Setelah lima tahun tampuk pemerintahan di negara kita dipegang oleh presiden dan wakilnya yang terpilih melalui pemilu sebelumnya, akhirnya sampailah juga kita pada pesta demokrasi yang baru saja usai pada tanggal 8 Juli 2009. Para pemilih di Negara kita sekarang ini, semakin mengerti peran penting mereka dalam pesta demokrasi. Mereka bukan saja berbondong-bondong mendatangi TPS (tempat pemungutan suara), tapi juga banyak yang protes apabila tidak mendapatkan haknya sebagai pemilih. Pemahaman masyarakat dalam berdemokrasi seperti ini patut disyukuri.
Dan pemilu kali ini dapat dikatakan berlangsung cukup tertib dan lancar. Meskipun masalah ‘kecurangan’ seakan menjadi suatu hal yang lumrah untuk digembar-gemborkan dalam beberapa kali pemilu, tapi kali ini tidak sampai menimbulkan aksi berlebihan yang dapat mengganggu ketentraman masyarakat.
Memang ada benarnya jika dikatakan menjadi presiden di Negara ini merupakan profesi yang melibatkan banyak pihak, serta dalam pemilihanya sangat rawan terjadi kecurangan yang dilakukan pihak satu ke pihak lainnya. Akan tetapi, semoga saja masalah ‘kecurangan’ bukan sengaja dijadikan ‘tema’ yang diada-adakan oleh pihak kalah untuk menebarkan isu negatif tentang pihak yang menang. Jika yang terjadi seperti itu, masyarakat tentu akan bertanya-tanya “Bagaimanakah para kompetitor calon pemimpin negara ini menghargai arti sportifitas ?”.
Pemilu merupakan pesta demokrasi terbesar di Negara ini, tentunya perlu persiapan dan yang matang sebelum merayakanya. Apalagi pemilu yang sekarang ini, memiliki perbedaan jika dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya. Dengan adanya pihak-pihak yang merasa dirugikan karena terjadi kekisruhan seperti masalah daftar pemilih tetap (DPT), merupakan pecutan bagi panitia pelaksana pemilu, agar selanjutnya menjadi pelajaran untuk lebih bertanggung jawab dalam mempersiapkan pelaksanaan pesta demokrasi.
Dari hal itu dapat ditarik kesimpulan bahwa seharusnya kita dapat memaknai secara positif segala sesuatu yang telah kita lalui, kesalahan yang terjadi pada pemilu saat ini patut menjadi pelajaran bersama yang diupayakan untuk tidak terjadi di kemudian hari. Sangatlah tidak terpuji jika ada pihak tertentu yang menjadikanya sebagai upaya untuk menyulut permasalahan baru. Dan bagaimanapun, penyelesaianya secara tuntas tetaplah harus melalui mekanisme yang benar.
Selanjutnya, hal yang paling penting dan dinanti-nanti setelah terselenggaranya pemilu adalah hasil pilpres. Begitu penting, hingga memerlukan pengawasan khusus oleh lembaga terkait agar tidak terjadi kecurangan dalam proses penghitungan suara. Pupuslah cita-cita bangsa ini untuk memilih pemimpin bijaksana, jika pemilunya saja dilaksanakan secara tidak jujur.
Selain itu, kerja sama mengawal proses penghitungan suara juga membutuhkan kepedulian setiap elemen bangsa. Karena pemilu tidak lain menyangkut masa depan kita bersama di Negara ini. Bagi mereka yang berperan secara langsung dalam mengawasi proses penghitungan suara, tentunya telah memiliki tugas yang jelas untuk mengawasi jalanya proses tersebut. Konsistensi dan kejujuran adalah hal utama yang harus dibuktikan dalam mengemban tugas mereka.
Namun masih ada satu hal yang patut diperhatikan, bahwa peran masyarakat awam tidak kalah pentingnya. Jangan sampai keawaman itu malah menjadikan mereka sebagai pihak yang pasrah dan tidak terlalu perduli terhadap hasil pemilihan. Mereka harus turut kritis dengan berperan dalam mengawasi jalanya pilpres. Sesungguhnya kekuatan demokrasi ada pada masyarakatnya yang paham dan bebas menentukan pilihan sesuai dengan kebenaran hati nuraninya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar