My Adsense

29 Jan 2011

“Menjadi naif adalah pilihan yang dia ambil secara sadar.”

Apakah ini yang disebut Naif, dan aku lebih pantas menyebutnya kebodohan...

Manusia polos, agak kekanak-kanakan, dan memandang hidup selalu lurus tanpa kelokan, dan setiap proses hidup selalu bahagia, tanpa derita, atau bermuram durja.

Kadang manusia polos itu, ketika sedang bahagia lupa memaknai bahwa suatu saat akan merasa sedih. Ketika suatu saat berteman, maka bukan tidak mungkin suatu saat akan tidak berteman. Ketika sedang jatuh cinta, lupa memaknai bahwa bisa saja dari cinta itu kita lupa memikirkan tentang patah hati, kecewa, atau bahkan benci.

ketika manusia itu menerima kebaikan orang lain, lupa bahwa orang lain itu juga manusia yang selalu punya salah dan tempatnya khilaf dan manusia juga punya sifat buruk yang mungkin saja muncul secara tiba-tiba.

Kadang ketika seorang teman yang kita percaya tiba-tiba berkhianat, kita lupa memaknai bahwa sifat seseorang tidak selalu baik, sama halnya dengan diri kita, penuh salah dan khilaf.

Dan mungkin hal itu yang membuat kita kecewa, karena dengan kenaifan kita terlalu berharap yang muluk-muluk dalam hidup, tanpa memikirkan kemungkinan yang bisa saja terjadi. Sejatinya, dunia umumnya hanya berisi kefanaan belaka.

Keekstreman dalam hidup, termasuk dengan nasib dan hubungan dengan banyak orang juga merupakan kejutan. Memaknai naif mungkin salah satu kejutan indah dalam sebuah kehidupan.

Tapi kenaifan yang kini membuat manusia itu belajar banyak hal untuk tidak berebih-lebihan dan memahami bahwa kehidupan itu berisi banyak paketan-paketan yang kadang mengejutkan, bisa memberi makna bagaimana kita bisa lebih mengerti arti kekecewaan. Dan “belajar memahami, sebelum ingin dipahami”.

Manusia naif itu hanya mencoba untuk jujur, meski apa dia usung justru kali ini tak mampu melewati kubangan problema. Memang tak semua orang mampu menerima setiap kejujuran atau kebenaran yang terlihat di depan mata, yang terdengar langsung, bahkan yang terasa seketika itu juga. Termasuk si manusia naif itu.

Lantas apakah salah jika “Menjadi naif adalah pilihan yang dia ambil secara sadar.”


25 Jan 2011

Rindu Purnama

Tak ubahnya seperti apa yang dinginkan oleh seorang pemuda untuk melihat keindahan malam meski sudah ada kerlip bintang yang menemani. Dalam pandanganku tetap sang purnama yang lebih sempurna. Hingga kala itu pikiran pun hanyut, malam ini terkenang hingga siang terbayang, "makan tetap enak dan tidur emang dari dulu jarang nyenyak", tpi intinya aku akan selalu menanti purnama itu.

Hingga detik ini tunas kerinduanku pada purnama menjamur keseluruh sel saraf, keindahanya menggelitik hati .

Purnama kau bagai gemulai, aku terbelai dengan cahayamu, terkulai oleh ketakjubanku akanmu.

Disaat kau hadir, kaburkan awan yang mengawang dan tinggal kelam, menggugah angkasa yang sama tinggi membintang, hingga tumbuhkan cintaku yang semoga dariNya abadi untukmu purnama.

Purnama ada dalam namamu, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu.

22 Jan 2011

Si adik gelisah menautkan hati

Dik, cobalah duduk termenung di kegelapan malam

pejamkan matamu,

tutup telinga,

kosongkan fikiran dari selain-Nya,

sebutlah nama-Nya.

Mungkin sampai akhirnya kau menangis,

tpi cobalah itu bukan karena ingat seseeorang nan jauh di sana,

cobalah hanya karena Dia saja.

Cucurkan air mata bercampur kerinduan,

tpi cobalah bukan hanya karena hembusan rasa cinta duniawi saja,

meski itu bagai kilat yang membelah kegelapan sepi.


wahai dik....

masih tetap mencucurkan air matakah kau?

jika dengan sendirinya puisi ini menyiratkan arti pada dirimu sendiri untuk " jangan menangis!!".

Kenapa pula hatimu masih gelisah,

bukankah puisi ini menyiratkan arti pada dirimu sendiri untuk "tenanglah!!"

Hubungan ini cukup rumit,

tapi adakah kau mengira,

bahwa rasa cinta membara dapat kita embunyikan dari deraian air mata dan gelisahnya hati,

jika mengingat Dia.

Dengan begitu InsyAllah dapat diketemukan jawabanya.

karena cinta ini,

kita menangis dan gelisah,

kita yang bercinta

bagai mana mungkin mampu mengingkari gejolak yang menggelegak,

sementara air mata dan kesedihan hati,

juga tak bisa dingkari telah menjadi saksi yang paling jujur dalam dunia kita.

itu memang tentang kau dik...........

itulah juga tentang aku.............

tentang dia juga ada dalam hubungan ini...

maka ini semua tentang hubungan kita ini.

Tapi berihktiarlah agar ujung cinta kita ini adalah bersama Allah,

hingga petunjukNya untuk mmeberi jawaban akan siapa yang kau pilih...



19 Jan 2011

Omongan orang yg tak tahu politik

Sanksi yang akhirnya diterima Raja Gayus sudah mencerminkan bagaimana kemampuan pemeritah, KKN itu sudah lumrah dan tidak bisa diberantas, kita tidak bisa mengapus apa yg sudah menjadi budaya. Untuk ke depanya, kita tidak usah lagi banyak omong....pasrah sajalah, tinggal tunggu keajaiban klo mmang ada,...

pasrah diapa2in yh :p

yaahhhh, koq pasrah??? kenapa???

Tapi acungan jempol pantas diberikan pada jayus atas kejujuranya yang menyingkap tabir kelicikan orang besar negeri ini, mungkin itu salah satu dispensasi yg membuat dia dpt keringanan hukuman. Tak apalah, asal kasus yg lebih besar dapat terungkap...tapi tetap saja nanti tak akan ada apa-apa, jika pada akhirnya semua yang terkait dapat dispensasi pula. Dispensasi karena tetaplah uang yang berkuasa....dispensasi yg jadi cara terakhir untuk menipu rakyat negeri ini....

Tergantung apa yg akan dilakukan massa rakyat ..

Selama ini kekuatan massa tak berduit yg paling terakhir dan dianggap ampuh adalah demonstrasi, namun itupun masih bisa disusupi oleh maksud yang setali tiga uang yang entah sama atau berseberangan dalam berjuang, ujung-ujungnya tetap politik juga yg ambil alih...masyarakat juga yg kalah
si politik yg menang akhirnya berkuasa dan kembali-kembali juga mengulang kelakuan seperti yg terjadi skrg, KKN..
Maka memang mustahil jika kekuasaan itu dikatakan jauh dari ketamakan!!!adil dan merata adalah semboyan baik yg kerap diumbar, tpi itu hanya teori gampang jika belum mencapai singgasana, kalau sudah bertahta maka semboyan itu dibiarkan saja untuk panutan dan bekal pembelajaran generasi lain, agar mereka harus paham bahwa untuk berkuasa...umbar janji adalah penting selain uang tentunya.

10 Jan 2011

Banyolan yang kujiplak

Kisah ini terjadi di usia remajaku dulu. Kisah yang juga berarti untuk ayah-ayah di negeri ini yang begitu mencintai anaknya, namun tak menyadari rasa sayangnya dibuktikan dengan terlalu over protective. Seorang ayah yang kebetulan memeriksa kamar putra remajanya. Dia mendapati kamar itu sudah rapi dan berbeda dengan hari biasanya, dengan selembar amplop bertuliskan untuk ayah diatas kasurnya, perlahan dia mulai membuka surat itu…

Ayah tercinta,

Aku menulis surat ini dengan perasaan sedih dan sangat menyesal. Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah. Aku pergi bersama kekasihku, dia cewek yang baik yang harus menerima tanggung jawabku.. aku juga tahu selama ini persetujuan ayah tentang pergaulanku hanya karena terpaksa, ayah terlalu menyayangiku, memanjakanku, dan terlalu menjagaku, hingga tak sadar itu yg jadikan aku pembangkang dan liar. Aku dengan tatto-tatto dan piercing yang melekat ditubuhku, aku si gondrong dengan motor butut yang dulu merengek-rengek minta dibelikan. Aku bukan anak kecil lagi meskipun belum pantas disebut dewasa. Dia perempuan yang sangat baik bagiku, apalagi aku adalah ayah dari anak yang dikandunganya saat ini. Dia memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkannya bersama.

Kami akan tinggal berpindah-pindah, aku ingin terjun ke bisnis perdagangan ekstasi mili kawanku, aku dapat meyakinkanmu bahwa marijuana itu tidak begitu buruk. Kami akan tinggal bersama sampai maut memisahkan kami. Para ahli pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS jadi kami juga bisa segera sembuh. Dia tahu aku juga punya cewek lain tapi aku percaya dia akan tetap setia padaku, meski dengan caraku yang berbeda.

Ayah.. jangan khawatirkan keadaanku. Aku sudah 17 tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku. Salam sayang untuk kalian semua. Oh iya, berikan motor dan seluruh barang-barangku yang tersisa untuk adik, dia sangat menginginkannya dan semoga itu tidak sampai jadikan dia berandalan sepertiku.

Masih dengan perasaan terguncang dan tangan gemetaran, sang ayah membaca lembar kedua surat dari putra tercintanya itu…

PS : Ayah, .. tidak ada satupun dari yang aku tulis diatas itu benar, aku hanya ingin menunjukkan ada ribuan hal yg lebih mengerikan daripada nilai Rapotku yg buruk. Kalau ayah sudah menandatangani rapotku diatas meja, panggil aku ya…Aku tidak kemana-mana. Saat ini aku nongkrong di gang biasa.

Percayalah padaku

Semoga ini dapat menjadi yang terakhir. Aku tak berani memintanya, namun aku berharap itu berada dalam kenyataan dan kemungkinan logis suatu saat nanti.
InsyaAllah jika demikian, terimalah kasihku untuk kau yang semoga jadi yang terakhir. Aku sudah amat menyayangimu, hanya saja aku tak tahu bagaimana menyatakan cinta kasihku ini. Aku yang sangat kaku dalam tindakanku, dan aku berpikir bahwa kadang-kadang kau tidak akan memahamiku. Adalah tidak mudah untuk memahamiku. Meski begitu. kumohon saat ini percayalah padaku.

Saatnya sekarang sebuah kesabaran aku poles dengan keyakinan, menopang jiwa gemetar karena dingin dan letih ini. Aku akan melaksanakanya dari sekarang.
Berikanlah restumu agar aku dapat membuktikanya, sekali lagi ini untuk aku sang pejuang diantara pesaing yang lain.

maldaz

Aku Rindu Ibu

Setelah semua yang mewarnai hidup ini, aku jadi semakin gemar menggores kata dan kalimat. Aku ingin dengan kalimat-kalimatku itu bisa berikan senyum di hamparan waktu untuk ke depanya. Itu terjadi dikala pagi siang, hingga sebelum aku tertidur. Sudah hampir penuh jika memang diibaratkan halaman-halaman buku.

Ku tulis semua itu dan entah untuk siapa kupersembahkan.

Tapi entah mengapa, meski seluruh jengkal daya imajinasiku seakan berputar bersama isi nalar yang mencari bahan tulisan, ada satu kalimat yang selalu sama dan sangat jarang kutulis, itu tentang dia.

Bahwa Aku Rindu Ibu

Perbicangan antara dua orang kawan

Sonny Sanjaya
para singa skrg hnya sdg terlena oleh buaian malam, seringai betina, ato hembusan kemapanan..
sudah saatnya mereka bangun dan tegak di atas kakinya sendiri ntuk menerkam pekatnya malam, membawa serta para betinanya, dan meninggalkan zona nyaman mereka..

Iyas Maldaz

Manusia mana yang tidak ingin nyaman dan mapan, bahagia mesra dalam dekapan rasa sayang. Asalkan itu semua memang diraih dengan susah payah dan bukan tipu daya, maka tiidak ada yang salah dengan smua itu. Asalkan tetap perduli karena hidup memang bukan sendiri, asal tidak menyakitkan sesama penghuni negeri ini, dan asal tidak mencuri uang saudara sendiri, maka tidak ada yang melarang kalian tertawa dalam zona nyaman kalian. Tapi apa memang seperti itu yang terjadi… “Mereka sama sekali tidak takut terhadap Ibu pertiwi, tanah tempat tumpah darah mereka. Mereka tidak iba, membunuh Ibu pertiwi perlahan. Dan mereka sama sekali tidak malu menelanjangi ibu pertiwi di depan bangsa lain”.

Sonny Sanjaya

zona nyaman yang memang melenakan, seringai pasangan yg menggiurkan, atopun pekatnya malam yg meninabobokan, membuat lidah para singa kelu untuk mengungkapkan peran sentral mereka.
ahH, namun masih ada harapan JENDERAL!
clap your hand for the lions…
it’s a RaMBo time…
now or never.

Iyas Maldaz ah kenapa kalimat terakhir yang bung soni ucapkan lebih mengena tentang masa muda fotamorgana dalam kesenangan semu. Tetap dalam jalur intelektualitas dong..he..he..he..

Sonny Sanjaya ah JENDERAL…
terkadng tipis jaraknya antara dunia idealis dengan dunia pragmatis, dunia melankolis dengan dunia romantis, bahkan antara dunia realistis dengan dunia yag mencap dirinya politis.

Iyas Maldaz

ya, betul sekali.karena semua istilah-istilah itu sebenarnya berasal dari satu ibu yang sama, yaitu “sifat manusia”, ga’ ada yg sempurna, ga’ ada yg benar2 baik, kalaupun jahat dan salahpun pasti masih punya nurani. Dunia itu hitam dan putih, atau lebih pantas disebut kelabu. Hanya saja kadang tidak semua orang bisa memahami dirinya dan orang lain,keperdulian pribadi lebih besar dibandingkan untuk orang banyak, atau bahkan terlalu perduli terhadap orang lain hingga lupa diri sendiri. Cikal bakal yg menyebabkan perpecahan, kebencian, dan silang sengketa sebenarnya berasal dari keseimbangan yang mulai goyah dan berat sebelah, dan kita pun tidak pantas menjadi terlalu baik di dunia ini, menjadi terlalu putih dalam dunia yg harusnya kelabu..karena memang tidak ada yg bisa seperti itu, kalaupun ada tidak lebih dari kemunafikan yang tidak disadari.

8 Jan 2011

Mereka adalah kita

Mereka, singa-singa yang sudah tidak bertaring, penegak reformasi yang terlambat itu, adalah kita. Mungkin aku dituduh berkilah jika mengatakan “terlambat” itu hanya masalah waktu yang tidak cepat secara tepat, tapi dalam kenyataanya “terlambat” memang bukan berarti “sudah tidak bisa”!!!.

Semua tergantung dari kita untuk membuktikan bahwa tulisan ini memang tidak mengandung makna “pesimistik” melainkan cara untuk membuat kita bangkit dari ketidak sadaran.

Mari terus berpikir, berusaha, mewujudkan aksi Nasionalisme kita berdasarkan latar belakang peran yang kita punya.

Nb; Tanggapan terhadap tulisan seorang kawan…
Kemapanan dan kehormatan dunia pergerakan yang menjadi instrumen utama dalam menegakkan tonggak reformasi sedang dipertaruhkan. Pertaruhan tersebut menjadi jelas dan signifikan ketika ia berjibaku secara normatif oleh dan dikomandoi para aktivis-aktivis pergerakan. Pertaruhan tersebut menjadi titik tolak yang menentukan bagaimana keberlangsungan dan kestabilan dunia pergerakan ke depannya.

Satu hal yang perlu dicamkan, bahwa keberlangsungan tersebut kini sedang berada di dalam gengaman para singa-singa yang telah kehilangan ketajaman taringnya. Taring pergerakan yang seharusnya bisa mengoyak setiap lemak kenistaan justru mendapatkan perlawanan dari taring-taring kecil yang tidak ada artinya. Di manakah singa-singa yang berani dahulu? Apakah mereka telah mati ditelan rimba atau mereka secara teratur bersembunyi di balik sebuah sistem yang memberikan tekanan secara ekstrimis. Sebuah sistem yang berperan aktif mengahancurkan sisi-sisi idealis para singa untuk kembali mengaum di dalam daerah pengawasannya.

Mengapa para singa tersebut baru kembali hadir ketika sebuah regulasi sudah dikuatkan secara hukum????? Pertanyaan inilah yang harus dijawab dan ditindaklanjuti. Selama ini ke mana saja mereka? Apakah mereka tidak menyadari atau mereka sengaja untuk melupakannya sedemikian hingga proses advokasi dan pengawalan terhadap pembentukan sebuah regulasi menjadi sangat-sangat-sangat terabaikan.

Mengapa mereka baru datang sekarang???????

Ke mana saja mereka sebelumnya????

Apakah mereka takut untuk menerjang kuatnya sebuah sistem? Atau mereka sama sekali telah tenggelam di dalam alur sistem tersebut? Hanya mereka yang bisa dan mampu menjawab.

Kini rasanya sudah sangat terlambat untuk kembali bergerak dan menerjang arus utama. Ungkapan ini bukannya bentuk pesimistis tetapi tidak ada lagi rasanya peluru-peluru kendali pergerakan yang bisa kita lepaskan sehingga regulasi tersebut dapat dihancurluluhkan. Kemana saja selama ini.. Apakah ini yang dinamakan pergerakan berkelanjutan? Apakah ini yang disebut dengan para penegak reformasi??

7 Jan 2011

Balasan surat dari santri perempuan....

Assalamu’alaikum
wahai engkau yang melumpuhkan hatiku
Akhirnya kakak tahu bahwa aku sudah lama memendam rasa ini, rasa yang juga ingin segera diutarakan, tapi aku perempuan. Seandainya kakak tahu, selama ini aku selalu berusaha dekat meski dalam kesempatan yang hampir tidak pernah ada. Aku berjanji sendiri untuk berusaha tidak acuh jika bersua, dan itu terjadi dalam pertemuan secara langsung kita yang rasanya baru sekali di malam halal bihalal itu.
Di depanmu waktu itu, aku berusaha tetap berlaku dengan normal, walau perlu usaha untuk mencapainya. Karena aku adalah perempuan.
Takukah juga wahai engkau yang mampu melumpuhkan hatiku?
Entah mengapa kini aku dengan mudah berkata “perasaan ini” kepada kakak meski hanya dalam tulisan. Dalam nyata, lisan ini pasti terkunci dan mengharapkan kakak yang terlebih dahulu memulai. Karena aku perempuan…
Dan aku merasa beruntung dari surat terakhir kakak ini menyiratkan arti itu, meski kita memang masih sama-sama menautkan perasaan lewat tulisan. Untuk itu aku menyetujui permintaan kakak untuk bertemu di hari minggu nanti, aku akan menunggu kakak di taman selepas lohor, atau siapa diantara kita yang terlebih dahulu ada di sana.
Jika boleh aku beralasan, apapun pendapat atau aturan yang ada dalam pesantren kita, mungkin itu dikarenakan jangan sampai cinta menjadi “illah” bagi kita. Karena itu kita diwajibkan mengurung rasa itu jauh-jauh, namun yang dimaksudkan rasa itu bukan cinta, tapi rasa suka yang hanya dilatarbelakangi hasrat semata hingga bisa sampai tidak perdulikan logika dan moral yang sesuai dengan ajaran agama kita.
Tapi InsyaAllah bukan itu rasa yang aku punya terhadap kakak sekarang ini, seperti aku juga yakin akan halnya perasaan kakak yang sama terhadapku. Maka tidak ada kesalahan dalam hal ini, karena pesantren dan ajaran agama kita tidak pernah melarang untuk perasaan suci yang seperti ini. Yang terpenting adalah bagaimana nantinya kita tetap kuat dengan keyakinan kita. Insyaallah.
Wahai engkau yang melumpuhkan hatiku, andai aku boleh berdoa kepada Allah SWT, aku ingin meminta agar Dia mempercepat sang waktu, dimana disana ada keyakinanku bahwa aku akan menjadi jodoh kakak yang tepat, InsyaAllah. Inilah ungkapanku yang sangat berani sebagai santri perempuan, tapi aku tidak salah karena rasa suci ini memang sangat menggebu.
Wahai engkau yang sekarang menjadi biang kerinduanku, sebagai perempuan semoga keberaniaku untuk menyimpan rindu ini bukanlah kesalahan.
Wassalam

Surat seorang santri

Dengan nama Allah SWT yang penuh Ketinggian kuawali sebuah surat yang mengguratkan isi hatiku ini. Semoga kemurahanNya juga senantiasa menyertaimu untuk bersedia membaca surat ini.
Dik….
Ini untuk yang keberapa kalinya aku menulis dan menitipkan surat untukmu melalui Bi Inah. Aku rasa dari sekian kalinya aku mengrimkan surat, adik pasti sudah tahu bagaimana keadaan jiwa dan perasaanku. Tidak pernah reda daripada pikiran tentang adik seorang.
Tapi surat ini juga belum sanggup menceritakan bagaimana keseluruhan perasaanku itu, karena aku kehabisan kata untuk menggambarkan betapa besar perasaan hati. Bahkan ini sudah semakin menjadi rindu yang buat aku lupa pada segala sesuatu.
Kadang¬ aku lupa hari apakah hari ini, aku lupa mengerjakan tugas, aku melupakan semua buku-buku yang belum selesai kubaca. Karena menulis surat ini aku bahkan lupa bahwa kawan-kawan sedang menungguku untuk latihan silat di sore ini.
Itu karena hatiku penuh dengan rindu pada adik. Fikiranku penuh dengan gambaran wajah adik yang hanya baru sekali aku temui, namun itu membekas hingga kini, karena aku yakin adik memang beda, mampu menarik hatiku pada pandangan pertama.
Dik…
Akhirnya aku ingin sekali menebus segala rindu yang pernah tersirat disetiap surat-surat yang pernah kutuliskan. Betapa aku mulai tidak tenang menahan rasa rindu ini.
Tidak ada cara lain untuk mengobati semua ini selain bertemu dengan adik. Aku tidak punya foto-foto yang dapat mengingatkan adik, apalagi gambar-¬gambar kenangan tentang kita yang sebenarnya belum terjadi apa-apa dalam hubungan tulus ini.
Rasa ini berawal dari apa yang aku lihat pada pandangan pertama, kemudian berlanjut dari cerita dari bi Inah. Hingga akhirnya aku terkejut bahwa sebenarnya adik juga sudah lama ingin berkenalan denganku, seperti isi balasan surat sebelumnya yang adik kirimkan kembali padaku.
Kesimpulanya rindu semakin menggebu, aku ingin rasa ini dapat menjadi nyata. Begitulah aku, karena memang baru mengenal cinta.
Tapi aku rasa adikpun tahu, bagaimana kehidupan dalam pesantren kita ini. Kita tidak seperti pemuda-pemudi yang ada di luar sana, seperti apa mereka saling memadu kasih memang tidak sepenuhnya patut kita anggap baik dan sesuai dengan ajaran agama kita.
Tapi bukan berarti perasaan kita ini salah, karena tetaplah rasa tulu suci ini datang dari Dia juga. Hanya kita yang mengerti, meski tidak oleh pesantren kita sendiri.
Saking besarnya rasa rinduku ini, aku ingin memprotes tatanan kehidupan pesantren yang terlalu mengekang kita dan usia kita yang baru belajar memahami cinta sejati, tapi tentu aku juga akan salah jika terlalu berlebihan dalam hal ini, tanpa memeprdulikan moral dan logika yang dibenarkan oleh agama kita.
Entahlah… aku sering berdoa dan berharap agar akan ada waktu yang dapat lunaskan segala rindu yang terpatri di hatiku kini.
Dik…
Ingin sekali aku berada disamping adik senantiasa. Namun keadaan tidak mengizinkan kita bebas berbuat demikian, tapi bukan berarti kita tidak bisa. Masih ada hari minggu, waktu dimana semua santri di pesantren ini mendapatkan kesempatan untuk bisa keluar dari pesantren. Di saat itu aku ingin mengajakmu berjalan-jalan di taman. Aku harap kau membalas permintaaku ini lewat surat balasan.
Dan doaku, semoga Allah SWT sudi meridhoi rasa rinduku ini, hingga asaku dapat menjadi nyata dan semoga seperti itu juga rasa yang ada di hatimu.
Hanyalah dirimu dik…..