Sobat mukamu batu dan belagu yang pantas disebut dungu,
pandai dalam kata namun gagu dan terpaku dalam prinsip tabu yang semu.
Telah lama merindu tapi betah membantu untuk jadi pungguk selalu,
kau mau tapi ragu untuk maju menunjuk siapa yang kau tuju.
Yang pernah singgah hanya sepintas tinggalkan kesan dan berlalu,
kemudian benamkan kau dalam syair nelangsa yang tak jemu kau buat syahdu.
Kanapa harus takut dan menganggap semuanya hanya akan jadi benalu,
jika hanya kau yang masih betah termangu dalam dunia bebasmu,
dunia bebas lepas kemanapun kau mau tanpa harus tahu ada yang menunggu.
Tapi nuranimu tentu tetap tak bisa menipu,
bahwa bukan seperti itu juga yang kau mau,
kau hanya masih mencari dia yang bisa tulus menjadi satu dengamu,
dia yang mau mengerti dan harus punya kesabaran seribu,
untuk memahami kau yang dungu dan gagu tapi masih saja belagu.
Tapi bukankah dalam rasa itu harus ada sama sebelum menjadi satu,
sedia terikat rasa yang sebenarnya bukan untuk membelenggu.
Ingatlah sobat jangan sampai ini terlalu dan semuanya akan berlalu,
dan tinggalkan kau dalam tunggu yang semakin membuat galau,
seperti hari ini dimana telah kau sakiti dia yang tulus padamu,
demi menunggu dia yang hingga kini masih tanya di hatimu.
Mungin saja ini rasa sejati menurut isi hatimu,
tapi yang terjadi tak akan selalu sama seperti apa yang kau mau,
kejarlah apa yang kau bisa selagi itu masih bisa kau jangkau,
karena terkadang diri terlalu congkak untuk mengaku karena ego yang terpaku.
Maafkanlah aku untuk kau yang sampai malam tadi masih kucoba untuk bertahan di hati,
dan tahukah yang disana bahwa pilihan ini demi dia yang kunanti.
Kebiasaan yang menganggap semuanya bodoh dan tak penting, dan senang akan hal itu.
Hingga sampai kau kehilangan apa yang pernah kau raih dan tak ada yang memperdulikan sama sekali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar