Kadang aku memang sering meratapi nasipku ini, menyangkal takdir, hingga sesekali tersesat pada pemikiran yang tak jelas arah.
Tapi, jauh di lubuk hati ini, aku bersyukur akan diriku. Karena perlahan akupun sadar, telah diciptakan sebagai manusia yang selalu saja berpikir.
Berpikir apa itu kehidupan, alam dan isinya. Dari berpikir, aku coba memahami sikapku dan sikap mereka yang ada di sekitarku. Diantara kami ada yang sepaham, ada yang berselisih, berpura-pura baik atau terus terang menunjukkan siratan hatinya.
Tapi akhirnya aku tahu, itulah bagian dari kehidupan yang harus kujalani...
Bahkan, jika aku memang ingin benar-benar paham akan kehidupan, aku masih harus banyak belajar dan berpikir tentang dari mana tawa dan air mata itu berasal.
Mereka pasti jarang melihatku mengeluarkan air mata, tetapi mudah-mudahan saja hatiku ini tidak dianggap sekeras batu, karena sesungguhnya akupun pernah pilu karena tersakiti.
Isi hatiku semakin sulit tertebak, karena senyum dan tawa juga jarang tersirat di wajahku. Akan tetapi, siapalah manusia di dunia ini yang tidak mengharap 'senyuman' mengisi kehidupan mereka, begitu juga aku.
"aku hanya ingin dapat menangis dan tertawa di saat yang tepat saja".
Jika kini, dikatakan saat yang tepat bagiku untuk menangisi nasip, itu bukanlah suatu penyesalan. Tetapi hanya cara untuk bercermin diri.
Semoga dengan begitu perlahan dapat memugar tabiat, dan aku nantinya dapat pula 'tertawa' di saat yang tepat. Nantikan aku masa depan.
Semoga saja.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar