اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ اَللّهُ
اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، وَلِلّهِا لْحَم
Adalah kalimat suci yang ditakbirkan umat Islam di hari yang fitrah ini.Dihari ini, suara itu menggema dimana-mana.
entah seperti apa masing-masing dari kita memaknainya,
arti dari kalimat suci yang dapat memecahkan haru dan tangis bahagia.
Makna takbir yang menggemakan keagungan dan KeEsaan hanyalah milikNya,
dan segala karunia yang dilimpahkanNya tiada tara semasa kita hidup,
tapi terkadang sebagai hambanya, kita justru kerap melupakanya.
Kita bersalah karena tabiat yang mengaburkan arti dari keimanan dan ketaqwaan kita sendiri.
Maka, suara Takbir itu dapat menimbulkan keharuan dari lubuk hati kita yang paling dalam.
Karena kita diingatkan atas segala kesalahan yang pernah diperbuat.
tapi benarkah seperti itu perasaan kita hari ini, lantas sampai sebatas mana kita memaknainya ?. Mungkinkah hanya berkesan sepintas di hati dan akhirnya nanti juga berlalu begitu saja.
Jika begitu, sungguhkah Dia dengan segala kebesaranNya hanya kita artikan seperti itu?.
Mungkin itu tidak benar, karena kita tidak seperti itu !!
tapi apa buktinya ?, dapatkah kita memberi bukti cukup dengan satu bulan itu saja.
Ya, bagaimana kita memaknai sebulan itu ?.
Karena takbir inipun pertanda tibanya kemenangan bagi umat Islam,
setelah sebulan lamanya kita berpuasa melawan segala godaan yang dapat membatalkanya.
Itu semua dilakukan dengan ihklas, dan hanya untuk membuktikan keimanan kita padaNya.
Tapi, siapakah diantara kita yang pantas disebut sebagai pemenang ?.
Apakah benar sebulan ini, yang disebut keihklasan itu ada ? atau sebenarnya tidak sama sekali.
Mungkinkah kita sungguh memaknai sebulan ini ?, atau kalaupun bermakna tetaplah hampa.
Jika begitu, bagaimana perasaan kita sebenarnya mendengar takbir itu ?
terharu, bahagia, atau tak tahu seperti apa.
Karena dengan suara takbir itu...
pantaskah kita terharu karena diingatkan ?, tapi apakah itu menjadi kesadaran.
yakinkah kita pantas berbahagia sebagai pemenang ?,
jika memaknai sebulan itu bukan semata karena Dia, atau bahkan tidak sama sekali.
Lantas apa arti takbir dari hari ini yang seharusnya fitrah bagi kita ?.
Itu semua, Hanya Dialah Yang Maha Tahu,
dan kita cukuplah untuk sadar dan bertanya pada diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar