"Jobs is not career", berbicara ttng pekerjaan adalah umumnya terkait dengan relevan atau tidak relevan sedangkan karir berasal dari dalam diri yang akan terus ada sampai nanti. Pekerjaan berbcara tentang uang dan bisnis, sedangkan karir adalah keinginan besar dan cita-cita yang tak lepas dari minat, kegemaran, kesenangan yang tak ternilai oleh materi.
Banyak orang yang bilang untuk sukses itu memang harus fokus pada salah satu, tapi apa kita harus terkukung oleh hal yang itu-itu saja demi meraih kesuksesan atas rutinitas yang kita namakan "Pekerjaan", jika yang dimaksud "pekerjaan" dalam hal ini adalah aktifitas monoton demi meraih sukses yang tidak lain adalah hanya untuk meraup materi semata. Sedangkan hal monoton itu sebenarnya mengekang dan menenggelamkan cita-cita atau keinginan lain kita yang pernah tersimpan atau minat yang kita sukai. Meski keinginan lain yang kita sukai itu belum tentu secara pasti menjanjikan dalam hal materi, tapi kita bebas, tak terkekang dan gembira karenanya.
Maka, tak ada salahnya jika kita punya banyak aktifitas selain "Pekerjaan", kalau hal itu kita sukai dan dapat membuat bahagia. Meski mungkin tak ada materi yang kita dapatkan dan tak pantas disebut sukses, namun dengan tetap menggelutinya sepenuh hati dan ihklas, maka itulah sesungguhnya yang disebut karier.
Selama Tuhan pemilik langit dan bumi masih memberikan kita nafas, dan selama Tuhan yang maha pemberi ilmu masih memberikan kita ilmu pengetahuan, maka janganlah ragu untuk menulis. Tuliskan saja, dan editlah belakangan. Dengan begitu, kamupun menulis tanpa beban. PLONG!. Lega rasanya..
27 Mar 2011
26 Mar 2011
Jodoh ga' bakalan ketuker
Salahkah pemikiran bahwa dia yang sejati itu bukan selamanya dapat ditemui karena pacaran, tetapi yang terpenting adalah kesiapan untuk menerima apa adanya. Walaupun tidak mengenal pacaran, tetapi hati dan mental yang harus sudah siap dan ihklas untuk menerima kekurangan, bukankah itu juga salah satu syarat mutlak untuk menemukan sejati yang InsyaAllah langgeng sampai akhir hayat.
Lantas bagaimana cara yang paling benar jika memang tidak berniat memulai ini dengan pacaran.
Adalah saat sepertiga malam yang akhir, di atas sajadah kau dengan segala kerendahan hati, menghiba kepada sang pemilik Urusan, yaitu Allah SWT.
Berdoalah, sebutkanlah dia yang kini kau inginkan, dan utarakan betapa tulus keseriusanmu untuk mendamban harapan berbalas. Akhirilah dengan pernyataan: ”Jika itu semua baik MenurutMu ya Allah, kabulkanlah segera dan mudahkanlah. Namun jika kurang baik MenurutMu, tunjukilah padaku yang lebih baik, dan siapkanlah diriku menerimanya, Amin.”
Dengan memasang hati seperti ini, Insya Allah siapapun siap menerima takdir dan Insya Allah mendapat yang terbaik, sebab Allah tidak pernah menyia-nyiakan hambaNya.
Lantas bagaimanakah dengan meyakini cara dengan langsung mengutarakan keinginan terhadap orang yang kita ingin. Bahkan Khadijah ra meminta Nabi Muhammad saw untuk menikahinya. Yang patut dipahami adalah, cara ini biasanya didahului dengan mencari informasi tentang orang yang kita ingini tersebut. Dengan mencari informasi, bisa melalui teman akrabnya, gurunya, atau orang-orang terdekat dengannya. Secara perlahan-lahan, sehingga tidak terkesan terlalu agresif. Kemudian baru dilanjutkan dengan memberikan sinyal kepada orang yang kita ingin tersebut, apakah ia siap dan mau menerima kita. Kalau dia juga positif, maka kita bisa menyampaikan keinginan kita kepadanya. Itupun bisa melalui perantara atau juga langsung mengutarakan kepadanya.
"Kalau diterima alhamdulillah dan kalau pun ditolak jangan sakit hati".
Dan secara logis kita yang berakal dan percaya akan takdirNya pasti meyakini bahwa ‘Jodoh ga bakal ketuker‘. Allah sudah menentukan siapa jodoh kita nanti, hanya saja sekarang kita belum tahu, kita hanya bisa iktiar, misalnya dengan dengan mereka yang menggunakan cara pacaran.
Satu lagi hal yang perlu kita perhatikan adalah Allah akan memberikan jodoh sesuai dengan kondisi kita ‘Wanita yang solehah hanya untuk laki laki yang soleh’ dan begitu juga sebaliknya". Masa misalkan saya suka dugem, minum, hura hura, pinginya gonta ganti pacar, suka cicitcuit di pinggir jalan dan kalo ada cewe lewat matanya mo keluar dan langsung ngiler, mau minta wanita solehah yang berjilbab . MIMPI KALE!!!!.
Kalo saya ingin mendapatkan wanita solehah berarti saya harus berusaha menjadi soleh. betul ga?
Segala sesuatu yang diawali dengan cara yang baik, akan diakhiri dengan hal yang baik pula, “
Jika Allah ingin memudahkan rizki bagimu, maka bersedekahlah!, jika Allah ingin mendekatkan jodohmu maka Berakhlak baiklah"
Sampai sini dulu, inget jodoh ga bakal ketuker dan tetap semangat mencari Jodoh ridho Allah, insyaAllah Allah akan memberi yang terbaik bagi kita. Dan jika memang Allah takdirkan orang yang aku cintai adalah dia maka Semoga dia yang lebih baik dari sebelumnya, dan saya bisa lebih baik dibandingkan yang lain untuk dia’ .
Prinsipnya jangan pernah berputus asa untuk mencari jodoh dengan cara-cara yang Islami, meskipun kadang terseok karena kodrat sebagai manusia. Amien
Lantas bagaimana cara yang paling benar jika memang tidak berniat memulai ini dengan pacaran.
Adalah saat sepertiga malam yang akhir, di atas sajadah kau dengan segala kerendahan hati, menghiba kepada sang pemilik Urusan, yaitu Allah SWT.
Berdoalah, sebutkanlah dia yang kini kau inginkan, dan utarakan betapa tulus keseriusanmu untuk mendamban harapan berbalas. Akhirilah dengan pernyataan: ”Jika itu semua baik MenurutMu ya Allah, kabulkanlah segera dan mudahkanlah. Namun jika kurang baik MenurutMu, tunjukilah padaku yang lebih baik, dan siapkanlah diriku menerimanya, Amin.”
Dengan memasang hati seperti ini, Insya Allah siapapun siap menerima takdir dan Insya Allah mendapat yang terbaik, sebab Allah tidak pernah menyia-nyiakan hambaNya.
Lantas bagaimanakah dengan meyakini cara dengan langsung mengutarakan keinginan terhadap orang yang kita ingin. Bahkan Khadijah ra meminta Nabi Muhammad saw untuk menikahinya. Yang patut dipahami adalah, cara ini biasanya didahului dengan mencari informasi tentang orang yang kita ingini tersebut. Dengan mencari informasi, bisa melalui teman akrabnya, gurunya, atau orang-orang terdekat dengannya. Secara perlahan-lahan, sehingga tidak terkesan terlalu agresif. Kemudian baru dilanjutkan dengan memberikan sinyal kepada orang yang kita ingin tersebut, apakah ia siap dan mau menerima kita. Kalau dia juga positif, maka kita bisa menyampaikan keinginan kita kepadanya. Itupun bisa melalui perantara atau juga langsung mengutarakan kepadanya.
"Kalau diterima alhamdulillah dan kalau pun ditolak jangan sakit hati".
Dan secara logis kita yang berakal dan percaya akan takdirNya pasti meyakini bahwa ‘Jodoh ga bakal ketuker‘. Allah sudah menentukan siapa jodoh kita nanti, hanya saja sekarang kita belum tahu, kita hanya bisa iktiar, misalnya dengan dengan mereka yang menggunakan cara pacaran.
Satu lagi hal yang perlu kita perhatikan adalah Allah akan memberikan jodoh sesuai dengan kondisi kita ‘Wanita yang solehah hanya untuk laki laki yang soleh’ dan begitu juga sebaliknya". Masa misalkan saya suka dugem, minum, hura hura, pinginya gonta ganti pacar, suka cicitcuit di pinggir jalan dan kalo ada cewe lewat matanya mo keluar dan langsung ngiler, mau minta wanita solehah yang berjilbab . MIMPI KALE!!!!.
Kalo saya ingin mendapatkan wanita solehah berarti saya harus berusaha menjadi soleh. betul ga?
Segala sesuatu yang diawali dengan cara yang baik, akan diakhiri dengan hal yang baik pula, “
Jika Allah ingin memudahkan rizki bagimu, maka bersedekahlah!, jika Allah ingin mendekatkan jodohmu maka Berakhlak baiklah"
Sampai sini dulu, inget jodoh ga bakal ketuker dan tetap semangat mencari Jodoh ridho Allah, insyaAllah Allah akan memberi yang terbaik bagi kita. Dan jika memang Allah takdirkan orang yang aku cintai adalah dia maka Semoga dia yang lebih baik dari sebelumnya, dan saya bisa lebih baik dibandingkan yang lain untuk dia’ .
Prinsipnya jangan pernah berputus asa untuk mencari jodoh dengan cara-cara yang Islami, meskipun kadang terseok karena kodrat sebagai manusia. Amien
20 Mar 2011
Tertatih menata hari
Tertatih menata hari,
akankah detik-detik yang disusuri ini menyiratkan arti,
pastinya hanya dengan kesabaran dalam nurani,
apa yang terjadi nanti dapat diterima sepenuh hati.
Kenapa harus menunggu bahagia untuk tersenyum,
bukankah dengan senyuman yang membuat bahagia
Kenapa harus menunggu berharta untuk bersedekah,
jika dengan bersedekah aku banyak didoakan untuk kaya.
Aku menunggu dimotivasi baru tergerak,
yang sebenarnya dengan bergerak baru terbitlah motivasi itu.
Harus perduli jika ingin diperdulikan,
Memahami untuk dipahami,
Dahulukan mencintai sebelum dicintai,
maka belajarlah mencintai untuk dicintai.
Jangan menunggu berhasil untuk bersyukur,
Kapan tahu bahwa kamu bisa jika masih menunggu untuk sekedar melakukan,
Harusnya lakukanlah! karena yakin kamu pasti bisa!
Aku mungkin pecundang yang selalu menunggu bukti,
dan kalian para pemenang yang selalu menjadi bukti.
Tapi aku juga bisa jadi pemenang,
jika untaian kata mutiara ini dapat kukalahkan dengan satu aksi nyata!
akankah detik-detik yang disusuri ini menyiratkan arti,
pastinya hanya dengan kesabaran dalam nurani,
apa yang terjadi nanti dapat diterima sepenuh hati.
Kenapa harus menunggu bahagia untuk tersenyum,
bukankah dengan senyuman yang membuat bahagia
Kenapa harus menunggu berharta untuk bersedekah,
jika dengan bersedekah aku banyak didoakan untuk kaya.
Aku menunggu dimotivasi baru tergerak,
yang sebenarnya dengan bergerak baru terbitlah motivasi itu.
Harus perduli jika ingin diperdulikan,
Memahami untuk dipahami,
Dahulukan mencintai sebelum dicintai,
maka belajarlah mencintai untuk dicintai.
Jangan menunggu berhasil untuk bersyukur,
Kapan tahu bahwa kamu bisa jika masih menunggu untuk sekedar melakukan,
Harusnya lakukanlah! karena yakin kamu pasti bisa!
Aku mungkin pecundang yang selalu menunggu bukti,
dan kalian para pemenang yang selalu menjadi bukti.
Tapi aku juga bisa jadi pemenang,
jika untaian kata mutiara ini dapat kukalahkan dengan satu aksi nyata!
15 Mar 2011
Masih tidak takutkah kita...
Sepintar apapun manusia tak ada yg kekal, semodern apapun zaman dgn desain kokoh bangunan-bangunanya canggih, tak mampu menahan geliat jika bencana milikNya terjadi, korban berjatuhan meski hanya lempeng bumi yang bergeser beberapa inci. Itu bukanlah pertanda jika mksudnya utk direkayasa atas brbagai alibi, tapi itu adlah mutlak kebenaran akan kebesaranNya. Masih tidak takutkah kita...
10 Mar 2011
“Saya introvert. Anda orang hebat dan saya menyukai anda. Tapi mohon sekarang diamlah.”
Pernah tahu tentang seseorang yang perlu menyendiri, berjam-jam tiap harinya? Yang gemar mengobrol tentang ide-ide, tentang perasaan? Yang kadang-kadang bisa mempresentasikan sesuatu dengan hebat di hadapan banyak orang, tapi begitu canggung saat berada di kelompok yang lebih kecil? Yang musti ditarik-tarik untuk datang ke pesta, lalu perlu seharian penuh untuk ‘penyegaran kembali’?. Apakah kita menjulukinya ‘orang serius’, Menganggapnya penyendiri, sombong, dan tak sopan? Yang kita musti berjuang keras hanya untuk mengajaknya keluar?
Bila jawaban kita ‘ya’, besar kemungkinan kita telah bertemu dengan seorang introvert, dan rupanya banyak yg tidak bisa memahami itu. Sains telah belajar banyak tentang perilaku dan kebutuhan orang-orang introvert. Sains menemukan misalnya, lewat pemindaian otak, bahwa introvert memproses informasi dengan cara yang berbeda dari orang-orang umumnnya.
Introvert bukannya pemurung, atau tidak suka dengan orang. Pada dasarnya, mereka jauh dari pemalu. Mereka memang menyukai obrolan panjang tentang pemikiran yang mendalam, tentang eksplorasi hal-hal yang menarik. Dan paling tidak mereka memiliki kepercayaan diri, dan pergi keluar dengan teman-teman. Sebenarnya dengan cara inilah mereka bisa lepas dari stereotipe dan kesalahpahaman yang menyakitkan.
Dan kini apa yang musti kita ketahui, dalam memahami anggota keluarga kita, teman, atau sejawat yang introvert. Ingat, seseorang yang kita kenal baik, yang kita hormati, bisa jadi seorang introvert, dan bisa jadi pula kita akan ‘menyiksanya’ bila kita tak paham beberapa tanda-tanda.
Kaum introvert tidak selamanya pemalu. Orang-orang pemalu adalah mereka yang cemas atau takut atau menampik diri dari lingkungan sosial, introvert pada umumnya tidak seperti itu. Orang introvert juga tidak anti orang lain, Lebih tepatnya, introvert adalah mereka yang merasa bahwa basa-basi itu adalah sesuatu yang melelahkan.
Ekstrovert, sebaliknya, terpacu karena keberadaan orang lain, dan menjadi ‘layu’ atau ‘pudar’ bila sendirian. Mereka kerap bosan dengan dirinya. Coba tinggalkan ekstrovert sendirian selama dua menit dan ia akan mulai mencari dan memencet-mencet handphone-nya. Sebaliknya, kaum introvert, setelah satu atau dua jam bersosialisasi, perlu off sejenak dan ‘mengisi batere’ kembali. Formula mereka adalah 2 jam menyendiri untuk setiap jam sosialisasi. Ini bukan anti-sosial. Bukan gejala depresi, dan bukan sinyal untuk darurat medis. Bagi kaum introvert, menyendiri itu sama menyegarkannya dengan tidur, makan, atau merawat diri. Motto kami: “saya baik-baik saja, kamu baik-baik saja — dalam dosis tertentu.”
Sangat sukar bagi seorang ekstrovert untuk memahami introvert. Kaum ekstrovert tidaklah sukar untuk dipahami oleh mereka yang introvert, karena ekstrovert menghabiskan banyak waktunya dengan banyak berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Mereka kesana kemari seperti meloncat-loncat. Namun jalan tidak selamanya dua arah. Ekstrovert tak punya pemahaman yang cukup tentang introversion. Mereka menganggap bahwa rekannya ini akan selalu dengan senang hati menyambut baik dan membukakan pintu. Mereka tak bisa membayangkan bahwa ada orang yang perlu menyendiri; bahkan tidak jarang merasa tersinggung bilamana ada yang berniat seperti itu.
Introvert bukan orang sombong. Rasanya kesalahpahaman ini lantaran karakter introvert yang lebih cerdas, lebih reflektif, lebih independen, lebih berkepala dingin, lebih halus dan sensitif dibandingkan ekstrovert. Mungkin juga karena sedikitnya kaum introvert berbicara, suatu kelemahan yang kerap dicela oleh mereka yang ekstrovert. Introvert cenderung berpikir lebih dulu sebelum berbicara, sementara ekstrovert berpikir ketika berbicara.
“Saya introvert. Anda orang hebat dan saya menyukai anda. Tapi mohon sekarang diamlah.”
Bila jawaban kita ‘ya’, besar kemungkinan kita telah bertemu dengan seorang introvert, dan rupanya banyak yg tidak bisa memahami itu. Sains telah belajar banyak tentang perilaku dan kebutuhan orang-orang introvert. Sains menemukan misalnya, lewat pemindaian otak, bahwa introvert memproses informasi dengan cara yang berbeda dari orang-orang umumnnya.
Introvert bukannya pemurung, atau tidak suka dengan orang. Pada dasarnya, mereka jauh dari pemalu. Mereka memang menyukai obrolan panjang tentang pemikiran yang mendalam, tentang eksplorasi hal-hal yang menarik. Dan paling tidak mereka memiliki kepercayaan diri, dan pergi keluar dengan teman-teman. Sebenarnya dengan cara inilah mereka bisa lepas dari stereotipe dan kesalahpahaman yang menyakitkan.
Dan kini apa yang musti kita ketahui, dalam memahami anggota keluarga kita, teman, atau sejawat yang introvert. Ingat, seseorang yang kita kenal baik, yang kita hormati, bisa jadi seorang introvert, dan bisa jadi pula kita akan ‘menyiksanya’ bila kita tak paham beberapa tanda-tanda.
Kaum introvert tidak selamanya pemalu. Orang-orang pemalu adalah mereka yang cemas atau takut atau menampik diri dari lingkungan sosial, introvert pada umumnya tidak seperti itu. Orang introvert juga tidak anti orang lain, Lebih tepatnya, introvert adalah mereka yang merasa bahwa basa-basi itu adalah sesuatu yang melelahkan.
Ekstrovert, sebaliknya, terpacu karena keberadaan orang lain, dan menjadi ‘layu’ atau ‘pudar’ bila sendirian. Mereka kerap bosan dengan dirinya. Coba tinggalkan ekstrovert sendirian selama dua menit dan ia akan mulai mencari dan memencet-mencet handphone-nya. Sebaliknya, kaum introvert, setelah satu atau dua jam bersosialisasi, perlu off sejenak dan ‘mengisi batere’ kembali. Formula mereka adalah 2 jam menyendiri untuk setiap jam sosialisasi. Ini bukan anti-sosial. Bukan gejala depresi, dan bukan sinyal untuk darurat medis. Bagi kaum introvert, menyendiri itu sama menyegarkannya dengan tidur, makan, atau merawat diri. Motto kami: “saya baik-baik saja, kamu baik-baik saja — dalam dosis tertentu.”
Sangat sukar bagi seorang ekstrovert untuk memahami introvert. Kaum ekstrovert tidaklah sukar untuk dipahami oleh mereka yang introvert, karena ekstrovert menghabiskan banyak waktunya dengan banyak berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Mereka kesana kemari seperti meloncat-loncat. Namun jalan tidak selamanya dua arah. Ekstrovert tak punya pemahaman yang cukup tentang introversion. Mereka menganggap bahwa rekannya ini akan selalu dengan senang hati menyambut baik dan membukakan pintu. Mereka tak bisa membayangkan bahwa ada orang yang perlu menyendiri; bahkan tidak jarang merasa tersinggung bilamana ada yang berniat seperti itu.
Introvert bukan orang sombong. Rasanya kesalahpahaman ini lantaran karakter introvert yang lebih cerdas, lebih reflektif, lebih independen, lebih berkepala dingin, lebih halus dan sensitif dibandingkan ekstrovert. Mungkin juga karena sedikitnya kaum introvert berbicara, suatu kelemahan yang kerap dicela oleh mereka yang ekstrovert. Introvert cenderung berpikir lebih dulu sebelum berbicara, sementara ekstrovert berpikir ketika berbicara.
“Saya introvert. Anda orang hebat dan saya menyukai anda. Tapi mohon sekarang diamlah.”
Langganan:
Postingan (Atom)