My Adsense

6 Sep 2010

Penulis kehidupan

Banyak jenis penulis yang kita tahu. Siapapun mereka, menurutku jika mereka disebut penulis, tentunya memiliki kepribadian dan kehidupan yang unik. Mau tidak mau, seorang penulis harus pula menjadi seorang pemikir. Seperti penulis yang lebih suka menulis tentang permasalahan kehidupan, mereka menjalankan aktifitas keseharian lainya secara biasa-biasa saja, tapi disebalik itu mereka selalu berpikir segala hal tentang seluk beluk kehidupan yang terjadi.

Jika tidak seperti itu, tentunya mereka tidak dapat menghasilkan berbagai tulisan sebanyak mungkin, sebab untuk banyak menulis dan ingin agar isi tulisanya mendalam, maka harus berpikir secara mendalam dan dilakukan secara sering pula. Bila mereka memang penulis, maka hal seperti itu bukanlah beban justru kemikmatan, karena kebiasaan itupun datang sendiri beriringan dengan waktu yang membuat mereka terbiasa.

Hingga akhirnya menjadi sebuah kewajaran bagi seorang penulis bila kehidupanya selalu dekat dengan berpikir. Kehidupan para penulis tetap berjalan seperti adanya, meski berbeda dengan sebagian orang lain yang lebih suka hidup santai tanpa banyak berpikir. Tentu saja adalah kesalahan bila selalu berpikir untuk hal yang tidak perlu, atau terlalu banyak berpikir yang membuat lambat dalam tindakan. Tapi, yang dimaksudkan berpikirnya penulis tidak seperti itu. Mereka berpikir akan sesuatu yang dianggap penting dalam hidup yang jarang terbaca oleh mereka yang tidak biasa berpikir. Dan meski hanya dalam tulisan, tapi itu bisa menjadi tindakan tepat untuk menjawab berbagai masalah kehidupan, yang bukan hanya untuk dia tapi juga orang banyak.

Menyangkut permasalahan kehidupan adalah sumber penulisan mereka yang tidak akan habis digali sampai kapanpun. Si penulis sendiri tidak akan sanggup jika ingin menulis tentang semua kehidupan yang dialaminya, hanya saja cukup dengan menemukan makna dari tulisanya itu, maka dapat menjawab semua yang diperlukan dalam kehidupan. Apa yang terpetik dari hal yang telah lampau, sedang atau akan terjadi, dapat menjadi sumber inspirasi penulisan. Dan dengan terus menulis, penulis akan sering berpikir, hingga akhirnya semakin paham. Tapi juga perlu diingat untuk mereka, penulis yang suka menulis tentang kehidupan, semua tentang kehidupan dapat ditulis namun tidak semua sisi kehidupan dapat dicari jawabanya. Sebagian adalah misteri yang biarlah tersimpan sebagai milikNya.

Dari hal itu, seorang penulis yang sering menulis, harusnya memiliki wawasan yang luas. Dia bisa menjadi orang yang menyenangkan untuk diajak berbagi cerita dan bertukar pengetahuan, meskipun beberapa diantaranya terkadang lebih sering terlihat sebagai penyendiri dan jarang bicara. Memang tidak semua penulis seperti itu, bahkan lebih banyak yang tidak demikian. Tapi kalaupun iya, menyendiri juga bukan kemauan mereka. Sehubungan dengan mereka yang disebut penulis, mungkin kebiasaan menyendiri itu hadir akibat inspirasi, ide dan pemahaman menulis tersendiri yang lebih mudah datang jikala sedang sendiri. Itu bisa menjadi kebiasaan dan terbawa dalalm keseharianya, apalagi jika dalam keseharian mereka itu lebih sering berpkir untuk mencari inspirasi, ide atau pemahaman akan tulisanya. Ada kebahagiaan tersendiri bagi mereka jika dapat menulis sesuatu, meskipun itu harus ditempuh dengan lebih banyak berkutat pada aktivitas menyendiri. Mereka tidak selalu begitu, meski menyendiri juga diperlukan oleh siapapun sebagai refleksi atas apa yang terjadi. Mungkin contoh ini dapat diambil untuk kita yang bukan penulis, kita juga butuh refleksi dengan menyendiri, meski mungkin takaranya lebih sedikit, jika kita memang tak sanggup seperti mereka.

Penulis juga adalah orang yang peka perasaanya. Berbagai kejadian tertentu bisa saja cepat menyentuh perasaan mereka. Itu yang akhirnya menerbitkan inspirasi mereka untuk menulis, dan dengan kepekaan terhadap kejadian itu yang membuat tulisan mereka dengan gampang mengalir, membuat isi tulisan menjadi semakin berarti dan mengandung pesan atau makna tersendiri. Rangkaian kalimat yang dimulai karena sesuatu yang terjadi pada perasaan hati, memang akan menghasilkan tulisan yang menyentuh secara khusus bagi diri sendiri, dan menarik para pembaca untuk turut memahami apa yang dirasakan.

Tapi penulis bukan berarti orang yang selalu menggunakan perasaan dalam setiap tindakan, mereka juga pandai berlogika. Karena dalam menulis dua hal itu menjadi senjata utama yang tak boleh terpisahkan. Penulis membutuhkan logika untuk membenarkan kepekaan perasaanya terhadap masalah yang ingin ditulis, logika juga dipakai untuk menilai kewajaran perasaan yang diungkapkan melalui tulisan dengan kenyataan yang ada, serta dengan logika tulisan yang dihasilkan dapat lebih berarti secara umum, tidak terikat dari dan untuk si penulis semata.

Pendapat yang terakhir, penulis adalah seorang pembangkang yang juga punya jiwa pemberontak. Penulis yang menulis tentang kehidupan, tulisanya tidak lepas dari segala hal tentang manusia. Dan segala hal tentang manusiapun tidak luput dari dosa dan kesalahan. Itu memang merupakan hal yang wajar, tapi tetap ada ketimpangan kehidupan disitu. Disinilah penulis harus kritis, berpikir kemudian bertanya sendiri. Lantas jawaban yang akan menjadi isi tulisanya tidak jarang merupakan luapan emosi atas situasi yang terjadi, atas kesalahan dan dosa yang dilakukan oleh manusia lain atau mungkin dibuat sendiri. Hingga kemudian tulisannya itu menjadi suara jeritan dan penyesalan. Dia ingin keluar dari penjara kebiasaan manusia yang sudah tidak sesuai dengan isi hati, pergi dari lingkungan yang membuat dia selalu terkukung dalam kesalahan.

Atau dia menyesal namun marah terhadap diri sendiri, karena telah banyak melakukan dosa yang tak terampuni. Kemudian menulis yang memaki orang lain atau diri sendiri, karena tak pernah tahu cara menghargai hidup. Itu adalah sebagian kecil pembangkangan mereka yang diungkapkan melalui tulisan. Tapi karena mereka sungguh-sungguh penulis, pada akhirnya wujud dari isi tulisan pembangkangan tersebut adalah kalimat kesimpulan bermakna, yaitu “ Ingin dan harus berubah menjadi lebih baik”.

Begitulah seorang penulis, yang menurutku mereka adalah pemikir, penyendiri, perasa dan juga pembangkang. Tapi akupun tidak ingin menyalahkan mereka, sebab sikap mereka itu adalah kewajaran yang dimulai oleh waktu hingga menjadi kebiasaan. Lagipula apa yang salah dari sikap mereka, jika dengan begitu dapat menghasilkan karya tulisan yang bermanfaat bagi dia ataupun orang lain. Itu semua juga tinggal menunggu pembuktian waktu dan bukan tidak sama sekali, karena setidaknya bagi dia sendiri tetap mempunyai arti.

Yang dapat dicontoh bahwa sikapnya itu membuat dia banyak belajar, kemudian menulis dan berusaha beranjak untuk paham. Jika dia ingin berbagi kepada orang lain, itu karena dia penulis. Dan kalau dia benar penulis, maka isi tulisanya bukanlah berisi unjuk kepandaian, melainkan dapat terpetik sebuah makna dalam agar kita harus ingin dan berupaya untuk berubah menjadi lebih baik.

Tidak ada komentar: