Untuk apa waktu kubuang percuma demi bait curahan hati,
jika tak ada yang senang membaca tulisan pahit tidak berarti.
Kini menulis, karena lisan tak pandai bertutur,
meski pesimis, jangan sampai niat ini terbentur.
Isi hati terpendam coba ditulis meski dalam makna yang sembarang,
damai maknai malam karena penulis pandai menyulam kata orang terbuang.
Buang segala idealis basi jika kita yang menulis selalu dihina hanya pandai melukis,
terjang semua desis dengki hingga dia yang opurtunis malu minta dikasihani seperti pengemis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar