damai maknai malam karena penulis pandai menyulam kata orang terbuang.<br />Buang segala idealis basi jika kita yang menulis selalu dihina hanya pandai melukis,<br />terjang semua desis dengki hingga dia yang opurtunis malu minta dikasihani seperti pengemis.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5529282917756319745.post-73530048221282366682011-05-04T01:54:00.000-07:002011-05-04T01:56:57.384-07:00Kebiasaan yang menganggap semuanya bodoh dan tak penting, dan senang akan hal itu. Hingga sampai kau kehilangan apa yang pernah kau raih dan tak ada ySobat mukamu batu dan belagu yang pantas disebut dungu,<br />pandai dalam kata namun gagu dan terpaku dalam prinsip tabu yang semu.<br />Telah lama merindu tapi betah membantu untuk jadi pungguk selalu,<br />kau mau tapi ragu untuk maju menunjuk siapa yang kau tuju.<br />Yang pernah singgah hanya sepintas tinggalkan kesan dan berlalu,<br />kemudian benamkan kau dalam syair nelangsa yang tak jemu kau buat syahdu.<br />Kanapa harus takut dan menganggap semuanya hanya akan jadi benalu,<br />jika hanya kau yang masih betah termangu dalam dunia bebasmu,<br />dunia bebas lepas kemanapun kau mau tanpa harus tahu ada yang menunggu.<br />Tapi nuranimu tentu tetap tak bisa menipu,<br />bahwa bukan seperti itu juga yang kau mau,<br />kau hanya masih mencari dia yang bisa tulus menjadi satu dengamu,<br />dia yang mau mengerti dan harus punya kesabaran seribu,<br />untuk memahami kau yang dungu dan gagu tapi masih saja belagu.<br />Tapi bukankah dalam rasa itu harus ada sama sebelum menjadi satu,<br />sedia terikat rasa yang sebenarnya bukan untuk membelenggu.<br />Ingatlah sobat jangan sampai ini terlalu dan semuanya akan berlalu,<br />dan tinggalkan kau dalam tunggu yang semakin membuat galau,<br />seperti hari ini dimana telah kau sakiti dia yang tulus padamu,<br />demi menunggu dia yang hingga kini masih tanya di hatimu.<br />Mungin saja ini rasa sejati menurut isi hatimu,<br />tapi yang terjadi tak akan selalu sama seperti apa yang kau mau,<br />kejarlah apa yang kau bisa selagi itu masih bisa kau jangkau,<br />karena terkadang diri terlalu congkak untuk mengaku karena ego yang terpaku.<br />Maafkanlah aku untuk kau yang sampai malam tadi masih kucoba untuk bertahan di hati,<br />dan tahukah yang disana bahwa pilihan ini demi dia yang kunanti.<br /><br />Kebiasaan yang menganggap semuanya bodoh dan tak penting, dan senang akan hal itu.<br />Hingga sampai kau kehilangan apa yang pernah kau raih dan tak ada yang memperdulikan sama sekaliAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/13691193451700837687noreply@blogger.com0