My Adsense

30 Okt 2010

Kamu tak perlu puisi

Baru saja terbit kesadaran agar aku secara perlahan dapat memahami terlebih dahulu tentang bagaimana diri ini adanya,
tidak lain itu supaya berbagai kisah yang pernah dialami tidak lagi berulang karena kekeliruan yang sama.
Aku yang sejak dulu berkeinginan sama seperti manusia lain, mewujudkan mimpi dan angan-angan.
Tapi disebalik itu,
diri ini juga hanyalah manusia yang berkeinginan tanpa pernah berusaha dapat meraih mimpi dan angan-angannya tersebut.

Bukankah seharusnya mimpiku adalah sama dengan mimpi yang mereka punya,
mimpi kita yang bukan sekedar angan-angan tanpa berharap menjadi asa yang nyata.
Maka sejak itu aku selalu menguatkan kesabaran,
agar dari segala kisah yang pernah dialami dapat menjadi pelajaran yang dapat diambil hikmahnya.
Hingga semoga menemukan arti bahwa pada akhirnya sesuatu pasti datang pada saat yang tepat,

Hal yang baik didapat dengan cara yang baik pula.
Oleh karena itu, haruslah selalu ihklas akan takdir dan garis kehidupan yang diguratNya.
Dengan selalu mensyukuri segala anugerah dan kejadian yang telah Dia berikan.
Segalanyapun penuh keseimbangan dalam hidup ini,
baik-buruk, hitam dan putih, serta yang ditabur adalah yang akan dituai jua nanti.
Jadi aku harus terus berusaha sebaik mungkin apa yang kubisa,
tak usah gundah untuk hal yang bisa saja sebenarnya merupakan hal remeh,
karena Dia jualah yang menentukan hal apa yang pantas kudahulukan sebelumnya.

Seperti aku yang sejak dulu menanti ingin dipertemukan dengan seseorang yang akan memberi arti sejati,
tapi belum pernah perguliran hari mengerti dan memberi arti secara pasti,
yang ada hanya waktu indah sesaat, berkelebat untuk lewat sepintas saja.
Tapi disebalik itu, aku sadar masih ada sisi kehidupan lainya yang perlahan mengukuhkan diri,
dan aku yakin itulah yang menurutNya terbaik untuk harus kucapai terlebih dahulu.

Hingga kemudian, waktu juga yang membuat pertemuan ini hadir secara tiba-tiba,
yang tak pernah kuduga dan sangat berbeda dengan beberapa kisah yang lain.
Ini tentang kau yang hanya sekedar kutahu pada masa yang telah lalu.
dan kemudian sekarang hadir secara tak sengaja,
tapi entah kenapa pertemuan yang kini membuat aku terbawa rasa yang tak dapat berkata hingga semakin luar biasa.

Lantas karena kebiasaan yang biasa mengungkapkan isi hati bukan dengan lisan,
menggiring diri untuk segera menulis tentang apa yang membuat rasa itu ada saat ini,
meski hanya lewat tulisan sederhana tapi ada yang bermakna bagi aku sendiri.
Tapi, akupun tak tahu entah kenapa tak bisa menulis apapun tentang kamu....
karena sebenarnya kamu berbeda dari mereka yang pernah kujumpai sebelumnya.
Mereka yang terlalu lebih dan sempurna untuk dapat dimiliki,
hingga selalu pantas diungkapkan dengan kalimat-kalimat mengguratkan syair penuh puja dan puji,
mereka yang sering kkukirimkan berbagai syair dan puisi kerinduan tentang niat hati yang ingin memiliki.
Tapi itu tentang mereka yang jauh untuk kumiliki,
hingga lebih pantas disandingkan kalimat-kalimat penuh mimpi,
dan jujur terkadang itu membuat aku terlalu melebih-lebihkan untaian syair penuh rayuan


Tapi kamu adalah seseorang yang kuyakini beda,
tak perlu ada puisi dan syair terlalu memuji untuk itu semua.
Cukup yakini saja hati ini kasih.

Anak gaul

Ini orang rada' unik, atau emang banyak juga orang yang seperti dia kali ya. Engga' tepat juga kalo dia dibilang bermuka dua atau bertabiat ganda, karena bisa jadi tabiat dia yang seperti ini emang udah dari sononya seperti itu. Tapi inti dari tulisan ini adalah, meski keliatan adem ayem, emang dasar dari dulunya dia udah bengal. Tapi bermuka dua atau bengal yang kaya' gimana seeh ?, nanti deh akan ada kelanjutan ceritanya lagi. Soalnya sekarang gue sendiri juga masih bingung menafsirkan jenis kebengalan seperti apa yang ada sama diri dia. Apalagi, gue bukan sikolog yang pandai ngebaca tabiat seseorang. Gue hanya suka membahas dan menulis tentang apa saja yang sekenanya di hati, kalo dibaca orang syukur, ga' dibaca juga ga' papa.


Tapi tentunya gue tetap ingin menemukan arti dari setiap tulisan gue, contohnya seperti tulisan ini. Meski ini hanya tulisan engga' jelas yang menceritakan tentang seorang anak manusia, orang muda yang kelihatanya bingung untuk menentukan cara dia bertabiat dalam keseharianya. Maka apalagi bagi kita yang sama sekali belum pernah mengenal orang ini, tentu saja lebih sulit untuk memahami bagaimana seeh sebenarnya dia. Tapi mungkin saja, ada beberapa diantara kita yang bisa. Tak perlu juga harus seorang sikolog, karena masalah kehidupan sebenarnya adalah apa yang paling dekat dengan hembusan nafas kita sendiri. Jika itu tentang kehidupan masa muda, maka pasti banyak diantara kita yang masih muda juga pernah mengalaminya, bahkan kalian yang sudah menjadi orang tuapun pasti pernah merasa muda dan juga ngerasain pengalaman yang sama. Jadi sepertinya, jika kita mencoba belajar bijak dalam melihat setiap permasalahan kehidupan, maka perlahan pasti dapat memahaminya, meski hanya sedikit.


Dari penampilanya sebagai anak muda, dia seperti engga' ada apa-apanya. Maksudnya, dia engga' seperti kebanyakan anak muda yang hidup kota, yang biasa disebut sebagai 'anak gaul'. Tapi, dia juga bukan tidak mengerti bagaimana sebenarnya kehidupan gaul anak ibu kota, sesekali dia juga menyukainya, bahkan malah bisa lebih 'gaul' dari orang muda lain yang selalu 'gaul'. He..he...bingung kan.

Sebenarnya apa seeh pengertian 'anak gaul' ?, sepertinya ada beberapa versi yang mengartikan itu.
Kalo menurut gue, versi yang pertama adalah 'anak gaul' yang lebih diidentikan dengan kesan miring. Dan itu adalah kesan yang mereka ciptakan sendiri sebagai 'anak gaul', itu terlihat dari setiap sisi kehidupan yang akhirnya mereka jalani. Tidak bisa dipungkiri juga bahwa kehidupan 'anak gaul' untuk versi yang seperti ini adalah berkiblat dari bagaimana cara hidup anak-anak muda yang ada di negeri barat sana. Agar disebut 'anak gaul', mereka akhirnya mendewakan segala hal yang berbau barat. Salah satunya adalah gaya hidup anak muda yang menjunjung tinggi kebebasan akan segala hal. Dalam setiap sisi kehidupan mereka tidak ingin dikekang oleh segala aturan, baik dalam pergaulan atau untuk memuaskan hasrat kesenangan masa muda mereka.

Segala norma akan dianggap usang oleh mereka, jika itu digunakan sebagai alat untuk membuat jarak dalam pergaulan, apalagi seperti budaya-budaya ketimuran yang dianggap terlalu banyak berisi aturan dan batasan tata cara bergaul antar gender. Masa muda juga dianggap sebagai waktu yang tidak boleh disia-siakan, karena disaat itulah darah mereka masih panas, pikiran mereka masih sarat akan imajinasi dan mimpi tentang segala kesenangan yang masih mampu diraih pada usia muda. Adalah kesenangan orang muda untuk menikmati surga yang ada di bumi ini, dan itupun dipahami sebatas apa yang ada dalam pikiran mereka sendiri.

Hidup santai dan tak boleh ada beban, anak muda haruslah selalu riang gembira, akhirnya itupun ditempuh seperti cara anak muda yang hidup di negeri barat sana. Kehidupan hura-hura diangap cara paling tepat memuaskan kesenangan masa muda, meski tanpa disadari budaya barat seperti itu perlahan banyak mengubah cara pikir mereka kebanyakan. Itu semua tidak lain adalah untuk mengeksiskan diri mereka sebagai 'anak gaul'. Biar disebut gaul, semua yang berhubungan dengan kehidupan masa muda mereka haruslah serba kebarat-baratan. Cara berpakaian, cara bersikap, kebiasaan, kreatifitas, kreasi, seni, dan lain sebagainya. Dan dari berbagai hal yang serba ditiru itu disadari atau tidak juga menyelipkan berbagai biang kontaminasi yang cukup mematikan jati diri atau lebih fatalnya adalah kehidupan mereka sendiri. 'Anak gaul' harus seksi, 'anak gaul' harus macho, 'anak gaul' harus modis dan keren, 'anak gaul' harus update teknologi, 'anak gaul' harus mentereng, 'anak gaul' harus tahu sex, 'anak gaul' harus tahu dugem, 'anak gaul' harus tahu musik, 'anak gaul' harus tahu alkohol dan narkoba, dan dari semua keharusan tersebut akhirnya menjadi kebebasan yang dapat membablaskan kehidupan mereka sendiri.
Pengertian 'anak gaul' versi pertama yang disebutkan di atas adalah apa yang dikemukakan berdasarkan pemikiran gue sendiri, mungkin banyak kekurangan atau terlalu berlebihan, bisa juga menyinggung perasaan seseorang, tetapi itu tidak lepas dari hanya pendapat gue semata. Harap dimaklumi.he..he..

Dan selanjutnya adalah pengertian 'anak gaul' versi yang kedua, mungkin untuk penjelasan ini tidak terurai panjang seperti pengertian 'anak gaul' pada versi pertama. Dan untuk versi kedua ini, saya mengategorikan 'anak gaul' yang justru sisi kehidupanya berkebalikan dengan apa yang dijelaskan tentang 'anak gaul' versi pertama. Saya mengartikan mereka sebagai kelompok yang memahami kehidupan 'anak gaul' adalah berarti harus bergaul dan dikenal banyak orang atas segala sisi positif yang mampu mereka tunjukkan diusia muda mereka.

Mereka mencintai budaya sendiri meski tetap ada kekurangan yang harus ditambah berdasarkan budaya luar yang telah disaring terlebih dahulu, anak muda memang harus bebas tapi tetap dalam aturan agar tidak kebablasan. Darah muda mereka sama panasnya dan cara mereka mencapai kesenangan masa muda memang tak boleh dikekang, tapi itu tetap dalam batas yang harus ditaati berdasarkan pemahaman yang pantas mereka yakini. Semua akhirnya menciptakan sisi masa muda mereka yang disebut 'anak gaul', tapi itu lebih berperan dalam menciptakan kretifitas yang tetap membangkitkan gairah masa muda, namun tidak merugikan dan malah bermanfaat bagi mereka dan orang banyak.
Menjadi 'anak gaul' yang bergaul dengan siapa saja tetapi bukan berarti tidak memilih-milih mana yang pantas untuk dijadikan teman. Untuk apa membiarkan diri terkontaminasi oleh hal-hal yang merugikan diri, jika hanya untuk mengejar kesenangan sesaat sebagai 'anak gaul', kemudian akhirnya harus menerima kesusahan panjang karena telah melakukan banyak hal yang merugikan diri dan orang lain karena melakoni kehidupan 'anak gaul'. Lantas siapa orang bodoh yang sudi menjadi 'anak gaul' , kalau rata-rata kebanyakan dari mereka adalah para pemuda yang menghancurkan masa depan dengan tingkah laku yang tak berguna. Tapi pengertian 'anak gaul' versi kedua ini mendapatkan pengecualian untuk itu. Menjadi 'anak gaul' seperti ini yang seharusnya menjadi idaman oleh banyak pemuda bangsa kita.

Lah kok tulisan ini jadi melebar tentang penjelasan 'anak gaul' segala, mungkin tema seperti ini dianggap remeh temeh yang sama sekali tidak ada unsur kualitas dan intelektualitasnya. Tapi bagaimana jika sebenarnya tema seperti ini yang perlu diangkat lebih jauh oleh kita semua yang hidup di negeri ini. Karena meski 'anak gaul' lebih identik dengan pemuda kota, tapi kata itu juga sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kita, khususnya pemuda-pemuda yang hidup di desa. Mereka juga berlomba-lomba untuk ikut terbawa arus para pemuda kota dengan trend 'anak gaul' mereka, dalam hal ini yang dimaksudkan 'anak gaul' adalah yang berdasarkan pengertian versi pertama. Dan telah dijelaskan pula sebelumnya bahwa asal muasal kehidupan 'anak gaul' versi pertama itupun dijiplak dari gaya hidup pemuda yang jauh di negeri barat sana. Budaya yang sebenarnya lebih banyak bedanya dibandingkan adat ketimuran kita, bahkan secara logika kita sudah banyak membaca dari kenyataan bahwa itu lebih banyak menularkan mudharat dibandingkan manfaatnya bagi cara pikir pemuda bangsa kita.

Jadi ini bukan masalah sepele, ini menyangkut generasi penerus bangsa yang dipegang oleh pemuda-pemuda yang hidup di zaman sekarang. Apa jadinya jika banyak diantara mereka adalah pemuda-pemuda 'anak gaul' dengan pengertian seperti versi yang pertama. Pemuda yang melupakan budaya sendiri dan gemar mencari kenikmatan dunia dengan cara hidup 'anak gaul' mereka.

Kembali kepada pemuda yang ingin saya ceritakan tadi, akhirnya saya masih saja belum mendapatkan kesimpulan akan keunikan tabiat dia sebagai seorang pemuda. Pemuda yang aneh !, termasuk dalam versi apakah dia jika ingin disebut 'anak gaul' atau dia bahkan tidak sama sekali masuk dalam kategori. Karena sudah diceritakan juga sebelumnya bahwa dari apa yang terlihat dari dirinya, dia sama sekali tidak mencerminkan kehidupan seorang 'anak gaul' dari kedua versi tersebut. Tapi dalam hal ini, gue sebenarnya juga tahu kalo dia emang benci dengan segala yang berhubungan dengan kehidupan 'anak gaul'. Dia lebih suka anti kemapanan dibandingkan kehidupan 'anak gaul' yang dinilainya selalu glamaour dilihat dari beberapa sisi, 'anak gaul' baginya pemuda cengeng yang hanya mau mengejar kesenangan semata tanpa mau bersusah payah mencoba dan berpikir tentang beban hidup. Sepertinya anggapan dia yang seperti ini lebih pantas ditujukan pada pengertian 'anak gaul' untuk versi yang pertama. Tapi anehnya, gue juga tahu bahwa ada beberapa sisi kehidupan 'anak gaul' tersebut yang juga gemar dilakukanya.

Keunikan tabiatnya itu masih saja menambah kebingungan gue setelah akhinya gue juga tahu bahwa disebalik beberapa tingkah laku 'anak gaul' versi pertama yang kerap dilakukanya tersebut, dia juga terkadang memahami betul bagaimana cara bersikap sebagai seorang pemuda, tingkah laku yang sesuai dengan pengertian 'anak gaul' versi yang kedua. Jadi meski tanpa disadari, secara gamblang dapat dikatakan bahwa dalam kehidupanya sebagai seorang pemuda, ternyata dia memiliki tabiat ganda antara 'anak gaul' versi pertama dan kedua.

Tapi terkadang dia juga bisa menjadi seorang pemuda yang sama sekali tidak tahu ingin berbuat apa-apa, menjadi pemuda tanpa harapan, enggan menikmati kesenangan masa muda yang ada secara gampang, apalagi untuk berpikir bijak menjadi seorang pemuda yang benar. Benar-benar aneh!!!! tapi itulah kehidupan dia sebagai seorang pemuda.

Siapakah dia?, mungkin dia adalah pemuda yang sesekali suka dengan kehidupan 'anak gaul' versi pertama meski membenci bagaimana cara bersikap dan tingkah laku mereka. Dia mungkin sesekali suka menegak alkohol meskipun tidak ingin disebut dan bertingkah seperti seorang pemabuk. Mungkin dalam hidupnya sampai sekarang ini, terkontaminasi oleh zat-zat terlarang adalah hal paling tabu, meski bukan berarti dia tudak pernah mengecapnya. Dia mungkin tak perlu banyak basa basi dan berkorban kata, waktu, rasa jika hanya ingin menjadi seorang Don Juan. Kesenangan duniawi adalah godaan terbesar selama kita hidup di dunia ini, dan sebagai manusia mungkin adalah kewajaran jika dia pernah terjatuh ke dalamnya.

Itu semua adalah tentang dia, yang secara bersamaan mungkin saja ada tabiat yang malah berkebalikan. Dia mungkin adalah seorang pemuda yang selalu ingin menjadi diri sendiri. Dia mungkin selalu memegang teguh janji dan prinsip tentang bagaimana upaya meraih masa depan. Dia juga mungkin tak kenal letih dalam berusaha dan berdoa untuk menjadi pemuda yang berguna. Dia mungkin selalu memenuhi isi otaknya dengan berbagai mimpi dan imajinasi untuk menuangkan sisi kreatifnya sebagai orang muda. Menjadi pemuda yang sehat lahir dan batin, mungkin adalah impianya sampai sekarang.
Tapi apa jadinya jika sebagai seorang pemuda, dia memiliki tabiat yang ganda seperti itu. Bagaimana sebenarnya jati diri yang ada pada dirinya ?.

Tapi bukankah usia muda adalah masa dimana seorang anak manusia mencari arah hidupnya, dia harus ditempa berbagai pengalaman agar menemukan jalan yang paling benar untuk ditempuh.
Bagaimana jika semua itu tidak lain adalah upaya pemuda tadi agar perlahan dapat semakin memperbaiki hidupnya. Dia mengetahui hal benar yang harus dilakukan diantara berbagai keburukan yang memang juga pernah dilakukan dalam usia mudanya.

Atau mungkin dia menganggap inilah keseimbangan hidup !!! ada baik dan buruk.

Maka jika demikian, secara yakin saya katakan salah atas pendapatnya itu. Tidak semua hal di dunia ini harus seimbang, meski kehidupan terbentuk oleh itu. Ada bumi dan langit, ada lelaki dan perempuan, ada susah dan senang, ada kaya dan miskin, ada benar dan salah, ada hitam dan putih, ada baik dan buruk. Tapi dalam kehidupan, sebenarnya kita mutlak harus memilih salah satu saja diantaranya. Ingin menjadi jahat atau baik itu terserah bagaimana kita melalui takdir. Tapi siapa manusia di dunia ini yang tidak ingin menjadi orang baik, maka berlombalah untuk mencari kebaikan, cukup itu saja dan percuma jika masih dikotori dengan keburukan.
Logika saja sudah mudah membaca itu, maka keseimbangan itu tidak diperlukan untuk menjadi benar ataupun salah.

Semoga nantinya pemuda itu mengerti. Amien............

24 Okt 2010

Bercermin pada diri sendiri

Lebih mudah bagi kita untuk berpikiran buruk terhadap orang lain dibandingkan terlebih dahulu berpikir positif, karena sebenarnya dalam hidup ini terlalu banyak alasan untuk selalu berprasangka dan dengki terhadap orang lain. Takkan ada habisnya mencaci orang lain, jika tanpa disadari kita memang suka menjadi pendengki dibandingkan bercermin pada diri sendiri.
Sadar akan banyaknya kebaikan yang kita terima dalam hidup ini juga tetap takkan ada artinya, jika kita memang tak punya hati dalam menilai orang lain. Tapi coba sejenak berpikir, bagaimana seandainya kita berada di pihak mereka yang hatinya pernah kita lukai. Mungkin saja mereka dapat tegar dan menerima segalanya dengan ihklas, tapi kita malah menjadi manusia yang lebih lemah dan pantas disebut pecundang melebihi apa yang pernah kita prasangkakan pada mereka, meski itupun belum tentu benar.

15 Okt 2010

Penulis malang penulisku sayang, tetaplah cemerlang dan pandai merangkai kata meski kau selalu dalam gamang.

Penulis malang, penulisku sayang.

Si manusia malang yang berusaha terus cemerlang,

selalu pandai merangkai kata ketika gamang.

Meski tak harus selalu ada dalam senang,

bukan berarti jadikan dirinya terbelakang.

Terkekang kelam tak pernah jadikan kau garang menerjang nasip hingga berang,

karena tiada guna meludahi takdir dengan caci serapah sembarang,

itu hanya dapat jadi bumerang meski untuk waktu yang tidak sekarang.

Kaupun pandai mengarang dari segala situasi yang sembarang,

asalkan bebas temukan cara untuk lepas dari belenggu kekang,

terbelenggu oleh lisan hingga kau kerap diam dalam nyata yang mengekang.

Dari hal itu kau temukan makna yang membayang,

meski bagi yang lain hanyalah arti yang terbuang.

tapi bagimu, itulah harta yang dapat buat kau terus berkembang.

Kadang tulisanmu penuh arti yang mengagungkan kasih sayang,

meski dalam nyata itu hanya mengawang-awang.

Tulisanmu pun dapat garang,

suka mengerang caci jika ada situasi yang buat kau berang.

Kesimpulanya, kau memang tak pernah lepas dari jiwa sang pembangkang.

Membangkang dari segala norma hidup zaman sekarang,

tentang segala aturan yang kau rasa tak pantas dan lancang,

kaidah yang hanya mengekang ataupun terlalu bebas lepas tali kekang.

Sendu kelabu pernah membatu menjadi pilu untukmu,

karena kau terus menahan sepi hingga tak terperi,

tapi tak pernah membuat karyamu mati,

malah jadi inspirasi yang mengaspirasi diri agar hidup terus dimaknai.

Karena hidup hanya sekali dan tak mungkin selalu begini.

Segalanya tergantung oleh Dia yang kau yakini,

Ilahi maha mengetahui jalan pasti yang suatu saat akan kau temui.

Maka yakinlah semuanya kan hadir pada suatu ketika yang pasti.

Ini hanya cerita tentang kau seperti itu yang kukagumi,

atau tentang dirimu ini juga terbersit sedikit dalam kisahku sendiri.

Bisa juga diantara kalian ada yang sama seperti dia dalam tulisan ini.

Dia, aku atau kita yang kerap berpura-pura terlihat berseri disetiap hari,

namun sebenarnya masih menyimpan asa yang terus dinanti.

Bagaimana agar suatu saat nanti dapat benar-benar berarti,

tidak lagi sendiri dan terkekang dalam sepi,

terus gelisah mencari arti dari segala ujian yang Dia beri,

karena semua memang berawal dari sini,

dan tidak semua orang mengerti akan ini.

Yang menulis ini juga masih kerap berbicara basi tanpa arti dan bukti,

lebih pelik memberi aksi dibandingkan teori dan argumentasi,

tapi setidaknya tulisan ini mengartikan dia yang bukan hanya diam sama sekali.

Penulis malang penulisku sayang,

tetaplah cemerlang dan pandai merangkai kata meski kau selalu dalam gamang.

Aku Tidak Ingin Dicaci dan Tidak Butuh Pujian

Opini tiap orang pasti berbeda, bisa sepaham atau salah paham. Jangan psingkan hal itu, maka tak usah diperdulikan. Lakukan saja apa adanya yang kita bisa, meski itu dianggap baik ataupun buruk, karena itu adalah lumrah.

Hanya trkadang, jika terlalu baik maka akan dianggap naif dan munafik. Sedangkan jika terlihat buruk, maka prasangka itu malah dgn mudah menjadi penilaian tentng kita yg akan terus melekat. Mungkin seperti itulah manusia kebanyakan, maka aku benci menjadi seperti mereka yang kebanyakan.

Dan adilkah ini ?. Adil atau tidak, prsetan dgn itu!!.

Semuanya akan tenang-tenang saja, tak pernah ada gusar dan kecewa, jika kita berusaha menerima semua prasangka itu dengan sabar dan ihklas. Meski sebenarnya tetap ada ketimpangan penilaian yang tak seimbang buat kita, tapi itu tak ada artinya jika kau tetap menganggap hanyalah angin lalu. Manusia setangguh kau tidak pantas terpuruk karena masalah remeh temeh seperti itu !!!.

Meski tak ada manusia yang ingin dianggap buruk, bagiku akan tetap terbersit sesal dan maaf jika itu memang pantas untukku. Tapi, siapa seeh yang ingin difitnah!!!.

Ah persetan….!!!. Kenapa ambil pusing tentang segala hal caci maki, sedangkan sanjungan saja kerap tidak pernah kubutuhkan. Dulu aku pernah terlalu sombong dengan segala pemikiran yang idealis, dan pujian atau cacian dapat menjadi bibit yang kembali menyuburkan keangkuhan itu. Walaupun menyenangkan menjadi pembangkang yang mudah memberontak terhadap segala hal yang dibenci, tetap aku tidak ingin kembali menjadi seperti dulu. Karena itu aku selalu berusaha menjauhkan diri dari tipu daya segala pujian, meski sifat memberontak itu masih tetap ada pada diriku.

Baik dan buruknya anggapan orang tentang diriku, permasalahan ini hanyalah setetes dari luasnya samudra kehidupan yang harus kulewati untuk berusaha menjadi lebih baik.

Ini janji untuk aku sendiri.

Ikuti saja arah kita ini,
karena kita disini sama dalam cita,
Kecuali ada segelintir beda dalam rasa kita,
karena harta atau ambisi nama.
Itu memang terserah dan dikarenakan tabiat manusia kita,
tapi apakah itu dapat bermakna bagi kita semua,
sedangkan disini kita bukan hanya ada satu, dua atau tiga.
Percuma dan cukupkan saja, jika kita memang tidak pernah merasa sama.

Harusnya kita saling percaya,
menciptakan rasa sama yang tak bakal hilang.
Terus bersabar untuk hasil yang bukan sekarang,
tenang-tenang saja dan janganlah bimbang.
Meski semua masih dibayang-bayang,
harus dikejar dengan pemikiran matang.
Bukan malah bersitegang,
untuk masalah yang sebenarnya gampang.

Waktu kita masih panjang,
dan yang dinanti juga akan datang.
Ikuti saja, santai dan nikmati yang ada.
Kenapa harus banyak bicara,
jika terpaksa atau memaksa,
haruskah mengada-ngada untuk hal yang sia-sia.

Tak usah perdulikan perbedaan,
jika itu hanya bikin otak tambah tegang.
Tanyakan pada diri kita,
jika beda maka kenapa kita harus bersama,
atau karena beda maka kita harus bersama.
Bukankah takkan pernah ada beda jika semua yang terlihat sama,
dan kata sama itu tak pernah ada tanpa adanya kata beda.
Yang jelas meski kita beda, di sini harus bisa menjadi sama.

Jangan tutup mata dan tak berbuat apa-apa,
karena disini kita harus berkarya,
tanpa merasa di atas segalanya.
Jikalaupun diam janganlah berarti hampa,
itu lebih baik daripada berbasa-basi untuk bisik yang percuma,
dapat menyakitkan hati dan berbuah duri di kemudian hari,
menyimpan bara yang dapat menyala disuatu ketika,
membakar habis segala upaya kita bersama.

Buktikan saja apapun meski itu dengan sekecil usaha kita,
karena itu lebih baik dari pada tidak sama sekali,
semua demi harga atas nama kita bersama.
Hingga kita memang tidak percuma ada di tempat ini,
Tapi jika aku sendiri tidak seperti itu, maka lebih baik angkat kaki,
daripada menyusahkan diri dan tak berarti buat yang lain.
Karena tak ada yang lebih penting selain menjadi diri yang kian bermakna.

Ini janji untuk aku sendiri.

6 Okt 2010

Kesabaran dan Kepasrahan

Kebahagiaan tetaplah perasaan yang merupakan rahasiaNya. Sampai akhir masa bumi ini, kita tetap sebagai manusiaNya yang lemah. Meskipun di zaman sekarang ini kita termasuk dari bagian sekelompok manusia yang merasa pandai karena telah dapat menggapai langit dan menggali bumi sekalipun.

Satu-satunya cara untuk memahami ini adalah dengan memberdayakan anugerah yang telah diberikan kepada kita sebagai manusia, yaitu akal dan nurani. Dengan memberdayakan anugerah itu, kita akan menemukan bahan perenungan yang dengan pemahaman mendalam akan terbaca sebuah makna, bahwa pada akhirnya kebahagiaan sejati tetaplah sesuatu yang dilandasi dengan keyakinan akan takdir, sehingga akan menggiring kita ke arah ketabahan, kepasrahan, keteduhan hati dan keikhlasan.

Takkan ada sesal dan keterpurukan berlebihan dalam hidup jika setiap apa yang kita lakukan di bumi adalah tingkah laku yang menyorotkan cahaya kesabaran dan kepasrahan, dan itu tentu akan membuat kita selalu yakin akan keridhaan Ilahi yang akan selalu ada bagi hambaNya yang berserah diri secara ihklas.

Kesabaran dan kepasrahan tentunya bukan seperti makna yang sering diselewengkan oleh banyak manusia di zaman sekarang ini. Kesabaran bukan berarti tanpa berbuat apa-apa, dan kepasrahan bukanya menyerah pada keadaan. Kesabaran adalah ketahanan terhadap cobaan dan ujian yang terjadi dalam hidup, dapat selalu tegar dan terus berusaha melakukan apa bisa dilakukan sebaik mungkin. Karena sesungguhnya jika kita mau memahami, dengan kesabaran terhadap setiap cobaan, maka kita akan dapat memetik pelajaran dari setiap kejadian tersebut. Meski di hari sekarang, itu hanya pelajaran yang secuil, tapi suatu saat di kehidupan nanti dapat saja memberi arti yang besar.

Kepasrahan adalah selalu yakin bahwa setiap kejadian semenjak kita terlahir hingga ajal menjemput nanti adalah apa yang telah digariskan olehNya, hingga dari hal itu kitapun yakin bahwa Dia Maha Adil dan Maha Tahu apa yang pantas diterima oleh hambaNya. Dan kepasrahan itu menjadikan kita selalu bersyukur atas segala apa yang telah diberikanNya, serta tulus ihklas menerimanya.

Tanpa ada penyesalan berlebihan jika apa yang telah digariskan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, karena sesungguhnya kita sama sekali tidak pernah tahu secara pasti akan apa yang terjadi di waktu yang akan datang, meski jika itu hanya berselang 3 detik dari sekarang. Tapi yang dimaksudkan kepasrahan tentunya bukan tanpa berbuat apa-apa dan tinggal menerima apa adanya. Kita juga sedikit berperan dengan takdir yang akan kita terima, yaitu dengan bagaimana dan apa yang dapat kita perbuat. Karena dari hal itulah takdirNya tergurat, tentang apa yang pantas kita terima dari apa yang telah kita lakukan.

Kita tidak akan pernah dapat merubah apa yang telah menjadi takdirNya tapi juga tidak pernah tahu seperti apa takdir kita yang digariskan. Untuk itu, kepasrahan haruslah juga diiringi dengan melakukan berbagai hal yang terbaik untuk diri kita serta diridhoi olehNya. Tak ada takdir yang buruk bagi setiap manusia, karena aku yakin Allah tidak akan menyengsarakan hambaNya dengan berbagai kesalahan dalam melakukan pilihan hidup. Bukankah semua pedoman yang lurus dan benar telah diturunkanNya ke bumi ini. Kita saja yang pura-pura tidak memahami itu.

Maka itu semua dikarenakan diri kita sendiri, yang diciptakan sebagai mahkluk sempurna disertai berbagai perangkat kedirian kita. Kita yang memang bisa menjadi lebih pintar dari sebelumnya, kemudian bisa menjadi manusia dengan banyak pertanyaan. Pertanyaan yang bukan untuk semakin mengerti tapi meragukan garis takdirNya. Kemudian merasa bisa hidup sendiri, tak percaya dan tak ingin pasrah padaNya, Maka dengan begitu, sudah bisa dipastikan “buruklah nasip kita”, karena menuai apa yang telah kita lakukan.

Cinta dan pernikahan

Tidak ada yang bisa dilihat lebih indah dari orang-orang yang saling mencintai. Tapi tak ada hal lain yang dapat membuat keindahan itu dapat berarti, selain pernikahan. Maka dari itu, cintalah yang sebenarnya dapat menghapus fitnah antar pasangan di muka bumi agar tidak ada kerusakan yang meluas, hal itu tentunya ada dalam pernikahan.

Tapi kenapa yang terjadi adalah sebaliknya, dalam kenyataan pengertian cinta telah diselewengkan. Cinta menjadi zat memabukkan yang membuat lupa segalanya, hingga tak perdulikan fitnah dan kerusakan yang sengaja dituai.

Cinta yang akhirnya sia-sia dan menjadi tak berarti, karena telah dirusak sebelum menuju jenjang pernikahan. Cinta itu memang perasaan terindah yang ada dalam dunia batiniah. Tapi patut disadari bahwa bukan berarti cinta sama sekali tak dapat terbaca oleh logika. Cinta sebenarnya dapat dan membutuhkan penjelasan secara logis dari mereka yang saling mencinta. Kenapa dan mengapa mereka punya rasa cinta dan apa yang menjadi titik akhir pencarian dari cinta yang mereka miliki ?. Sehingga dari penjelasan itu dapat ditemukan alasan bagi mereka yang saling mencinta untuk berargumentasi secara shahih, antara menolak atau menerima rasa cinta antara kedua belah pihak.

Penjelasan dan alasan yang benar harus bermuara dari ketulusan, demi tujuan lurus untuk meraih kebahagiaan mereka yang saling mencinta, yang diridhoiNya dunia akhirat. Tapi apakah disebut cinta, jika tak ada alasan dan penjelasan benar yang melatar belakanginya. Ataukah cinta hanya diartikan sekedar rasa, demi menunjukkan kesombongan hasrat fisik dan lahiriah saja.

Jika begitu, sesungguhnya setiap manusia akan menuai apa yang pernah ditanam dan Dia selalu adil serta maha tahu apa yang pantas bagi hambanya.

Dan pada akhirnya, kesimpulan sederhana tapi mencakup semua dari pengertian cinta adalah, cinta merupakan argumentasi yang shahih untuk mempermudah jalan kebahagiaan bagi kedua pecinta. Tentunya itu harus ditempuh dengan cara yang benar, yaitu pernikahan.

Apakah kita pemuda bangsa ini

Sepertinya segala hal yang berhubungan dengan globalisasi telah membuat kita terlempar jauh dari idealisme ketimuran, khususnya kaum pemuda. Bisa dimisalkan dengan contoh seperti ini, dari satu sudut pandang kita memang tetap orang Timur, tetapi dari dari sudut pandang lain, pemikiran, perasaan dan tingkah laku kita telah dicemari oleh kebudayaan barat yang tertelan mentah-mentah tanpa disaring terlebih dahulu.

Lantas dimanakah jati diri dan semangat kebangsaan kita ?. Sudah matikah dikarenakan racun hedonisme ?.

Maka, sebagai kaum muda semangat kebangsaan kita perlu dibangkitkan, jika ingin tetap merasa memiliki negeri ini. Tentunya itu dengan pemahaman kemuliaan tentang budaya bangsa kita sendiri. Tulisan ini tentang negeri kita yang memerlukan pemuda-pemudi yang berkualitas. Sehingga kita harus memiliki komitmen, berahklak dan memiliki tauhid yang lurus, serta berani tunjukkan jati diri yang tak mampu diperjualbelikan hanya karena godaan budaya bangsa lain.

Semua itu memang tidak mudah, karena sebagai pemuda sekarang orang tua kita adalah zaman yang membesarkan kita. Zaman yang mendidik kita hingga bisa memiliki sudut pandang, cara pikir, dan tingkah laku seperti sekarang ini. Kau dan kalian mungkin sudah sangat paham tentang maksud tulisan ini, dan aku hanya salah satu dari sekian banyak pemuda lain yang bisa nyaring karena sesuatu kekosongan yang tak kumengerti sendiri. Dianggap berbicara hal basi tanpa pernah ada aksi yang berarti.

Tapi, aku selalu berusaha untuk tidak berprasangka akan setiap kesimpulan baik dan buruk terhadapku. Karena itulah daya dan upaya dari pikiranku, termasuk dengan tulisan ini. Meski kekurangan seperti itu memang selalu ada padaku.

Dari tulisan ini aku mungkin dianggap pesimis, tapi sebenarnya itu bukan tentang aku, melainkan mengenai kehidupan yang diberikan oleh zaman kekinian ini. Bukan juga aku pesimis tentang komitmen dan jati diriku yang dari dulu tetap kuyakini.

Meski dayaku hanya apa adanya, tapi aku selalu optimis tetap ada jalan disebalik usaha.

Aku pemuda bangsa, karena itu harus bangga dan mencintai negeri ini. Seharusnya kita juga sama, mulailah dari sekarang karena tak pernah ada kata terlambat. Berusaha mencitrakan diri muda kita yang berbudaya timur. Karena itu diri kita yang sebenarnya.

kita semua basudara

Bocah ingusan tawuran, mereka terlihat bengis dan sudah berani melakukan kekerasan di usia yang masih segitu, apalagi senjatanya bukan mainan karena mereka memang tidak sedang main-main. Mereka yang mungkin saja akan tumbuh jadi penjahat dan preman di negeri ini, mereka yang akan membuat banyak keluarga menangisi kepergian orang yang mereka cintai. Dan itu bisa saja karena apa yang selama ini kita contohkan pada mereka. Seperti kejadian Ampera beberapa saat yang lalu. Berdamailah kalian sobat timur, karena kita semua basudara.