Aku yang semakin rapuh, kini di hadapMu bersimpuh.
Kupanjatkan doa di atas sejadah lusuh diiringi sembah sujud dengan hati yang luluh.
Hanya kepada Mu aku pasrah, memohon ampun atas dosa yang telah membuat lusuh.
Menyesal akan arah hidup yang selama ini telah kutempuh,
aku selalu berkubang dalam tindakan yang berasal dari hati yang keruh.
Mungkin itulah takdir yang harus kuhadapi,
atau waktu sengaja membiarkan aku menemukan sesuatu dari pengalaman yang teresapi.
Mungkin juga karena aku selalu mendapati kehidupan yang galau dalam sepi,
yang membuat bimbang hingga menyirnakan semangat yang dulu berapi-api.
Namun sesungguhnya aku tidak ingin hidup sendiri dan menyepi.
Lantas apa yang harus kuperbuat untuk hidupku yang sekarang,
tentu saja aku tidak ingin terus hidup sebagai manusia jalang,
terombang ambing dalam jiwa yang bimbang dan terkekang.
Sekarang ini aku harus berusaha untuk dapat jadi pemenang,
melupakan segala tabiat kehidupan terdahulu yang tidak pantas dikenang.
Takdir memang telah tergurat abadi,
namun tidak ada yang dapat tahu secara pasti bagaimana kehidupanya nanti.
Keputusan kekal tetap ada pada Ilahi Robi.
Yang bisa kulakukan adalah harusnya dapat keluar dari kubang yang kubuat sendiri,
dan salah besar jika pasrah untuk menyerah terlalu dini.
Dia tidak akan memberi cobaan yang tidak bisa dilalui hambanya,
dan semuanya tergantung bagaimana usaha yang kita bisa.
Yakinlah takdir itu memang ada,
seperti kita juga percaya bahwa karena akal dan nurani kita disebut manusia,
maka takdir adalah seperti apa kita memandang hidup dengan akal dan nurani kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar