My Adsense

25 Sep 2010

Malam yang berbeda

Ini adalah malam seperti yang kemarin-kemarin, semenjak aku sudah memiliki rutinitas yang tetap. Rutinitas ini mengenyahkan predikat pengangguran yang sebelumnya kusandang, hingga sekarang ini ada kebiasaan sehari-hari yang mulai terlupakan. Aku tidak lagi dapat mengisi waktu senggang dengan melakukan hobby yang kusenangi, meski pekerjaan yang sekarang ini bisa dikatakan tidak jauh dari aktifitas hobbyku juga, hanya saja itu tetap tidak kurasakan sama.


Aku juga sudah jarang menghabiskan waktu dengan bersantai atau berkumpul bersama kawan-kawan. Seperti yang paling kuingat adalah dulu kami biasanya mengisi hari dengan meramaikan ruangan kamarku dengan berbagai tingkah dan aktifitas konyol layaknya anak muda kebanyakan, berbagai obrolan lepas yang disertai dentuman suara musik menghentak yang berasal dari memory komputer bututku. .


Jadi, sekarang keseharianku lebih sering dihabiskan dengan rutinitas pekerjaan baruku, setelah selesai kemudian pulang dengan lelah, melangkahkan kaki kembali ke kamarku yang sudah menjadi semakin sepi, karena kawan-kawan sepertinya mulai mengerti situasiku, hingga akhirnya mempunyai kesibukan untuk hari dan malam mereka sendiri. Meski aku tetap merasakan hal yang sama seperti biasanya, rasa yang sebenarnya tidak dipengaruhi lenggang atau tidaknya keadaan kamarku, karena cukup berada di kamar ini segala rasa lelah seakan-akan dapat sirna.


Jika sudah berada dalam kamarku, aku sudah tahu apa yang akan kulakukan untuk menghilangkan kejenuhan keseharian bila memang ada, bahkan lelah sirna dan tiba-tiba aku memiliki stamina untuk sanggup begadang meski sampai larut. Yaitu cukup berteman dengan komputer bututku ini, aku bisa menulis tentang apa saja yang kumau, mendengarkan lagu, atau apa saja hal menarik dalam program-program yang tersimpan dalam komputerku. Kawan-kawanku mungkin bisa saja kembali bertandang dan itu bahkan dapat membuat aku semakin lupa bahwa seharian tadi rutinitas telah cukup lelah untukku.


Tapi ada satu cerita dimalam ini, sesampainya di dalam ruangan kamar, setelah aku menyalakan seperangkat komputerku, tak sengaja aku membuka satu folder yang berisi berbagai foto-foto kenangan yang pernah aku simpan, terselip satu foto yang sudah lama tidak kusadari. Itu adalah satu-satunya foto kebersamaan antara aku dan ibu yang masih ada. Melihat foto itu, tiba-tiba perasaan rindu yang mendalam pun hadir. Aku yang sekarang sedang jauh di tanah rantau, meninggalkan sanak family nan jauh disana, termasuk Ibu yang sangat kucintai. Akhirnya aku menjadikan foto itu sebagai gambar desktop komputerku. Hampir tiap hari, meski untuk sekarang ini lebih sering dikala malam, aku selalu menggunakan komputerku ini. Dan dengan begitu aku akan selalu melihat foto Ibu, maka akupun dapat selalu mengingat dia yang kucintai.


Dan sepertinya keseharianku kedepanya mungkin akan lebih sering begini, pulang dengan lelah yang sesampainya di kamar hal itu pun sirna, karena apa saja yang bisa kulakukan dengan komputer bututku. Juga selalu melihat foto itu, tiap saat aku akan selalu menyimpan kerinduan pada Ibu, hingga semoga suatu saat aku ingin dapat betemu denganya lagi. Tentu saja aku berharap itu terjadi pada waktu dan kondisi yang pantas. Semoga nanti ketika aku bertemu dengan Ibu, kemudian menepati janjiku untuk dapat membahagiakanya. Doa mu menyertaiku Ibu.


21 Sep 2010

Kemarilah kawan

Hey kawan kenapa kau bersedih lagi,

apa lagi yang harus kau tangisi,

bukankah hidup harus dibawa santai

tapi kenapa kau selalu meratapi diri.


Hey kawan hidup ini hanya sekali,

janganlah kau merasa seorang diri.

Marilah bernanyi bersama kami

Nyanyikan lagu menghibur lara di hati.


Disini kita boleh bebas dan lepas kendali

Dengarkan hentakan irama dan coba ikuti,

Kita bernyanyi atau menari sesuka hati.

Hingga tak ada lagi tangis dan lara di hati


Tak ada yang perlu ditakuti,

Karena kita semua sama disini,

Aturan krama tak lagi erat merantai,

Karena disini kita buat dunia kita sendiri.


Lepaskanlah sesal terhadap apa yang telah terjadi,

Jika selama ini apa adanya diri kerap tersakiti.

Tak ada guna menyimpan dengki dan iri hati,

hanya menambah beban di hati,

sadari bahwa kau takkan pernah bisa hidup sendiri.


Tetaplah santai dan jadilah diri sendiri.

Manusia bebas yang tetap bernurani.

Hayati perasaan hati yang telah tersakiti,

Hingga kau tahu hal itu akan tetap terjadi.

Dan percuma sembunyi dan berlari.


Pahami saja lewat hati,

bahwa hidup memang begini.

Jalani saja apa yang terjadi,

Tetap santai dan menjadi diri sendiri.


Nurani takkan pernah mati,

suatu saat kau pasti akan memberi arti.

Menipu untuk mengemis

Pengemis itu lumpuh dan berpakaian compang-camping, di dalam kereta aku sering menjumpainya. Dia tidak bisa berjalan dan berdiri tegak seperti manusia biasa, yang bisa dilakukan hanya terduduk dan menyeret tubuhnya perlahan-lahan sambil meminta-minta, tentu saja dia mengharap belas kasihan dari para penumpang. Hampir setiap pagi aku selalu menjumpainya di dalam kereta ekonomi dan tidak jarang aku menyisihkan sedikit uang yang kupunya untuk diberikan padanya. Dan sudah sewajarnya ada yang menaruh belas kasihan melihat keadaan seorang pengemis seperti dia.


Tapi semenjak kejadian pagi tadi, akhirnya terlihat kenyataan yang sebenarnya. Orang yang kukatakan pengemis itu tidak seperti biasanya dia yang sering kulihat di dalam kereta ekonomi. Dengan menggunakan pakaian yang cukup rapi, dia terlihat sedang duduk santai di warung kopi. Aku memang sedikit terkejut, tapi terus saja memperhatikan dia. Namun sepertinya dia juga tidak memperdulikanku, bisa saja karena dia tidak menyadari bahwa aku adalah salah satu orang yang sering menjumpainya di dalam kereta ekonomi.


Kemudian kejadian berikut inilah yang membuat aku lebih tercengang, ternyata dia dapat berdiri dan berjalan seperti manusia normal lainya. Aku memang melihat salah satu kakinya pincang, tapi itu sebenarnya tidak sampai membuat dia lumpuh hingga tidak dapat berjalan, tidak seperti kejadian sebelumnya dimana aku sering menjumpainya dalam kereta. Bukan hanya itu, dia kemudian juga mengambil handphone dari dalam saku celananya, berbicara kepada seseorang sambil tertawa lepas dengan menggunakan dialeg daerahnya yang kental.

Aku memang terkejut sekaligus tercengang melihat kejadian itu, tapi kemudian hanya bisa tersenyum sendiri. Tersenyum karena menemukan satu lagi fakta unik dari kehidupan ibu kota, terbit satu kesimpulan dari kejadian yang baru terjadi, bahwa selama ini aku dan penumpang kereta lainya telah tertipu oleh pengemis itu.


Peristiwa itu kemudian membuat aku kembali mengingat-ingat kejadian saat bertemu dengan banyak pengemis di dalam kereta ekonomi. Mereka adalah manusia dengan berbagai tingkatan usia, anak-anak kecil, remaja, orang dewasa, sampai yang sudah berusia renta. Mereka hadir dengan berbagai macam keadaan yang mengibakan hati bagi orang yang melihatnya, menggendong bayi, sekujur tubuh yang terlihat kotor, berpakaian compang-camping, dan ada diantaranya yang lumpuh, buta, atau tubuh penuh luka.


Aku sendiri termasuk orang yang sangat tidak menyukai mereka yang coba mengais hidup dengan meminta-minta, seperti para pengemis itu. Apalagi jika menurutku diantara mereka itu sebenarnya masih bisa mencari penghasilan dengan cara lain. Tapi aku juga bukan manusia yang tidak mempunyai rasa kasihan, perasaan ibaku juga cepat jatuh jika melihat mereka yang mengemis adalah termasuk orang yang berusia renta, lumpuh atau buta. Karena itu juga aku pernah sangat iba melihat seorang pengemis yang kuceritakan tadi, sebelum akhirnya aku tahu bahwa ternyata dia tidak lebih dari seorang penipu. Hingga akupun jadi bertanya-tanya, apakah banyak diantara pengemis yang lain juga melakukan hal yang serupa. Atau mungkin ada diantara kita yang juga menganggap itu sudah menjadi rahasia umum.


Menolong orang yang membutuhkan adalah amal kebaikan, dan sehubungan dengan tulisan ini, seharusnya hanya itu yang kita harapkan ketika kita menyisihkan sedikit uang bagi mereka yang membutuhkan, termasuk untuk mereka yang disebut pengemis. Selain harus ada keihklasan dibalik itu semua, menolong yang tanpa pamrih. Dan semoga hal itu juga terjadi pada setiap amal yang pernah aku lakukan, termasuk dengan pengemis-pengemis itu. Tapi jujur akhirnya aku tidak tahu dan bertanya-tanya bagaimana dengan keihklasanku yang pernah ada untuk seorang pengemis seperti dia.


Waktu itu aku memang sungguh teriba dengan keadaanya, tapi jika kenyataan sebenarnya seperti ini, aku malah merasa sangat tertipu. Dan disebalik semua itu, aku juga tidak ingin keihklasan dan amalku yang pernah ada hanyalah percuma. Maka biarlah aku coba berpikir bagaimana agar kejadian itu berlalu, dan tidak harus menyalahkan siapa-siapa. Semuanya harus kembali pada niatku sebelumnya agar kejadian yang kulihat ini biarlah dianggap sebagai kenyataan yang sudah sewajarnya terjadi di ibu kota, meski masih ada kebingungan, akankah ini sebuah kewajaran atau keterpaksaan yang dikarenakan takdir.


Namun tetap saja hal seperti ini tidak harus terjadi, apapun alasanya yang dilakukan oleh pengemis tadi tetaplah adalah sebuah kesalahan. Orang seperti dia lebih pantas disebut penipu, meski mengemispun tidak jauh beda jika ingin dikategorikan termasuk pekerjaan paling rendah yang pernah ada, dan apa yang dapat kita katakan apabila kesamaanya terletak pada keterpaksaan takdir akibat hidup di kota besar ini. Tapi bukankah kita lebih berharap untuk dapat beramal terhadap mereka yang sungguh membutuhkan. Meski yang kita berikan itupun tidak seberapa, setidaknya keihklasan kita itu dapat berarti buat mereka. Dan kita tidak meraasa sia-sia karena telah tertipu.


Kembali pada pertanyaan sebelumnya, “apakah banyak diantara pengemis yang lain juga melakukan hal yang serupa” ?. Aku sendiri baru menemukan satu kasus dengan mata kepalaku sendiri, yang mungkin dianggap sebagai satu kasus penipuan kecil. Apa yang pernah kuberikan pada seorang pengemis itu tidak seberapa, dan tidak boleh kuperhitungkan jika ingin keihklasanku tetap menjadi amal baik. Tapi bagaimana, jika pengemis seperti dia tidak hanya satu tapi banyak, dan orang yang telah tertipu bukan hanya aku sendiri tapi juga terjadi pada orang lain. Dan untuk kejadian yang kualami ini hanya terjadi di dalam kereta ekonomi saja, sedangkan masih banyak tempat lain dimana kita dapat menjumpai para pengemis seperti itu. Bagaimana jika ini telah menjadi rutinitas mereka yang telah ada sejak lama. Jika mengemis saja cukup dijadikan lahan pencaharian, kenapa harus mencari pekerjaan lain.


Itu tetaplah bukanlah persoalan jika kita kembali pada kata “keihklasan”, tapi tetap saja tindakan mereka yang salah itu tidak bisa kita biarkan begitu saja. Setidaknya dari tulisan ini dapat menjadi bahan perenungan untuk kita. Khususnya bagi orang yang sangat menjunjung tinggi prinsip bekerja keras dalam hidup, orang yang enggan meminta dan lebih baik memberi, orang yang mengupayakan segala cara yang halal untuk mengais hidup yang meski hanya mendapatkan seberapa. Apakah kita termasuk dalam orang-orang yang seperti itu, lantas bagaimana pandangan kita terhadap pengemis seperti mereka yang dengan mudahnya menipu untuk mendapatkan penghasilan, orang seperti mereka tidak bisa dikatakan berkerja keras, mereka hanya meminta-minta uang dari kita yang dengan susah payah kita cari. Mungkin yang kita berikan tidak seberapa, tapi itu bisa menjadi lebih dari cukup jika bukan hanya kita saja yang mereka tipu. Mereka dan seseorang yang awalnya aku sangka pengemis itu bahkan bisa lebih berada dari kita, tapi itu diraih dengan menipu banyak orang dari kita.


Pada akhirnya aku menganggap tulisan ini terbit hanya karena ingin membahas apa yang patut direnungi tentang salah satu dari bermacam cara orang hidup di kota besar ini. Menghalalkan segala carapun sudah bukan hal yang jarang didengar atau dilihat dengan mata kepala kita sendiri. Tulisan ini juga tidak ingin membuat kita menjadi mengingat-ingat dan memperhitungkan segala keihklasan yang sesungguhnya telah menjadi amal baik kita kita. Kemiskinan dan kaum pinggir memang benar menjadi realita memilukan negeri kita, khususnya di ibukota ini. Tetapi kita juga tidak bisa menutup mata jika di dalam realita tersebut terselubung fakta yang dapat membuat kita gerah,. meski itu hanya hal kecil tapi bukan tak mungkin segalanya dapat menjadi lebih besar nanti.


Kemudian kita sudah mengetahui permasalahan yang mungkin dianggap kecil ini, bahkan mungkin pernah menjadi pihak yang merasa dirugikan, lantas apa kita akan membiarkanya. Jika begitu, kita bisa dikatakan termasuk membiarkan kesalahan ini terus berlangsung. Kemudian apakah terpikir oleh kita “kebiasaan mengemis” seperti mereka itu dapat tertular kepada generasi lainnya, generasi yang tumbuh dalam bangsa ini dan tentu saja mempengaruhi peradaban negeri ini. Karena itu saya berpendapat bahwa meski perlahan hal itu nantinya dapat melahirkan generasi dengan mental dan tabiat “menipu untuk mengemis”. Dan silahkan kalian artikan sendiri apa yang saya maksudkan dengan kalimat tersebut. Karena sepertinya banyak orang sekarang ini yang tidak seperti pengemis tapi tindakan mengemisnya lebih dari sekedar pengemis yang sebenar-benarnya memang pengemis. Mereka sudah berkecukupan tapi masih berusaha untuk mendapatkan lebih, tapi enggan bekerja keras dengan jujur. Langkah lain yang akhirnya mereka tempuh, yang syarat dengan tipu menipu dan mental bermalas-malasan.


Mungkin saja tanpa kita ketahui hal ini sudah lama terjadi. Maka bila negara kita sempat, pernah atau sekarang ini sedang goyah adalah sedikit banyak disebabkan oleh permasalahan yang diibratkan seperti contoh kecil ini. .

18 Sep 2010

PETUAH NURANI

JIKA AKU BERKATA,

TENTANG SEPERTI APA DIRIKU.

MAKA PERKATAAN ITU HARUSLAH MENYIRATKAN ARTI SEBENARNYA,

SAMA SAJA DENGAN JANJI YANG BUTUH PEMBUKTIAN.

BERIKANLAH BUKTI YANG JUGA SAMA TERBACA OLEH MEREKA.

KARENA DARI PERKATAANKU ITU,

MEMBUTUHKAN PENILAIAN DARI MEREKA,


MEREKA YANG MEMPUNYAI MATA,

TAPI MEREKA JUGA MEMILIKI HATI YANG LEBIH PEKA.

MUNGKIN MEREKA MENILAI TERLEBIH DAHULU DARI APA YANG DILIHAT,

TAPI HATI MEREKA BISA MENILAI APA YANG TIDAK TERLIHAT OLEH MATA.


AKUPUN BERHAK MENGATAKAN YANG BAIK-BAIK SAJA TENTANG DIRIKU

KARENA TIDAK ADA LARANGAN JIKA ITU SEBUAH KEBENARAN.

APALAGI JIKA BURUK ADALAH AIB YANG TIDAK PERNAH KUSADARI,

LAGIPULA TETAP MEREKA YANG MENILAI.

NAMUN JIKA ITU KU LAKUKAN DENGAN TULUS,

SESUAI DENGAN PERKATAAN DAN JANJIKU,

MAKA SEBAGAI MANUSIA AKU AKAN DIKENAL LUMRAH.

ORANG BAIK YANG PASTINYA TETAP PUNYA SISI BURUK

TAPI KEBURUKANKU MUNGKIN TIDAK AKAN TERLALU DIPERSOALKAN,

KARENA AKU TELAH TULUS MEMBUKTIKAN PERKATAANKU SENDIRI,

TENTANG APA ADANYA DIRIKU SEBENARNYA.


OLEH KARENA ITU TULISAN INI UNTUK KAU JUGA,

BERKATALAH TENTANG DIRIMU SEPERTI KAU SEDANG BERJANJI.

DISERTAI KEYAKINAN JUJUR YANG DAPAT MENJADI PENILAIAN MEREKA,

CUKUP TENTANG SEKECIL HAL TULUS YANG MAMPU KAU BUKTIKAN,

TAK PERLU TENTANG SEGALA HAL YANG SECARA MAMPU KAU LAKUKAN.

KARENA SEMUA DAPAT TAK BERGUNA DALAM PENILAIAN MEREKA,

JIKA ITU HANYA BERTAMENG KEMUNAFIKAN,

MESKIPUN KAU TAK SEKEDAR OMONG KOSONG.


PADA AKHIRNYA WAKTU JUA YANG MEMBUKTIKAN,

SIAPA SEBENARNYA AKU DAN DIRIMU.

PENILAIAN DATANG DARI SEMUA YANG PUNYA MATA DAN JUGA HATI,

BEGITU JUGA DENGAN AKU DAN DIRIMU SENDIRI.

APAKAH KITA MEMILIH MENGHANCURKAN NILAI DIRI SENDIRI

DI MATA MEREKA YANG MEMPUNYAI HATI.

HANYA KARENA KEMUNAFIKAN YANG TAK KUNJUNG USAI,

ENTAH DIKARENAKAN PERSAINGAN DAN DENGKI

ATAU INGIN HARGA DIRI YANG TINGGI.


SEBENARNYA MENJADI DIRI SENDIRI SEPERTI APA YANG KITA MAU ?

TERSERAH BAGAIMANA MATA DAN HATI MEREKA MENILAI.


APAKAH TAK MENGAPA SELALU DIANGGAP BURUK,

ASALKAN TETAP TULUS BERUSAHA MELAKUKAN HAL YANG BAIK.

ATAU INGIN MEMAKSAKAN KEYAKINAN,

BAHWA MENJADI DIRI SENDIRI ADALAH MENGUPAYAKAN SEGALA CARA UNTUK MEMENANGKAN DIRI SENDIRI.


INILAH AKU

DAN KAU ADALAH DIRIMU SENDIRI.

KITA BISA SAMA DAN JUGA BERBEDA

MATA DAN HATILAH YANG PADA AKHIRNYA AKAN MENILAI.



KESEDIHAN KARENA TAK DICINTAI BELUM SEBERAPA JIKA DIBANDINGKAN DENGAN KESEDIHAN KARENA KAU TAK BISA MENCINTAI ORANG YANG MENCINTAIMU

KAU INGIN DICINTAI…

TAPI BELUM ADA WANITA YANG DAPAT MENGERTI.

BAHWA KAU INGIN DICINTAI DAN DIPAHAMI,

DAN ADAKAH YANG BISA MENERIMA APA ADANYA DIRIMU.


KAU DENGAN SEGALA UPAYA KERAS UNTUK MERAIH MIMPI,

HINGGA KEHIDUPAN TERIKAT OLEH ATURAN YANG DIYAKINI.

KEBEBASAN TABIAT YANG HANYA DIMENGERTI SENDIRI,

DENGAN PRINSIP YANG HARUS SELALU DIIKUTI,

INGIN MENJADI DIRI SENDIRI TANPA KETERPAKSAAN YANG MENYIKSA DIRI.


JIKA BEGITU ADAKAH YANG DAPAT MENGERTI,

HINGGA MEMBUAT KAUPUN TURUT MEMAHAMI,

AKHIRNYA BERSAMA DAPAT SALING BERBAGI.

KARENA SEBENARNYA KAU TAK PERLU DITURUTI,

HANYA BUTUH DIPAHAMI.


JIKA DIA MENCINTAIMU,

DAPATKAH DIA MEMAHAMIMU,

TAPI KENAPA KAU TAK BISA MENCINTAINYA,

HINGGA AKHIRNYA BERUJUNG PADA KESEDIHAN YANG MENDALAM.


KARENA MEMANG LEBIH BAIK KAU TIDAK DICINTAI,

DARIPADA KAU TIDAK BISA MENCINTAI ORANG YANG MENCINTAIMU.




10 Sep 2010

Arti Takbir

اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ اَللّهُ

اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، وَلِلّهِا لْحَم

Adalah kalimat suci yang ditakbirkan umat Islam di hari yang fitrah ini.
Dihari ini, suara itu menggema dimana-mana.
entah seperti apa masing-masing dari kita memaknainya,
arti dari kalimat suci yang dapat memecahkan haru dan tangis bahagia.
Makna takbir yang menggemakan keagungan dan KeEsaan hanyalah milikNya,
dan segala karunia yang dilimpahkanNya tiada tara semasa kita hidup,
tapi terkadang sebagai hambanya, kita justru kerap melupakanya.
Kita bersalah karena tabiat yang mengaburkan arti dari keimanan dan ketaqwaan kita sendiri.

Maka, suara Takbir itu dapat menimbulkan keharuan dari lubuk hati kita yang paling dalam.
Karena kita diingatkan atas segala kesalahan yang pernah diperbuat.
tapi benarkah seperti itu perasaan kita hari ini, lantas sampai sebatas mana kita memaknainya ?. Mungkinkah hanya berkesan sepintas di hati dan akhirnya nanti juga berlalu begitu saja.
Jika begitu, sungguhkah Dia dengan segala kebesaranNya hanya kita artikan seperti itu?.
Mungkin itu tidak benar, karena kita tidak seperti itu !!
tapi apa buktinya ?, dapatkah kita memberi bukti cukup dengan satu bulan itu saja.

Ya, bagaimana kita memaknai sebulan itu ?.
Karena takbir inipun pertanda tibanya kemenangan bagi umat Islam,
setelah sebulan lamanya kita berpuasa melawan segala godaan yang dapat membatalkanya.
Itu semua dilakukan dengan ihklas, dan hanya untuk membuktikan keimanan kita padaNya.
Tapi, siapakah diantara kita yang pantas disebut sebagai pemenang ?.
Apakah benar sebulan ini, yang disebut keihklasan itu ada ? atau sebenarnya tidak sama sekali.
Mungkinkah kita sungguh memaknai sebulan ini ?, atau kalaupun bermakna tetaplah hampa.

Jika begitu, bagaimana perasaan kita sebenarnya mendengar takbir itu ?
terharu, bahagia, atau tak tahu seperti apa.
Karena dengan suara takbir itu...
pantaskah kita terharu karena diingatkan ?, tapi apakah itu menjadi kesadaran.
yakinkah kita pantas berbahagia sebagai pemenang ?,
jika memaknai sebulan itu bukan semata karena Dia, atau bahkan tidak sama sekali.

Lantas apa arti takbir dari hari ini yang seharusnya fitrah bagi kita ?.

Itu semua, Hanya Dialah Yang Maha Tahu,
dan kita cukuplah untuk sadar dan bertanya pada diri sendiri.

6 Sep 2010

Penulis kehidupan

Banyak jenis penulis yang kita tahu. Siapapun mereka, menurutku jika mereka disebut penulis, tentunya memiliki kepribadian dan kehidupan yang unik. Mau tidak mau, seorang penulis harus pula menjadi seorang pemikir. Seperti penulis yang lebih suka menulis tentang permasalahan kehidupan, mereka menjalankan aktifitas keseharian lainya secara biasa-biasa saja, tapi disebalik itu mereka selalu berpikir segala hal tentang seluk beluk kehidupan yang terjadi.

Jika tidak seperti itu, tentunya mereka tidak dapat menghasilkan berbagai tulisan sebanyak mungkin, sebab untuk banyak menulis dan ingin agar isi tulisanya mendalam, maka harus berpikir secara mendalam dan dilakukan secara sering pula. Bila mereka memang penulis, maka hal seperti itu bukanlah beban justru kemikmatan, karena kebiasaan itupun datang sendiri beriringan dengan waktu yang membuat mereka terbiasa.

Hingga akhirnya menjadi sebuah kewajaran bagi seorang penulis bila kehidupanya selalu dekat dengan berpikir. Kehidupan para penulis tetap berjalan seperti adanya, meski berbeda dengan sebagian orang lain yang lebih suka hidup santai tanpa banyak berpikir. Tentu saja adalah kesalahan bila selalu berpikir untuk hal yang tidak perlu, atau terlalu banyak berpikir yang membuat lambat dalam tindakan. Tapi, yang dimaksudkan berpikirnya penulis tidak seperti itu. Mereka berpikir akan sesuatu yang dianggap penting dalam hidup yang jarang terbaca oleh mereka yang tidak biasa berpikir. Dan meski hanya dalam tulisan, tapi itu bisa menjadi tindakan tepat untuk menjawab berbagai masalah kehidupan, yang bukan hanya untuk dia tapi juga orang banyak.

Menyangkut permasalahan kehidupan adalah sumber penulisan mereka yang tidak akan habis digali sampai kapanpun. Si penulis sendiri tidak akan sanggup jika ingin menulis tentang semua kehidupan yang dialaminya, hanya saja cukup dengan menemukan makna dari tulisanya itu, maka dapat menjawab semua yang diperlukan dalam kehidupan. Apa yang terpetik dari hal yang telah lampau, sedang atau akan terjadi, dapat menjadi sumber inspirasi penulisan. Dan dengan terus menulis, penulis akan sering berpikir, hingga akhirnya semakin paham. Tapi juga perlu diingat untuk mereka, penulis yang suka menulis tentang kehidupan, semua tentang kehidupan dapat ditulis namun tidak semua sisi kehidupan dapat dicari jawabanya. Sebagian adalah misteri yang biarlah tersimpan sebagai milikNya.

Dari hal itu, seorang penulis yang sering menulis, harusnya memiliki wawasan yang luas. Dia bisa menjadi orang yang menyenangkan untuk diajak berbagi cerita dan bertukar pengetahuan, meskipun beberapa diantaranya terkadang lebih sering terlihat sebagai penyendiri dan jarang bicara. Memang tidak semua penulis seperti itu, bahkan lebih banyak yang tidak demikian. Tapi kalaupun iya, menyendiri juga bukan kemauan mereka. Sehubungan dengan mereka yang disebut penulis, mungkin kebiasaan menyendiri itu hadir akibat inspirasi, ide dan pemahaman menulis tersendiri yang lebih mudah datang jikala sedang sendiri. Itu bisa menjadi kebiasaan dan terbawa dalalm keseharianya, apalagi jika dalam keseharian mereka itu lebih sering berpkir untuk mencari inspirasi, ide atau pemahaman akan tulisanya. Ada kebahagiaan tersendiri bagi mereka jika dapat menulis sesuatu, meskipun itu harus ditempuh dengan lebih banyak berkutat pada aktivitas menyendiri. Mereka tidak selalu begitu, meski menyendiri juga diperlukan oleh siapapun sebagai refleksi atas apa yang terjadi. Mungkin contoh ini dapat diambil untuk kita yang bukan penulis, kita juga butuh refleksi dengan menyendiri, meski mungkin takaranya lebih sedikit, jika kita memang tak sanggup seperti mereka.

Penulis juga adalah orang yang peka perasaanya. Berbagai kejadian tertentu bisa saja cepat menyentuh perasaan mereka. Itu yang akhirnya menerbitkan inspirasi mereka untuk menulis, dan dengan kepekaan terhadap kejadian itu yang membuat tulisan mereka dengan gampang mengalir, membuat isi tulisan menjadi semakin berarti dan mengandung pesan atau makna tersendiri. Rangkaian kalimat yang dimulai karena sesuatu yang terjadi pada perasaan hati, memang akan menghasilkan tulisan yang menyentuh secara khusus bagi diri sendiri, dan menarik para pembaca untuk turut memahami apa yang dirasakan.

Tapi penulis bukan berarti orang yang selalu menggunakan perasaan dalam setiap tindakan, mereka juga pandai berlogika. Karena dalam menulis dua hal itu menjadi senjata utama yang tak boleh terpisahkan. Penulis membutuhkan logika untuk membenarkan kepekaan perasaanya terhadap masalah yang ingin ditulis, logika juga dipakai untuk menilai kewajaran perasaan yang diungkapkan melalui tulisan dengan kenyataan yang ada, serta dengan logika tulisan yang dihasilkan dapat lebih berarti secara umum, tidak terikat dari dan untuk si penulis semata.

Pendapat yang terakhir, penulis adalah seorang pembangkang yang juga punya jiwa pemberontak. Penulis yang menulis tentang kehidupan, tulisanya tidak lepas dari segala hal tentang manusia. Dan segala hal tentang manusiapun tidak luput dari dosa dan kesalahan. Itu memang merupakan hal yang wajar, tapi tetap ada ketimpangan kehidupan disitu. Disinilah penulis harus kritis, berpikir kemudian bertanya sendiri. Lantas jawaban yang akan menjadi isi tulisanya tidak jarang merupakan luapan emosi atas situasi yang terjadi, atas kesalahan dan dosa yang dilakukan oleh manusia lain atau mungkin dibuat sendiri. Hingga kemudian tulisannya itu menjadi suara jeritan dan penyesalan. Dia ingin keluar dari penjara kebiasaan manusia yang sudah tidak sesuai dengan isi hati, pergi dari lingkungan yang membuat dia selalu terkukung dalam kesalahan.

Atau dia menyesal namun marah terhadap diri sendiri, karena telah banyak melakukan dosa yang tak terampuni. Kemudian menulis yang memaki orang lain atau diri sendiri, karena tak pernah tahu cara menghargai hidup. Itu adalah sebagian kecil pembangkangan mereka yang diungkapkan melalui tulisan. Tapi karena mereka sungguh-sungguh penulis, pada akhirnya wujud dari isi tulisan pembangkangan tersebut adalah kalimat kesimpulan bermakna, yaitu “ Ingin dan harus berubah menjadi lebih baik”.

Begitulah seorang penulis, yang menurutku mereka adalah pemikir, penyendiri, perasa dan juga pembangkang. Tapi akupun tidak ingin menyalahkan mereka, sebab sikap mereka itu adalah kewajaran yang dimulai oleh waktu hingga menjadi kebiasaan. Lagipula apa yang salah dari sikap mereka, jika dengan begitu dapat menghasilkan karya tulisan yang bermanfaat bagi dia ataupun orang lain. Itu semua juga tinggal menunggu pembuktian waktu dan bukan tidak sama sekali, karena setidaknya bagi dia sendiri tetap mempunyai arti.

Yang dapat dicontoh bahwa sikapnya itu membuat dia banyak belajar, kemudian menulis dan berusaha beranjak untuk paham. Jika dia ingin berbagi kepada orang lain, itu karena dia penulis. Dan kalau dia benar penulis, maka isi tulisanya bukanlah berisi unjuk kepandaian, melainkan dapat terpetik sebuah makna dalam agar kita harus ingin dan berupaya untuk berubah menjadi lebih baik.