My Adsense

7 Okt 2012

"Berpikir Realistis"

Jangan pernah terpedaya akan penafsiran "Berpikir Realistis" meski itu diucapkan oleh orang terdekatmu sekalipun, karena seharusnya itu tidak justru membuat kita jatuh. 
Berpikir realistis bukan jadikan kita tidak yakin untuk mencapai sesuatu, melainkan selalu berupaya mencari cara yang real supaya suatu keinginan itu dapat tercapai. 
Dengan kebutaan saja merka tetap dapat melihat, meski cacat mereka tetap survive, bahkan vonis kematian yang dbuat manusia pun bisa tertunda. 
Maka tak ada yang tak bsa selama kita mau beriktiar.

2 Okt 2012

Anak Sekolah Sama Saja Dengan Preman

Tawuran antar pelajar adalah bukan hal baru yang telah mencoreng proses pendidikan di negeri ini, secara lebih luas itu juga dikategorikan hanya salah satu permasalahan kenakalan remaja yang kerap terjadi. Sehubungan dengan instutusi pendidikan, patut dipertanyakan apakah yang menjadi kekurangan utama dalam kebijakan yang bertahun-tahun telah dibuat bahkan banyak perubahan yang terjadi, jika belum bisa mentuntaskan permasalahan tawuran antar pelajar secara signifikan. 

            Berita tawuran antar pelajar yang terjadi akhir-akhir ini memang cukup membuat kita miris, mereka yang dipercayakan untuk menuntut ilmu dengan harapan dapat menjadi orang berguna kelak justru melakukan tindakan yang tidak lebih seperti seorang pelaku kriminal yang tak berpendidikan.  Dalam pikiran orang awam bisa saja menganggap hal seperti itu wajar jika terjadi dalam lingkungan yang sangat dekat dengan unsur kekerasan seperti penjara, tempat prostitusi, perjudian, club malam, perkumpulan geng, dan lain sebagainya. Tapi yang mencengangkan adalah jika justru kejadian memalukan itu berhubungan dengan insttusi pendidikan yang seharusnya menjadi tempat untuk melahirkan orang-orang berilmu dan berkpribadian baik.

            Berdasarkan fakta yang sering kita temui di lapangan, mereka yang menjadi pelaku tawuran tersebut memang masih berusia muda, banyak diantara mereka adalah sosok yang masih bisa dikatakan anak-anak tanggung, bentuk tubuhnya pun masih belum bisa dikatakan sebagai orang dewasa. Kita mungkin juga tidak menyangka bahwa orang-orang seperti mereka dalam pikiranya bisa terbersit untuk melakukan tindakan kekerasan seperti tawuran. Apalagi tawuran yang kerap terjadi bukanlah seperti perkelahian anak-anak biasa, tapi mengundang aksi masa dan dilakukan di tempat-tempat keramaian, keberingasan mereka juga ditambah dengan keberanian untuk menggunakan senjata tajam dalam setiap aksi brutal itu. Jika memang begitu, dimana predikat anak sekolah yang selama ini mereka emban, rasanya lebih pantas mereka dikatakan preman atau pelaku kriminal. 

            Dan jika membicarakan hal ini sebagai kenakalan yang dilakukan oleh mereka yang masih berusia muda, maka jelaslah ada faktor-faktor kepribadian yang turut didukung oleh lingkungan yang menjadikan mereka sering membuat masalah. Kesimpulanya, tawuran antar pelajar adalah masalah kenakalan remaja yang bukan hanya mengkaitkan tanggung jawab institusi pendidikan di negeri ini, tapi hal paling mendasar adalah pendidikan yang berasal dari lingkungan mereka sendiri. 
Adalah suatu hal yang kerap menjadi alasan kenapa seseorang nekat melakukan tindakan kriminalitas, kalau bukan karena abnormal berarti faktor lingkungan yang berpengaruh. Tapi meski begitu, kenapa sepertinya juga banyak diantara kita yang tidak benar-benar memahami. Harusnya kita tahu bahwa pendidikan moral dan agamalah yang penting untuk mengatasi hal ini, seperti sebuah pepatah yang mengatakan guru yang baik adalah yang memberikan adab terlebih dahulu sebelum ilmu.

Apakah itu dikarenakan permasalahan seperti tawuran ini sudah menjadi hal biasa untuk kita, khususnya para pelajar jaman sekarang yang juga banyak mendapat masalah di lingkungan tempat dia hidup. Sedangkan kita yang dewasa juga sering memiliki permasalahan lain yang cara menanggulanginya juga tidak berbeda dengan kasus tawuran antar pelajar ini. Unsur premanisme memang seakan lumrah bagi kita yang hidup di kota besar, siapa yang punya kekuasaan maka hanya dia yang dapat menguasai preman, maling pun ayam ngeri karena tahu bisa saja dibakar hidup-hidup jika kedapatan. Kita bisa saja menjadi bagian dari semua ini, hingga pantas untuk tidak perduli terhadap permasalahan anak negeri, buktinya tawuran semakin subur di lingkungan kita sendiri.   

1 Okt 2012

Di Depan Mata Sobatku Pergi


Aku dibesarkan di desa ini, semenjak berusia 5 tahun hingga menamatkan pendidikan sekolah menengah pertama. Selanjutnya untuk menempuh pendidikan ke sekolah lanjutan atas, aku harus pindah ke kabupaten lain meski masih satu daratan dengan desa tempat tinggal gue terdahulu.
            Pernahkah kalian mengalami pristiwa yang dapat membuat kalian semua sadar bahwa hidup di dunia ini benar-benar sementara. Yang saya maksudkan disini, bukan seperti kutipan khotbah seorang oleh alim ulama atau kata-kata bijak tentang kematian. Tetapi lebih kepada suatu peristiwa yang dialami sendiri. Pristiwa seperti itu pernah terjadi dalam hidupku, kejadian traumatik yang sekaligus menandai langkah pertamaku, ketika ingin mencoba hidup mandiri. Waktu itu aku sedang dalam perjalanan menuju daerah yang akan menjadi tempatku melanjutkan sekolah.
Diawali dengan kisahku bersama beberapa orang sahabat yang tidak pernah terlupakan. Kami dibesarkan bersama semenjak kecil, pertambahan usia menjadikan pertemanan kami itu menjadi semakin akrab. Persahabatan kami, meleburkan berbagai kepribadian yang berbeda menjadi satu, kami membaur dalam solidaritas, tertawa dan menangis bersama, disertai aksi hura-hura sewajarnya yang mengisi usia remaja kami. Diantara beberapa orang sahabatku tersebut, dia lah salah satu sahabat yang akan ku ceritakan dalam kisah ini. Menjadi sosok tidak terlupakan, karena takdir telah menggariskan kisah akhir hidupnya bertautan dengan pengalaman traumatik yang harus kulalui dalam hidup.

Hari itu, kami sedang dalam perjalanan menuju daerah yang akan menjadi tempat harapan kami melanjutkan sekolah. Menyebrang ke kabupaten lain dan meninggalkan desa rantauan, tempat kami dibesarkan bersama. Duduk bersebelahan dalam bis antar kota reot yang penuh sesak. Tercium berbagai aroma tubuh penumpang, yang dijubeli dengan macam-macam barang yang kami bawa. Sebenarnya, kami sudah terbiasa dengan keadaan ini, karena memang seperti itu jika berpergian menggunakan bis di daerah.

            Bahkan bukanlah hal yang mengejutkan bagi jiwa remaja pemberani seperti kami, jika terlihat ada sebagian penumpang yang memilih duduk di atas bagasi bis. Kecuali menciutkan nyali mereka-mereka yang baru tahu bagaimana situasi jalanan yang berlubang dan terjal di daerah itu, bis harus mengitari perbukitan yang dikelilingi jurang-jurang curam. Perjalanan yang harusnya bisa ditempuh sejam menjadi beberapa jam, karena situasi jalanan yang tidak mendukung. Seperti itulah keadaan transportasi di daerah itu.
Memang hanya kata pemberani yang pantas disematkan, termasuk pada sahabatku yang satu itu. Dikarenakan gerah dan tidak betah duduk bersesak-sesak, dia mengajakku untuk pindah ke atas bagasi bis. Terhenyak ketika mendengar ajakanya, mungkin aku memang engga’ pantas dibilang sepemberani atau sekonyol dia, karena seumur hidup belum pernah melakukan aksi gila itu.
            Niatnya pun tidak tercapai, karena aku melarangnya. Selama perjalanan, bis yang kami tumpangi beberapa kali mengalami kerusakan. Beberapa kali juga penumpang harus turun dan menunggu hingga bis dapat berangkat kembali.

Sekarang, adalah yang ketiga kalinya bis ini mogok. Sambil menunggu, kami berdua duduk di pinggir jalan dan ngobrol ngalur-ngidul. Obrolan yang terjadi lebih banyak menceritakan tentang keluarga, dan tentu saja kami dan sahabat-sahabatnya. Jika saja aku bisa membaca masa depan, seharusnya kala itu tahu, bahwa ada tanda yang ditunjukkan….

            Hari itu, dia keliatan beda dibandingkan hari-hari lainya. Kecerian dan gaya bicara yang ditunjukkan, seperti tidak pernah terlihat sebelumnya, apalagi dia yang kukenal adalah seorang sahabat yang pendiam. Intinya, aku tidak menyadari sikapnya yang tiba-tiba asing di hadapanku. Seharusnya jelas kulihat matanya ketika berbicara waktu itu, hanyalah tatapan yang hampa.

            Ketika sedang santai dalam obrolan ngalor-ngidul itu, beberapa penumpang terlihat ada yang berpindah ke bis yang lain, kebetulan ada beberapa bis berikutnya yang lewat dan mempunyai jurusan yang searah. Hal tersebut menerbitkan gagasan pada sahabatku tersebut, dia ingin turut pindah ke bis yang lain dan menyampaikan usul tersebut kepada diriku.

            Setelah sesaat berpikir, akupun setuju. Karena jarak yang harus kami tempuh untuk sampai ke daerah tujuan memang masih jauh, sedangkan hari hampir malam dan aku belum menyiapkan apapun untuk besok pagi dihari pertama masuk sekolah . Bis naas itu akhirnya lewat di samping kami, tanpa pikir panjang dia langsung menyetopnya. Aku pun bergegas mengemasi barang-barang bawaan. Dalam waktu sekejab, semua barang sudah dipindahkan ke atas bagasi bis.
            Tapi, di luar perkiraanku, ruangan dalam bis tidak lagi cukup untuk dijubeli tubuh kami berdua. Ide berani sekaligus konyol itu tiba-tiba terbayang lagi dalam otaknya, dia segera menyuruhku naik ke atas bagasi, tanpa meminta lagi persetujuan seperti sebelumnya. Aku memang tidak bisa membantah apa-apa dalam keadaan seperti ini. Bis tumpangan kedua kami ini pun segera melanjutkan perjalanan.
            Tapi, syukurnya aku masih punya cara lain, walaupun tetap setali tiga uang dengan usul sahabatku tersebut. Yaitu, bukan duduk di atas bagasi, tetapi bergelantungan pada besi di belakang bis. Mungkin dari ide itu, malah aku yang lebih pantas dibilang gila, karena perjalanan yang harus ditempuh adalah selama 3 jam, dan apakah aku sanggup bergelantungan di belakang bis selama perjalanan.
            Sang sahabat, hanya menertawakan kebodohanku dari atas bagasi. Dia memandang geli padaku yang sedang bergelantungan, sambil mengumpat sumpah serapah. Tak apalah, mungkin saja akan ada penumpang yang turun nanti, dan kami berdua akan mendapatkan tempat di dalam bis. Yang penting, semoga tidak terjadi apapun pada kami berdua.

Ternyata, terjadi kesalahan dalam harapan itu.

            Supir baru saja sebentar mengemudikan bis. Kalaupun di depan ada tikungan, tapi bukanlah kelokan yang tajam. Laju bis waktu itu, juga tidak begitu kencang. Tapi, yang namanya takdir, tidak ada yang dapat menolaknya. Pada saat bis menikung pelan di tikungan, aku mendengar ada suara beberapa benda yang terjatuh dari atas bagasi. Setelah kucoba cari sumber suara itu, ternyata hanyalah beberapa tas milik penumpang yang jatuh bergulingan. Tapi, setelah kuperhatikan lagi secara seksama, ternyata diantaranya adalah tas miliku juga. Sesaat kemudian, supir pun menghentikan bis untuk melihat keadaan.

            Tapi, kenapa tiba-tiba pemuda yang ikut bergelantungan di sampingku menjerit. Aku tersentak, ada apa gerangan ?. Pandanganku menuju ke atas bagasi, dimana dia? Sahabatku itu…

            “Kenapa kau diam saja, bukankah itu teman mu”. Astaga, Ya Allah, ternyata suara yang paling keras kudengar tadi adalah bunyi tubuh sahabatku yang terjatuh dari atas bagasi. Dia terkapar di samping jalan raya, tubuhnya sedikit tetutup oleh semak-semak, pantas saja aku sama sekali tidak memperhatikanya.
            Segera ku susul kerumunan para penumpang yang sudah mulai ramai mengelilingi tubuhnya. Tidak terlihat percikan darah disitu, hanya ada sedikit luka di lengan kananya. Tapi, bagaimana mungkin, bukankah posisi dia terjatuh cukup tinggi, meskipun bis masih melaju dengan kecepatan pelan.

            Dia juga masih sadar dan dapat melihat kami mengelilinginya, bahkan menuturkan perlahan “Allah hu Akbar”.

            Kejadian selanjutnya berlalu secepat mungkin. Sebagian penumpang diturunkan di jalanan. Aku dan beberapa orang mengangkat dia ke dalam bis, dalam jarak pandangan yang begitu dekat, waktu itu gue baru tahu kalau kepalanya pecah dan tanganya patah.
            Supir memutar balik haluan kemudi, hendak mencari bantuan paramedis terdekat. Dan hanya aku, kondektur serta beberapa penumpang lain yang ikut serta dalam bis. Di dalam bis, suasana jadi mencekam, supir yang ketakutan malah semakin kencang mengemudikan bis, berharap cepat sampai di puskesmas terdekat dan sahabatku bisa cepat tertolong.
            Kondektur membantu menenangkan sahabatku yang sedang mengerang kesakitan, memang tidak ada yang bisa kami perbuat selain mengupayakan agar pendarahan di kepalanya tidak semakin parah. Sambil memegang pergelangan tanganya yang patah, aku mendengar lagi bisik istighfar yang terucap dari mulutnya. Sesekali dia mengerang dan memanggil nama ibunya.
            Dia sudah terbaring di salah satu kamar yang ada dalam puskesmas kecil ini. Lengannya yang patah sudah digips. Suasana hatiku semakin mencekam, apalagi setelah sahabat ku itu selesai dibius. Rambutnya digunduli, kepalanya yang bocor harus dijahit. Dan ketika dijahit, kulit kepala itu terlihat seperti kain yang lunak. Kejadian yang ku lihat dengan mata kepala sendiri, adalah juga pertama kali seumur hidupku. Pergelangan tanganya yang satu lagi masih kupegang, sedang tertancap selang infus yang harus selalu diawasi letaknya.
            Tidak ada siapa-siapa lagi di kamar ini. Hanya aku dan dia yang sedang terkapar di kasur pesakitan, terlelap karena bius penahan sakit. Entah kemana orang-orang itu, supir dan kondektur seperti lepas tanggung jawab, penumpang-penumpang yang ikut serta dalam bis tadi sudah tidak lagi ikut campur. Aku ditinggalkan sendiri, bahkan satu-satunya dokter di puskesmas sederhana ini, pulang beristirahat ke rumahnya. Hanya perawat yang sesekali datang menengok keadaan, satu dua orang warga masyarakat kampung yang ingin tau, hanya mengintip dari luar jendela.
            Engga’ terasa hari sudah malam, perut gue engga’ terasa lapar meski belum terisi sama sekali. Satu-demi satu warga masyarakat berdatangan, kini mereka benar-benar ingin tahu apa yang terjadi. Penumpang, supir dan kondektur juga kembali hadir, meski hanya melihat dari jauh.
            Di ruangan kecil ini, kami berdua ramai dikelilingi orang-orang, tetapi yang terasa masih sama, hanya sunyi mencekam. Tatapan dan perasaan ku benar-benar hampa. Ada suara bisik-bisik dibelakang yang sama sekali tidak kuperdulikan, apalagi topik yang mereka bicarakan jika tidak jauh dari tanya tentang aku dan sahabat yang malang ini.
Tetap saja aku tertunduk dan tidak jelas melihat wajah-wajah mereka yang ada di sekelilingku. Sempat seorang gadis mengalungkan selendangnya ke leherku, seakan peduli akan cuaca dingin yang tambah menusuk tubuh.

Tepat pukul satu dini hari. Suasana ruangan ini semakin ramai dengan suara dan orang yang semakin berdatangan, diantaranya ada yang mengaku dari kepolisian atau pemilik dari bis naas itu. Tapi apakah sudah ada orang yang mengabari keluarga kandung dari sahabat gue itu ?. Pastilah orang itu harus berusaha cukup kuat agar tega mengabarkan berita ini pada seorang Ibu.
            Seorang ibu mana yang dapat percaya begitu saja bahwa anaknya telah terkapar tak sadarkan diri, sedangkan pagi tadi masih sempat berbincang sebelum berpamitan hendak pergi. Pagi tadi, di hati Ibu itu masih terselip harapan agar suatu hari kelak anaknya dapat berhasil. Nasehat tulus dan doa pagi tadi, adalah sama seperti hari-hari sebelumnya ketika anaknya itu hendak pamit, nak berhati-hatilah di jalan.

Bertambah ngeri aku membayangkan, tubuh seorang ibu yang telah lemah, sekonyong-konyong menjadi tambah kaku yang seakan mati berdiri, ketika mendengar kabar tragis tentang anaknya. Tidak sanggup lagi aku membayangkanya lebih jauh, …

Dan……

Tepat pukul tiga pagi, aku tersadar dari kantuk. Ternyata sudah sekitar dua jam tertidur, dan tetap pada posisi yang sama di tempat dudukku. Mungkin sedari tadi, aku menjadi tontonan iba mereka-mereka yang ada di ruangan ini.
            Terdengar isak tangis seorang gadis dibelakangku, dia yang tadi bersedia menyerahkan selendangnya sebagai penghangat tubuhku. Kedua mata sembabnya terus saja melihat wajahku, sekan begitu tersentuh akan kejadian ini.
Tapi, aku tetap membalasnya dengan tatapan kosong tanpa arti. Tidak ada sama sekali pikiran untuk merasa tersanjung atas sikapku yang mungkin dianggap pahlawan hari ini, karena untuk coba berkata sepatah saja tidak sanggup. Aku benar-banar tidak mengerti akan apa yang kurasakan saat itu.
Sudah pasti aku begitu sedih, tapi sama sekali tidak ingin menangis. Aku sangat takut, bahkan seandainya bisa ingin lari dari kejadian ini. Pikiranku benar-benar kosong, seperti tidak terjadi apa-apa, tapi sekaligus tidak tau apa yang mesti dilakukan. Mungkin itu yang dinamakan kegalauan hati, remuk redam dengan tingkat stadium paling tinggi, akhirnya pernah juga aku merasakan itu.
Bius yang disuntikan ke tubuh sahabatku itu adalah yang dossisnya cukup tinggi. Karena dia harus menahan rasa sakit di bagian kepala yang sangat tidak tertahankan. Paling tidak esok siang, kadar dari bus itu akan berkurang.
Akan tetapi, kejadian yang terjadi kemudian membuat seluruh orang yang hadir di ruangan itu terperangah.
Tubuhnya yang sedang terbius dan lemah, seharusnya sama sekali tidak mampu menggerakkan tubuh, apalagi untuk sadar, bangkit dan duduk. Tetapi dia mengagetkan semua kami dengan tiba-tiba bangkit dari tidurnya, rasa kantuk ku yang tidak tertahankan langsung sirna melihat kejadian itu. Seperti akan melonjak, aku bangkit dari dudukku, dan berusaha merebahkan dia kembali ke tempat tidur. Kepalanya kembali mengeluarkan darah, menambah rasa takut dan ngeri yang sudah tidak bisa ditakar lagi tingkat stadiumnya.
Dalam kesadaran yang ganjil dan tiba-tiba itu, dia tidak berkata apa-apa. Tetapi cukup menyiratkan tanda melalui tatapan tajamnya, kedua bola matanya seperti liar melihat keseliling manusia yang ada di ruangan. Orang yang pertama dilihatnya adalah diriku, kemudian sekeliling, dan terakhir mengarah pada diriku lagi.
Tenagaku yang masih tersisa, tentunya masih lebih kuat untuk merebahkan dia ke tempat tidur, tetapi kenapa aku tidak sanggup melakukanya ?.
Dia kembali tenang setelah melihatku, dan dapat berbaring sendiri seperti orang yang hendak tidur. Tapi kemudian, muncul reaksi aneh lainya. Tubuhnya yang sedang berbaring, terlonjak ke atas. Seperti ada yang menekan dadanya berulang-ulang, nafasnya tersengal-sengal begitu kencang namun teratur, kejadian itu terjadi beberapa kali.
Aku dan orang-orang disekitar, termasuk perawat tidak mengetahui apa yang sedang terjadi, kami hanya bisa memegangi tubuhnya sambil berusaha menenangkan. Sesaat kemudian, suasana memang kembali hening, benar-benar hening.
Keringat tubuhku mengucur keras, seperti habis melakukan olaharaga berat. Perlahan napas ku yang tadi juga tersengal, kembali teratur. Aku mulai kembali tenang dan duduk pada posisi semula. Tangan sahabat malang ku itu masih kugenggam, letak infusnya tetap benar, tidak ada kesalahan yang terjadi karena aku benar-benar mengawasi dengan cermat apa yang harus kulakukan sedari tadi.
Tapi,Ya Allah, kenapa genggaman ku sekarang terasa dingin. Apakah karena akan menjelang pagi, cuaca dingin dari luar menyerang masuk ke dalam ruangan ?. Bukan, bukan karena itu, tangan sahabat ku itu yang tiba-tiba menjadi dingin, benar-benar dingin seperti mulai membeku. Ada apa ini ?
Aku berteriak memanggil perawat, dia pun berlari ke arah ku sambil memegang stetoskop. Dengan segera ujung stetoskp itu diletakkan ke dada sahabatku, dalam selang beberapa detik hal itu terjadi.

Setelah itu, kemudian?.

Perawat menyuruhku untuk melepas genggaman yang masih erat pada tangan sahabatku. Ternyata, takdir sahabatku telah terjawab. Pada saat genggamanku tadi terasa dingin, ketika itulah dia pergi untuk selama-lamanya. Dan tanda-tanda kesadaran aneh yang ditampakkan sebelumnya, itu adalah sakratul maut yang harus dilewati setiap manusia yang akan menjelang ajal.

Aku hanyalah seorang remaja berusia 15 tahun. Pengetahuan agamaku waktu itu masih sangat dangkal. Tapi kemudian, di usia semuda ini, aku harus mengalami pristiwa luar biasa yang sudah tergaris dalam takdir hidupku. Sebelumnya, pristiwa seperti itu sama sekali tidak terpikirkan oleh jiwa remaja ku yang masih dekat dengan hal-hal duniawi.

Aku melihat dengan mata kepala sendiri, kematian datang menjemput sahabatku.

Penulis Bukan Penjiplak


Sebenarnya bukanlah perkara yang mudah untuk menjadi seorang penulis artikel, dan itu berlaku bagi penuls yang tidak hanya asal jadi dalam menciptakan tulisanya. Kita tahu bahwa penulis  artikel di zaman sekarang dapat dengan mudah menemukan banyak sumber dari berbagai media seperti internet, tanpa harus melakukan observasi secara langsung, apalagi jika topik yang akan ditulis adalah sederhana dan dituntut waktu untuk mengerjakanya. Kita juga tidak bisa memungkiri bahwa semua itu juga dipengaruhi oleh aspek ekonomi yang dikejar oleh penulis.

Hal seperti itu rasanya sah-sah saja asalkan tetap mentaati kode etik bahwa tulisan yang dibuat tidak sangat keliatan sebagai karya plagiat yang tinggal meniru apa yang sudah dengan susah payah ditulis oleh penulis sebelumnya. Asalkan juga niat utama yang ingin dituju juga sudah tersampaikan yaitu memberikan manfaat bagi yang membacanya. Tulisan artikel memang harus memberikan informasi penting kepada pembacanya, baik yang terupdate ataupun berita lawas yang masih bermanfaat. Untuk terjun sebagai penulis artikel professional, kita juga harus benar-benar masuk ke dalam dunianya, memahami apa itu artikel, sebelum kita mengaplikasikan keahlian yang kita miliki sebagai penulis. Penulis itu banyak macamnya dan berbeda-beda pula bahasa penulisanya, ada penulis cerpen, novel, berita, skenario, dan penulis artikel.

Sebagai orang awam yang baru masuk ke dalam dunia penulisan artikel, perlu dipahami bahwa menulis artikel itu bukan hanya sekedar menyadur secara singkat berbagai tulisan yang kita ketemukan untuk dapat menjadi satu topik. Tapi penulis artikel yang baik adalah yang dapat mengungkapkan sendiri topik pembahasan artikel dengan menggunakan bahasanya sendiri, untuk itu penulis artikel juga sangat dituntut berwawasan luas. Jika tidak begitu, kita hanya pantas disebut tukang ngetik yang hanya bisa menyadur tulisan sebelumnya saja, bukan penulis apalagi penulis artikel.
.


Mencari Kawan Sejati Bukan Perkara Gampang


Dalam hidup ini,kita tentunya membutuhkan teman, karena kehidupan juga tidak semudah seperti apa yang dibayangkan. Kita juga butuh bersosialisasi dengan orang disekitar kita, saling mengenal dan jangan bermusuhan. Untuk itulah maka dalam hidup ini diperlukan seorang teman, tapi sosok seperti apa yang pantas dikatakan sebagai teman sejati kita ?  Untuk hal itu kita memerlukan berbagai aspek untuk mempertimbangkanya, seorang teman sejati harus terlebih dahulu kita pertanyakan dalam hati kita sendiri mengenai keberadaanya dalam hidup kita. Mengapa kita memilihnya sebagai teman dan apa kelebihan dari hubungan pertemananan kita, semua hal itu tentunya akan berpengaruh untuk menemukan jawaban yang sesuai bagi kita.

 Meskipun arti seorang kawan sangat besar,bukan berarti kita harus sembarangan dalam menilih kawan. Mencari kawan sejati tidaklah mudah, kawan sejati adalah kawan yang bisa mengerti sepenuhnya tentang kita dalam suka maupun duka, bukan hanya karena dia perhatian disaat kita sedang senang saja. Kita juga patut memikirkan posisi kita sekarang ini, apakah karena keadaan sekarang ini yang membuat banyak  kawan yang mendekati kita, atau justru sebaliknya, ada saja yang mau mendekati meskipun kita bukan atau belum menjadi siapa-siapa.

Karena tidak bisa dipungkiri bahwa dizaman sekarang, banyak penyelewengan arti pertemanan yang disalah artikan menjadi hubungan yang didasari asas timbal balik.  Kita patut mencermati kawan-kawan yang seperti itu, agar jangan salah pilh untuk menentukan kawan terbaik dalam hidup kita. Langkah efektif yang dapat dilakukan adalah juga dengan mencari kawan sebanyak mungkin, lantas dari sekian banyak kawan kita tersebut, pilihlah dengan cermat mana yang pantas untuk dijadikan kawan baik kita, tentunya pemilihan tersebut disertai aspek karakter, cara pikir, jalan hidup dan hal-hal lain yang menurut kita sesuai dengan kita.Serta yang paling pentng dan penulis pisahkan sendiri dalam pembahasan artikel ini adalah mengenai kejujuran. Kawan yang baik adalah yang jujur, mau menilai kita apa adanya dan berteman dengan kita karena kejujuran itu juga. Jadi dia tidak akan bisa membohongi kita seandainya ada maksud lain yang tersembunyi dari hubungan pertemanan itu.

Bagaimana Untuk Jadi Dewasa


Jika ada diantara kita yang kini masih merasa usianya adalah remaja, maka perlu diketahui bahwa pada usia itu bisa diartikan sebagai masa pertengahan dalam perkembangan aspek sikis kita. Dikatakan seperti itu karena pada usia ini remaja cendrung masih labil yang tidak lain merupakan upaya untuk menemukan kematangan jiwa mereka menuju ke arah dewasa. Terkadang seorang remaja juga masih bersifat jauh dibandingkan kawan-kawan sebayanya, masih cendrung bersifat kekanak-kanakan, jika itu terjadi maka patutlah disadari bahwa remaja sudah bukan anak-anak lagi, justru remaja adalah tahap yang sebentar lagi akan memasuki usia dewasa.

 Oleh karena itu, ada baiknya bila para remaja membaca beberapa tips di bawah ini yang memaparkan cara menjadi orang dewasa, adalah sebagai berikut :
  1. Harus tahu mana yang baik dan buruk untuk dilakukan.
  2. Harus punya prioritas yang utama dan pertama, mana yang harus lebih dulu dilakukan dan mana yang terakhir.
  3. Dapat menyelesaikan masalah sendiri dan membantu menyelesaikan masalah orang lain.
  4. Punya tanggung jawab dan tidak lari dari masalah.
  5. Selalu berlaku adil dan bijaksana dalam mengambil keputusan, tidak suka tergesa-gesa atau bertele-tele.
  6. Menyayangi diri sendiri dan kepada sesame serta perduli terhadap lingkungan sekitar.
  7. Memahami ajaran agama dan taat menjalankan ibadah serta menjauhi hal yang dilarang.
  8. Rela berkorban dan tidak egois

Serba Serbi Penulis


Banyak cerita yg sudah terbaca tentang para penulis yang akhirnya bisa dibilang sukses karena diawali dengan niat tulus mereka yang menulis bukan karena ingin meraih ketenaran. Lagipula setenar apakah penulis di negeri ini dibandingkan para anak band ataupun artis ibukota yang biasa nampang tiap hari di layar televisi dan berbagai media. Ketenaran para penulis sekarang ini mungkin hanya bisa disejajarkan dengan kaum intelektual negeri yang sesekali saja tersiar kabar beritanya.
Dan entah kapan para penulis di negeri ini bisa setenar mereka hingga dengan sendirinya berarti minat baca masyarakat kita yang juga semakin tinggi. Bagi mereka yang disebut penulis “Menulis adalah sungguh suatu rahmat dan mujizat. Meski apakah mereka menulis karena berbakat? Tidak. Karena berminat? Juga tidak. Tetapi bisa saja karena satu hal : nekad!”

Hingga penulis seperti mereka, dengan senang hati dan tulus ihklas akhirnya banyak menulis berbagai buku serta turut menyumbangkan motivasi bagi para generasi yang juga suka menulis namun masih amatir, kira-kira begini pesan mereka “

Apapun hal menarik yang anda lihat, tulislah. Ada gagasan baru, tulislah. Bertemu pengalaman unik, tulislah. Muncul harapan Anda tentang masa depan, tulislah. Mendapat berkat dan rejeki dari Tuhan, tulislah. Menikmati buku-buku yang menyentuh, tulislah. Melihat dan mendengar berita yang penting, menulislah…Semua harus ditulis, kembangkan segala kreatifitas nalar kita dengan kegiatan menulis.
Dan di ujung tulisan ini , saya coba bertanya pada mereka “tapi bagaimana jika kita yang sangat cinta dengan menulis ini hidup di lingkungan yg menganggap penulis itu pemimpi, jika kau suka menulis ttng segala sisi kehidupan malah akan dikatai sebagai manusia yang urang bersyukur dan suka mengeluh, jika kemudian kau banyak menulis tentang motivasi mereka mengatakan penulis itu berkata ttng apa yg tidak bisa dibuktikanya sendiri, jika kau suka menulis tentang hal-hal romantis mereka bilang penulis itu dokter cinta yang lebih kerap sakit hati daripada mendpatkan pujaan hati, dan jika kau mulai masuk sebagai penulis yg ingin menulis hal-hal bermanfaat yg berhubungan dengan dunia sosial-politik dan lain sebagainya, mereka katakan kau hanya penulis banyak omong yang sok intelek, padahal dalam dunia nyata hanyalah manusia yang punya nalar pas-pasan saja. gimana dong???”

Kalau menurut saya tetap “Lanjutkan sampai titik darah penghabisan”…bagaimana menurut anda yang sudah sukses sbg penulis, mngkin bisa kasih saran dan kritiknya.

Latihan ala Ong Bak



  1. Bangun pagi diantara jam 5 – 6 pagi
  2. Pemanasan
  3. Lari 10 km
  4. 30 menit sampai 1 jam melakukan pemanasan yang terdiri dar gerakan thay boxing, stretching dan senam.
  5. Meditas
  6. Memulai latihan harian selama 8 jam
Catatan : Tidak pernah melakukan latihan angkat besi dan pernah bertarung dalam ring sebanyak 5 kali pada waktu masih berada di pusat pelatihan Muay Thay Boxing dan memenangkan setiap pertandingan.
Tony Jaa menunjukan video latihan rutin dia ini pada DVD Official Thai Tom Yum Goong. Kita bisa mendapatkan kaset dvd tersebut jika mensearchnya diinternet.


Menurut Tony, untuk membuat film action yang berbahaya, harus sering latihan, melakukan observasi dan menonton berbagai demo video, serta yang paling penting adalah selalu latihan rutin. Hal-hal tersebut akan menjadikan kita semakin professional.

Pijat juga salah satu bagian dari pemanasan di sasananya, dan menurut tony itu sangat penting dikarenakan dapat membuat tubuh kita santai  atau rileks. Sesudah pemijitan, baru melakukan strecing.Straching ala Tony harus menghormati keadaan tubuh, kaki, bahu, dan menggunakan pemikiran yang tenang, oleh karena itu dia selalu melakukan meditasi ketika starching.

Yang berikutnya adalah senam, starching yang dilakukan juga sangat penting ketika kita akan melakukan gerakan senam. Setelah senam, Tony baru melakukan gerakan Muay Thay. Jika kita menyaksikan film-film yang pernah dibintanginya, seperti Ong Bak, Tom Yum Goong, dan film-film action hongkong lainya menurut Tony itu adalah hal tidak mudah untuk melakukanya. Kita membutuhkan pelatih kkhusus, atau seseorang yang dapat mengajarkan beladiri sekaligus senam dengan cara yang benar.
.


Menjadi Kreatif itu Susah-susah Gampang


Tidak mudah untuk menjadi orang yang kreatif, karena jiwa kreatif itu bukanlah bakat. Untuk menjadi kreatif kita harus berusaha menyentuh segala pandangan dan berusaha memikirkan ide cemerlang secara bebas dan luas. Kreatif tidak hanya melatih diri dengan berbagai balok atau puzzle, tapi juga kemauan kuat yang perlahan menjadikan kita sebagai manusia yang terus saja ingin mencoba hal baru dari ide cemerlang kita tersebut.

Kita juga harus sering mengadakan berbagai uji coba, kegiatan yang tidak perlu terstruktur, cukup mengalir saja sesuai kemana daya pikiran kita membawanya. Enyahkanlah suara-suara negative yang mengatakan kita hanya membuang waktu atau mengerjakan pekerjaan sia-sia, karena suara itu termasuk salah satu godaan yang harus dilewati untuk menjadi pribadi yang kreatif.

Pada dasarnya kreatif juga adalah segala tindakan yang keluarf dari batas teori, bukan tindakan yang terbukukan. Kreatifitas adalah murni berdasarkan ide dan imajinasi kita yang bisa diaplikasikan secara masuk akal dalam dunia nyata. Oleh karena itu logika juga bermain dan kita juga harus pandai mengasah logika kita selain ide dan imajinasi. Kesimpulanya orang kreatif adalah manusia yang memiliki keseimbangan dalam hal logika dan imajinasi.










Krav Maga


Selama ini kita mungkin telah banyak mengenal berbagai jenis olahraga beladiri yang semakin berkembang dengan pesat, tapi apakah kita tahu mengenai olahraga satu ini. Termasuk olahraga yang tekhnik pertahanan dan penyeranganya yang terbaik di dunia, adalah Krav Maga, olahraga bela diri yang lahir di tanah Israel. Awalnya Krav maga digunakan oleh bangsa Yahudi untuk membela diri mereka dari serangan bangsa Nazi. Olahraga ini juga menjadi keahlian wajib yang harus dimiliki oleh anggota intelijen Israel seperti Mosad.

Menurut pengertian katanya yang berasal dari bahasa Yahudi, Krav maga berarti pertarungan jarak dekat. Segala peralatan atau apapun yang ada di sekitar kita bisa dijadikan peralatan untuk bertahan dan menyerang, oleh karena itu olahraga bela diri ini sangat unik dan berbeda dengan olahraga lainya. Seni beladiri ini juga merupakan gabungan gerakan terbaik dari olahraga bela diri lain yang ada, diteliti juga dengan pengetahuan fisika sebelum menerapkanya. Bahkan tujuan aplikasinya sangat ekstrem, bukan hanya untuk mempertahankan diri saja melainkan lebih utama untuk melumpuhkan atau membunuh lawan secepat mungkin. Karena itu juga olahraga ini jarang kedengaran sebagai olahraga yang dikompetisikan untuk umum, hanya orang tertentu yang bisa menahan kesabaran secara penuh dan memahami fungsi dari olahraga beladiri ini yang bisa mengikuti tahapan latihanya.


Efek Buruk Online


Dengan kemajuan teknologi di jaman sekarang, aktifitas yang dinamakan "bermain" tidak perlu dilakukan secara nyata, segala macam permainan sudah bisa dilakukan didepan komputer. 
Bisa disebut praktis kah hal tersebut?. 

Tapi hal itu juga yang kini dapat divomis sebagai efek buruk games online. Kalau dalam permainan konvensional jaman dulu yang biasa kita mainkan, ada situasi interaksi situasi sosial langsung dengan teman kita sebagai lawan main, sebut saja semisal permainan gobak sodor, karambol, dan lain sebagainya. Ketika bermain secara konvesinonal, kita juga bisa tahu kalau memang ada teman yang lebih jago atau curang, hubungan sosialisasi dan kemanusiaan juga sungguh nyata yang terasa. 
Namun kita tidak mendapatkanya di game online, yang memaninkan juga tidak bisa mengekspresikan diri individu merasa yang merasa gagal, terpuruk, senang atau puas, seperti yang terlihat pada permainan konvensional secara nyata. 

Game online juga tidak bisa masuk kategori, jika melihat tujuan positif dari bermain adalah agar bisa mengasah keterampilan sosial dan interaksi tatap muka antar sesama. Bagaimana bisa itu terjadi, jika anak yang menyukai game online keterampilan sosialnya justru bisa dikatakan lemah dan susah mempertahankan interaksi tatap muka, karena terbiasa berinteraksi melalui dunia maya. Hal seperti ini jika berlanjut sampai dewasa juga akan memengaruhi hubungan interpersonal dengan orang lain.

Kalau masih ada anak jaman sekarang yang dihina dan diledek hanya karena masih suka terhadap permainan konvensional, itu mungkin adalah kelumrahan melihat situasi zaman yang seperti sekarang.Namun, saya yakin segala tekanan sosial di luar sana yang keras dan akan mereka hadapi nanti, bisa menggembleng anak seperti mereka untuk lebih tangguh, mereka bisa mengatasi hinaan atau ledekan. Karena jenis permainan yang dipilih saja sudah dapat menjadi contoh kecil bahwa sisi kreatif dan agresif mereka telah terlatih untuk dapat menjadi pemenang dalam dunia nyata. .


24 Sep 2012

HIDUP INI INDAH

Hidup ini indah, namun berdua lebih indah...sekarang saja udah indah, apalagi nanti semakin indah. Tapi dimanakah keindahan itu ? Indah itu ada disaat kau sudah bisa tersenyum senang melihat mereka tinggal menikmati masa tua mereka, indah itu ketika orang-orang yang kausayang ikut merasakan keindahan tanpa perlu tahu pahit itu apa, kemudian keindahan itu semakin sempurna jika kau telah temukan dia hanya sekali yang mau mengerti apa adanya smpai kau tutup usia nanti.

5 Sep 2012

….kita emang jodoh ya…

Halo blog ku tersayang....tidak terasa sudah bertahun-tahun kita berteman ya..
Kamu yang telah setia menemaniku dari awal menginjak kota besar ini, aku yang ketika itu masih bimbang bagaimana menjadi seperti mereka "mahasiswa pintar" sedangkan aku hanyalah orang berantakan yang bersyukur masih punya cita-cita. 
Tapi bodohnya aku memiliki cita-cita besar, jadinya harus berusaha keras mencapainya. Dan entah kenapa waktu itu aku juga berpikir harus mengenal kamu dan kawan-kawan mu yang lain di dunia maya ini.

Sudah lama aku tidak melihat bagaimana keadaanmu, aku memang tega ya ?, sudah berubah dan pasti kamu menganggap aku sangat sombong sekarang ini. 
Padahal dulu, hampir setiap hari aku selalu menyempatkan waktu untuk berbicara dan menumpahkan segala kesah keseharian ku.padamu, begadang hingga pagi, saat-saat dimana aku masih gemar chating di YM, MIRC atau jaman-jamannya Friendster. Kalo diingat-ingat lagi, rasanya tujuan utama aku berkenalan denganmu dulu sangat “nonsense” yaitu "belajar bahasa Inggris kepada mereka yang mau mengajarkan serta berharap mendapat teman, ..ha..ha..
Dulu aku kan sangat gaptek, tapi senangnya buka main setelah tahu ternyata dengan Google aku bisa tahu banyak hal, apa saja, entah hitam ataupun putih. Akhirnya terbit juga harapan ku supaya tiap hari harus ada ilmu yang didapat dari dunia maya, tidak menyia-nyiakan kesempatan dengan cara yang kubuat sendiri.
.
Kamu juga pasti ingat, dua kali nilaiku paling jeblok selama kuliah dan harus ngulang kelas, tidak lain dua-duanya dikarenakan hal yang sama, "Begadang di warnet"...ha..ha....
Atau bagaimana aku dulu terlalu cengeng, kerap bercerita tentang hal-hal yang miris padamu, tentang risalah hati yang berharap tapi tak berani berkata, tentang kawan dan kerinduanku pada keluarga, tentang lawan, dan lebih banyak tentang mimpi-mimpi yang membuat aku bagaikan pencerita ulung, bercerita padamu dengan berbagai kiasan dan ungkapan yang tidak lain sebenarnya adalah memaksudkan keangkuhanku sebagai manusia yang sok suci dan terlalu yakin akan berhasil....
(Aku bercerita tentang gedung-gedung tinggi Ibu kota, anak-anak muda kaya yang ku kritisi namun tidak lain dikarenakan aku yang iri, bahkan aku bercerita tentang langit sementara waktu itu aku tetap berantakan hidup di bumi).

Apa saja dulu kuceritakan padamu, seakan tak ada lagi rahasia diantara kita. Tentang hari-hari mahasiswa yang berantakan, tentang suka duka pertemanan, tentang masalah hati yang kerap pupus, hingga coba semakin dewasa dan menuangkan kadar intelektual ku yang seadanya...(aku berusaha menulis hal-hal yang lebih serius tentang mahasiswa yang menyuarakan masalah politik, pendidikan, atau kritikan dan motivasi). 
Namun meski begitu ternyata aku waktu itu sama sekali belum bisa memvisualisasikan apa yang kutulis dalam kehidupan sehari-hari. Tetap saja aku berantakan meski tetap berusaha ingatkan diri tentang apa yang harus kucapai terlebih dahulu di kota ini, yaitu kuliah.

Dan setelah lulus kuliah itu perlahan aku mulai meninggalkanmu. Aku mulai sibuk dengan urusan mencari kerja. Berusaha mendapatkan apa yang kucita-citakan selama ini..."Sudah terbayang secara berlebihan bahwa pintu kesuksesan di depan mata "...ha..ha..salah satu kebodohanku yang dari dulu tak pernah berubah 
"Cepat yakin dan cepat pula pesimis nantinya"..
Terbukti dengan setelah aku tahu bahwa "sarjana bukan jaminan"

Bla..bla..bla...

Dan kamu tahu kenapa akhirnya aku kembali padamu ?
Karena kita emang jodoh, karena kamu yang membuat aku semakin senang dan banyak belajar tentang dunia tulis menulis, kamu yang telah mengajariku. 
Dan tanpa diduga, disebalik pristiwa-pristiwa setelahnya yang sudah membuat aku tercenang tak terkira....

(seperti akhirnya aku harus bekerja di pekerjaan yang sama sekali tidak berhubungan dengan jalur pendidikan yang kutempuh. Kamu pastinya tahu aku memang sangat menyukai olahraga bela diri, tapi apa aku pernah menyangka jika akhirnya pernah bekerja sebagai seorang stuntman acara live show di salah satu pusat rekreasi terbesar di negeri ini. 2 tahun aku bekerja disana dengan pengalaman baru yang sangat luar biasa, selama itu juga kita hampir tidak pernah sama sekali berjumpa. 
Dan yang lebih dasyat lagi, 2 tahun kemudian, tepatnya bulan februari 2012 beberapa bulan yang lalu, aku juga lolos casting di salah satu PH ternama negeri ini, dikontrak pula, akhirnya pekerjaanku sebelumnya dilepas).

Saat itu, aku mengira akan semakin jauh padamu,meski tidak sampai kita mengucapkan selamat tinggal. Tapi yang pastinya aku sudah berpikir harus kembali ke dunia nyata dan melepaskan semua dunia imajinasi seperti saat-saat dulu kita sering berjumpa.

Tapi ternyata !!! aku kok sekarang bertemu denganmu lagi ?. 

Disebalik pristiwa yang tak terduga itu, akhirnya bertambah lagi satu hal, 
“aku kini mendapatkan pekerjaan freelance sebagai penulis artikel di beberapa blog online dan perlahan mulai belajar sebagai pebisnis online”. 

Dan blogging itu ya seperti kamu ini, aku juga harus bertemu kamu setiap mulai memposting artikel yang ku tulis….

Ha..ha….kita emang jodoh ya…    

1 Jul 2012

Samakah Iman Kita



            Pagi ini, indah seperti biasanya. Di dalam ruang tamu sebuah rumah kontrakan kecil, sambil menyeruput secangkir kopi hangat, kupangku putri semata wayangku Dila, yang sedang asyik bermain dengan bonekanya. Boneka itu, hadiah ulang tahun pemberian dariku yang nanti dalam cerita ini mempunyai kisah  tersendiri.
            Wanita yang paling kucintai juga duduk disampingku, merekah senyum kami berdua ketika melihat tingkah lucu putri kami. Aku memang tidak dapat menyembunyikan raut keceriaan yang terpancar dari wajahku akhir-akhir ini, kecintaan pada wanita yang sedang berada disampingku ini semakin bertambah setelah kutahu bahwa dia sedang mengandung. Mengartikan bahwa kini kami sedang menanti kelahiran satu lagi benih cinta dalam keluarga.
            Setidaknya memang begitu keharmonisan yang terlihat dikala pagi sebelum aku berangkat kerja. Aku berusaha menyempatkan diri bercengkrama bersama keluarga kecilku, bercerita sejenak tentang apa saja yang telah atau mungkin akan dilewati hari ini. Mereka berdualah adalah cinta sekaligus asaku, selayaknya aku yang juga tulus mereka cintai dan tempat menumpukan harapan. Meskipun dari segi penghasilan, aku hanyalah seorang karyawan restoran.
            Pagi ini akupun tidak memiliki firasat apapun tentang kejadian yang akan kulalui. Karena seperti biasa, aku berusaha membiarkan hidup mengalir sesuai kehendaknya, karena bagi orang biasa sepertiku, hanya doa dan kerja keras yang menjadi modal untuk dapat bertahan hidup.   
            Setelah berkeluarga dan menjadi seorang ayah, aku semakin giat berusaha melakukan pekerjaanku dengan ihklas dan sungguh-sungguh, semua itu demi menafkahi keluarga yang kucintai. Menjadi tulang punggung keluarga adalah kewajiban dan kebahagianku, selain tersirat pula keinginan besar yang lain untuk dapat membahagiakan kedua orang tua di usia senja mereka.

            Ayah dan Ibuku berjarak jauh ribuan kilo dari lokasi kota aku berada sekarang ini, bahkan harus melanggar beberapa pulau jika aku ingin berjumpa dengan mereka. Usia mereka juga sudah semakin tua beriringan dengan tubuh yang sudah tidak kuat lagi. Disana mereka mencari nafkah dengan berjualan barang kebutuhan sehari-hari di sebuah kios kontarakan kecil, tinggal dirumah bersama adik-adikku yang masih sekolah dan keluargaku yang lain.
            Hanya aku anak mereka yang merupakan satu-satunya keluarga yang berani untuk pergi jauh merantau hingga sampai ke Ibu kota. Selepas SMA niat awalku adalah melanjutkan kuliah, tapi kedua orang tuaku hanya sanggup membiayai kuliahku sampai semester 4 saja, drop out adalah pilihan yang terpaksa harus kuterima meskipun orang tuaku bersikeras akan berusaha mencarikan biaya tambahan. Aku hanya tidak tega jika mereka harus meminjam uang sedangkan masih ada adik-adikku yang lain harus dibiayai sekolahnya.
            Kejadian itu sempat membuat aku putus asa, tapi aku bersyukur karena Allah Maha Penyayang dan Dia tidak menjadikan keputusasaanku itu berlangsung lama. Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan di sebuah restoran meski hanya dengan bermodalkan Ijazah dan kuliahku yang tak selesai. Untuk menjadi seorang pelayan restoran syarat yang paling penting adalah keramahan dan mungkin hal itu juga yang dilihat oleh atasan untuk menerimaku sebagai karyawan.
            Orang tuakupun mau tidak mau menerimanya meski harapan mereka untuk bisa melihat aku menjadi seorang sarjana telah sirna, setidaknya aku tidak luntang lantung di Ibu kota setelah putus kuliah. Untuk pulang dan bekerja disanapun rasanya kecil kemungkinan karena lapangan pekerjaan yang ada tidak begitu banyak dan bervariasi. Dari hal itu aku membulatkan tekad, harus dapat berhasil di Ibu kota ini meski bukan dengan gelar sarjana, aku harus bisa membahagiakan orang tua dan keluargaku suatu saat nanti.
            Setelah setahun bekerja, aku bertemu dengan wanita yang sekarang telah menjadi istriku. Pertama kali aku melihat dia adalah pertemuan yang tidak disengaja tanpa mengingkari takdir yang mungkin saja bermain disitu, waktu itu ada traning penerimaan karyawan baru di restoran tempat aku bekerja dan aku ditugaskan untuk membantu mengenalkan cara-cara melayani pengunjung kepada beberapa calon karyawan baru, salah satu diantara mereka adalah gadis bernama Yanti yang kini telah menjadi istriku.
            Tidak lama jangka waktu kami berteman dan saling mengenal, hanya dalam waktu 6 bulan akhirnya aku berani mengutarakan niat tulusku yang menginginkan dia untuk jadi pacarku. Ternyata perasaankupun tak salah karena diapun punya perasaan yang sama, dan di hari itu resmilah kami berdua menjadi sepasang kekasih.
            Dalam hal pekerjaan Alhamdulillah aku juga beruntung karena dianggap baik oleh atasan hingga mendapat kenaikan gaji. Entah mungkin hal itu juga yang mempengaruh hubungan berpacaran kami yang rentang waktunyapun tidak terlalu beda dengan masa berkenalan kami, hanya dalam waktu 7 bulan aku telah yakin untuk mengajak Yanti agar bersedia menjadi istriku.
            Segalanyapun dimudahkan untukku, setelah mendapat restu dari kedua orang tua, dalam masa cuti selama 2 minggu aku pulang bersama Yanti dan kedua orang tuanya untuk mengadakan acara pernikahan, bukan acara pernikahan besar karena hanya mengundang keluarga kedua belah pihak dan mengingat penghasilanku yang tentunya terkuras habis untuk acara pernikahan.
                 
            Waktupun terus berlalu, sebenarnya ingin sekali aku bisa sering pulang untuk menjenguk kedua orang tuaku, tapi semua harga kebutuhan sekarang ini sudah tidak seperti dulu lagi dan untuk ongkos saja aku masih terkendala dengan penghasilanku sebagai karyawan restoran yang kini sudah sangat pas-pasan.      
            Terlepas dari semua harapan dan rasa cintaku terhadap orang tua yang jauh disana, seperti yang telah kuceritakan tadi, ada yang sangat kunanti-nanti dalam waktu dekat ini. Atas izin Yang Maha Kuasalah akan tiba pula saat yang dinantikan. Ingin kupercepat waktu seandainya bisa, supaya segera hadir saat dimana aku dapat menyaksikan kehadiran satu lagi benih cintaku di muka bumi ini. Andai saja….

Dilokasi yang berbeda…

            Dipagi yang sama, sepertinya di sebuah ruangan kamar hotel, seorang lelaki tampak sedang sibuk berkonsentrasi mengerjakan sesuatu. Diatas kasur terlihat hamparan beberapa komponen keelektrikan yang berbeda ukuran dan jenis, berutas-utas kabel warna-warni bertebaran di lantai. Kalau tidak salah, sepertinya dia sedang merangkai komponen-komponen itu menjadi satu kesatuan peralatan, orang ini mungkin memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan listrik atau kelektrikan. Entahlah, hanya dia yang benar-benar paham apa yang sedang dikerjakan.
            Ruangan tempat lelaki itu berada adalah kamar di salah satu hotel termewah yang ada di negeri ini. Ternyata sudah sekitar 3 bulan dia menjadi penghuni hotel, dan menurut rencana hari ini adalah yang terakhir dia berada di sini. Setelah selesai menyelesaikan pekerjaannya tadi, dalam waktu yang tidak terlalu lama terlihat semua barang-barang itupun telah rapi dimasukkan ke dalam dua buah tas ransel.
            Dari penampilanya, lelaki ini cukup menarik untuk dipandang. Raut wajahnya yang tenang biasanya menandakan kesopanan budi pekerti dan halus tutur kata. Tapi mungkin saja itu hanya prasangka yang sudah menjadi kelumrahan masyarakat di negeri ini, seperti aku yang terbiasa menilai seseorang dari penampilan luarnya terlebih dahulu.

            Jika merunut kemasa yang telah lalu, ternyata juga ada sekelumit sejarah yang patut diketahui tentang lelaki ini. Dia cukup lama pergi meninggalkan keluarganya tanpa kabar berita, dengan sebuah alasan yang hingga sekarang hanya dia yang tahu. Namun karena begitu besar keyakinan keluarga padanya, membuat mereka rela dan mendukung niat lelaki itu untuk pergi menggapai apa yang diinginkan. Lelaki dewasa memang harus begitu, aku setuju jika maksud dia pergi meninggalkan keluarganya adalah untuk mencari masa depan yang lebih baik, bukankah itu semua dilakukan demi keluarga yang dia cintai juga.
            Ada juga hal menarik lain mengenai lelaki ini. Semenjak muda dia gemar menuntut ilmu apalagi ilmu agama, hingga dilingkunganya dia terkenal alim dan pandai, itu adalah sebuah kelumrahan bagi orang yang telah terpahamkan oleh ilmu yang selama ini dipelajarinya. Terpahamkan??. Pemahaman-pemahamanya juga yang mengantarkan dia menemukan banyak kawan, tergabung dalam beberapa komunitas kemasyarakatan atau kelompok yang sama-sama memperjuangankan apa yang dianggap benar.

            Hotel ini memiliki sebuah restoran dan disinilah aku bekerja sebagai karyawan atau lebih tepatnya pelayan yang bertugas melayani pesanan makanan dari pengunjung. Ternyata hari ini aku terlalu cepat sampai, masih terlalu pagi dan belum banyak pengujung yang datang. Namun pasti sebentar lagi, karena biasanya disaat jam penghuni hotel mulai melakukan aktifitas, kebanyakan dari mereka akan sarapan di restoran ini.
            Dan seingatku pagi ini menjadi hari yang termasuk dalam agenda pertemuan mingguan rutin sekelompok pengusaha, mereka bukan orang-orang sembarangan, mereka adalah pengusaha-pengusaha penting yang kebijakanya ikut mempengaruhi keadaan ekonomi di negeri ini, bahkan terkadang sesekali menteripun ikut bergabung bersama mereka.
            Aku bisa mengetahui hal itu karena bukan baru satu kali mereka mengadakan pertemuan di restoran mewah tempat aku bekerja ini. Restoran yang berada di dalam lingkup hotel mewah tentulah berkelas dan pengunjungnya juga kebanyakan adalah orang-orang yang perekonomianya sangat mampu, tamu yang menginap atau pengunjung restoran inipun bukan hanya orang lokal tapi banyak juga merupakan wisatawan asing.
            Dari hal itu, maka merupakan keharusan jika keamanan dalam hotel sekaligus restoran ini sangat diperhatikan. Penjagaanya ketat tapi diusahakan tetap menjamin kenyamanan tamu hotel atau pengunjung restoran. Tidak berapa lama kemudian restoranpun sudah mulai ramai, aku mulai disibukkan dengan pekerjaan rutin, melayani dengan ramah para pengunjung yang ingin mendapatkan sarapan pagi.
            Beberapa pengusaha penting itu juga sudah mulai datang, mereka langsung menempati meja khusus yang sengaja disediakan. Aku berjalan menghampiri salah seorang dari mereka yang sudah cukup kukenal, bos besar pemilik salah satu perusahaan waralaba termuka di negeri ini. Sikapku lebih terlihat seperti basa basi sewajarnya seorang pelayan restoran, mengawali dengan senyum dan tegur sapa, kemudian melaksanakan tugas untuk mencatat pesanan yang mereka inginkan.
           
            Dari jarak yang tidak terlalu jauh, sosok seorang lelaki berjalan perlahan memasuki pintu penghubung antara hotel dan restoran. Sambil menenteng sebuah tas dan menyandang ransel di pundaknya, dia berjalan semakin mendekat. Ternyata, jadi juga dia check out pagi ini, dan mungkin dia ingin terlebih dahulu sarapan sebelum pergi.
            Wajah lelaki ini memang sudah tidak asing bagiku, dia sudah menjadi pengunjung tetap di restoran ini selama 3 bulan terakhir. Aku bahkan sudah hafal kebiasaanya setiap datang, setelah memesan makanan dan minuman, dia langsung memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela, mungkin agar dapat melihat pemandangan pagi di luar restoran. Sejak awal, jika berada di restoran ini, dia memang sering sekali mengamati keadaan sekitar.
            Penampilanya rapi namun sedikit nyentrik, tapi entah dari segi mana aku melihatnya. Dia jarang bicara dan sepertinya memang seorang diri menginap di hotel ini, namun murah tersenyum setiap berpapasan dengan siapa saja di restoran, termasuk padaku. Sikap ramahnya itu yang membuat aku beranikan untuk mengobrol denganya disuatu siang. Waktu itu dia sedang menuggu pesanan makan siang, secara tidak sengaja juga disiang itu aku melihat dia sedang mengamati foto seorang anak gadis.

            Pembicaraan pun terjalin, akupun akhirnya tahu bahwa wajah yang ada di foto itu adalah anak gadisnya yang sudah lama tidak dijumpai. Hal itu membuat aku menemukan bahan pembicaraan tentang anak gadisku yang seumuran dengan anaknya. Kemudian dalam perbincangan selanjutnya dia tidak banyak bicara, lebih banyak menyimak dan mengguratkan senyuman saja ketika aku sedang bercerita.
            Tapi ada satu hal yang menarik, seakan ingin mengakhiri pembicaraan kami kala itu, dia mengeluarkan sebuah boneka beruang dari saku jaketnya yang berukuran besar. Boneka itu diberikan kepadaku, “Berikan ini sebagai hadiah untuk putri kecilmu”. Serba kebetulan karena ternyata beberapa hari lagi anakku memang akan berulang tahun, dan boneka itu akan kuberikan sebagai hadiah ulang tahun putriku nanti.
            Begitulah aku menceritakan awal perjumpaanku dengan dia, lelaki yang sedikit misterius dan beberapa bulan ini sering kujumpai.

            Kemudian aku menghampirinya karena diapun sedang berjalan menuju ke arah meja tempat diadakanya pertemuan oleh para pengusaha tadi. Tapi tampaknya si bos yang kukenal tidak berada di tempatnya, terakhir aku meilihat dia berjalan kearah toilet.

Namun,…. selang beberapa detik setelah itu, aku tidak ingat beberapa kejadian selanjutnya.

            Aku baru tersentak sadar, ketika kepala bagian kananku terasa sangat ngilu, seperti terkena hantaman benda keras yang sangat kuat. Ketika membuka mata, terkejut melihat seluruh bajuku bersimbah darah, dan aku terkapar di samping trotoar. Aku tahu tempat ini adalah jalan yang terletak di depan restoran, tetapi kenapa aku disini ?.
            Seluruh anggota tubuhku yang lain seperti mati rasa, kedua tangan dan kakiku tak dapat bergerak seperti tidak melekat di tubuhku lagi. Aku belum sempat memastikan apa yang terjadi pada tubuhku, sebelum akhirya kembali tidak sadar.
Hanya sayup-sayup aku mendengar suara seseorang sebelum sepenuhnya tak sadarkan diri, itu adalah suara si bos. “Restoran telah di bom”.




9 Jun 2012

Selamat Datang

Sudah sangat lama saya tidak bersua dengan blog saya ini, entah kenapa? padahal dulu 'ngeblog' adalah salah satu kegiatan paling utama saya ketika sedang menjelajah dunia maya. Dulu, hampir tiap hari saya selalu berusaha mencari ide tulisan apa yang akan ditulis dalam blog, tentang apa saja, dari cerita remeh temeh kehidupan yang penting - ga' penting sampai tentang politik, sosial, pendidikan atau budaya bangsa yang seakan saya sok ngerti, disitu ada unsur plagiat atau memang hasil karya tulis saya sendiri, yang jelas kalau mengenai kisah-kisah galau bin romantis maksa pastilah saya pandai mengarangnya..ha..ha.. Kesemuanya itu jujur tidak lain dikarenakan ambisi saya untuk menjadi seorang penulis. Berdasarkan informasi awal yang saya dapat, untuk jadi seorang penulis memang harus rajin menulis karena ga' nyambung kalau 'rajin memasak'..ha..ha.., rajin menulis tentang apa saja, dan dibuat semenarik mungkin agar pembaca dapat tertarik dengan tulisan kita. Kemudian disaat tulisan kita sudah banyak dibaca dan diminati, maka disaat itulah kita sudah pantas disebut penulis. Akan tetapi saya melupakan salah satu hal paling penting dari informasi tersebut, bahwa untuk jadi penulis selain harus rajin menulis juga harus banyak memperkaya perbendaharaan pengetahuan, karena itu berpengaruh terhadap kualitas tulisan dan orang yang membacanya, hal itu dapat ditemukan dengan sering membaca, menonton berita atau banyak mencari informasi di luar. Tapi karena yang saya lakukan justru berkebalikan, jadinya kaya' gini, menjadi "penulis yang tidak pantas disebut penulis karena tulisan yang mengambang dan buat orang bingung". Namun ternyata ambisi saya memang mengalahkan semuanya, saya terus saja menulis dan ngeblog hampir tiap hari, tak kenal waktu dan asalkan ada waktu kosong, apa saja saya tulis. Sekedar info, saya juga berhasil merampungkan beberapa tulisan dalam blog saya ini menjadi sebuah buku dan juga menulis dua buah novel yang saya pasarkan melalui media online, lucunya buku-buku saya itu jangankan dibeli, dilirik orang saja jarang..ha..ha... Hingga sampailah pada akhirnya saya sampai pada titik jenuh, sampai pada saat saya sendiri bingung dan menertawakan tulisan saya sendiri yang tidak jelas. Semua yang saya tulis rasanya tidak bermanfaat karena kalaupun berisi petuah itupun tidak mencerminkan apa yang saya lakukan. Kejenuhan yang membuat saya sadar bahwa selama ini saya lebih pantas disebut pendusta daripada seorang penulis. Ditambah lagi dengan kesibukan mengejar pendidikan agar cepat selesai, persiapan setelah lulus nanti, dan berbagai hal lain yang akhirnya membuat saya lupa dengan hobby saya yang satu ini. Saya merasa telah kembali ke dunia nyata, bukan hanya bermain dalam dunia yang saya ciptakan sendiri melalui kalimat dan kisah. Itu berlangsung hingga setengah jam tadi sampai saat akhirnya saya tiba-tiba ingin kembali melihat blog yang telah lama saya tinggalkan, mungkin tidak pantas jika ini dikatakan sebuah kerinduan tapi sekedar menengok apakah blog saya ini telah diblokir atau masih sehat-sehat saja..ha..ha.. Lantas apa yang ingin saya ceritakan kini??? nanti aja deh, sekarang saya juga ga' tau mau nulis apa..he..he.. bye