Selama Tuhan pemilik langit dan bumi masih memberikan kita nafas, dan selama Tuhan yang maha pemberi ilmu masih memberikan kita ilmu pengetahuan, maka janganlah ragu untuk menulis. Tuliskan saja, dan editlah belakangan. Dengan begitu, kamupun menulis tanpa beban. PLONG!. Lega rasanya..
29 Des 2008
Selamat datang Tahun Baru
Selamat datang Tahun Baru, tahun yang sudah seharusnya memiliki makna penting bagi kehidupan manusia. Karena tahun baru bukan hanya berarti menggantikan tahun yang lama, akan tetapi bermakna bagi setiap pribadi untuk bisa melakukan evaluasi mengenai segala tingkah laku mereka. Segala evaluasi yang dilakukan diakhir penghujung tahun ini, memang patut diawali dengan perenungan bermakna, yang nantinya dapat menjadi penilaian masing-masing individu akan hal apa saja yang perlu dirubah.
Tapi, sejauh mana perenungan itu turut mempengaruhi dampak perubahan yang terjadi pada diri masing-masing individu. Apakah perubahan itu dapat terus berlangsung dan mempengaruhi segala aspek kehidupan secara positif ?. Itulah pertanyaan yang menambah keyakinan bahwa begitu pentingnya perenungan sebagai rencana awal dalam mengisi tahun baru ini dengan perubahan.
Di zaman sekarang ini, peradaban telah dihuni oleh berbagai kemajuan dalam berbagai aspek teknologi dan pemikiran. Sehubungan dengan keadaan itu, dituntut pula pengadaan sumber daya manusia yang mampu bersaing agar tidak tertinggal dengan zaman yang terus saja berpacu dengan kecanggihanya. Tentu saja ada harga yang harus dibayar untuk semua itu. Akhirnya, sudah menjadi sesuatu yang lumrah jika faktor keuntunganlah yang menjadi inti pencarian masyarakat dunia saat ini, berbagai cara dilakukan agar dapat meraih kekuasaan dan harta untuk membayar jasa yang telah diberikan pada zaman ini.
Hingga pemaknaan tahun baru lebih cendrung ditujukan kepada evaluasi dan pembaharuan di bidang ekonomi. Seperti bagaimana mengatur keuangan, mengubah kinerja dalam berkarya, meningkatkan daya saing, dan mengejar laba yang tinggi. Perubahan-perubahan yang lebih tertuju pada aspek ekonomi itu semakin kentara terlihat meskipun sempat tertutup oleh tujuan perubahan lain yang diarahkan pada masalah sosial masyarakat. Dari pernyataan di tersebut, dapat diketahui sebatas mana makna perenungan yang mengantarkan manusia zaman sekarang pada pemahaman arti Tahun Baru.
Kemudian, bagaimana dengan sisi spritualitas ?. Apakah dirasa sudah tidak perlu menjadi perhatian untuk dilakukan evaluasi dan pembaharuan dalam kehidupan rohani manusia di bumi ?. Memang masih ada umat manusia yang memikirkan dan melakukanya, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa banyak juga yang seakan sudah tidak memikirkanya. Mungkin menurut mereka, dari awal kehadiran ajaran agama dan moral di muka bumi ini, memang tidak perlu dievaluasi, karena tidak pernah berubah dari sekedar melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan tercela.
Lalu, bagaimana dengan permasalahan-permasalahan pelik yang terus saja mendera bangsa ini, bukankah sangat berhubungan dengan keadaan spritual umat. Tidak adakah yang menyadari bahwa keterpurukan tidak akan berubah, sebelum manusia-manusia yang berperan merubah terlebih dahulu hal-hal negatif yang ada dalam jiwa masing-masing. Karena sebenarnya itu hanya berujung pada pengotoran moral yang selanjutnya semakin jauh menjadi alat penghancur peradaban bangsa ini.
Untuk itu marilah kita memaknai Tahun Baru kali ini dengan merenungi segala perubahan-perubahan positif yang harus dilakukan. Tanpa melupakan bahwa yang paling penting dari perubahan itu adalah evaluasi yang terjadi pada sisi spritualitas, melingkupi aspek agama dan moral. Karena hal itu yang berperan penting dalam keberlangsungan peradaban di muka bumi ini.
Serta harus ada gagasan yang benar disertai dengan kemauan dan tekad untuk berubah, karena jika hanya gagasan tanpa kemauan atau sebaliknya, tidak akan menghasilkan perubahan. Oleh karena itu jiwa setiap individu harus diupayakan agar memiliki gagasan, pikiran, kemauan dan tekad yang suci agar perubahan di tahun yang baru ini dapat tercapai.
pic...
Tulisan Surat Kabar
Korupsi Budaya Indonesia
Apalagi permasalahan rentan yang sedang ramai dibicarakan di negri ini, kalau bukan masalah korupsi. Selama ini, pemberantasanya tidak pernah menampakkan hasil yang nyata. Pelakunya yang disebut koruptor sudah sering membuat jengah dengan berbuat seenaknya, mereka lihai membuat penegak hukum tidak berdaya.
Wajar saja, semakin gencar generasi cendikiawan memunculkan berbagai usulan agar disusun peraturan hukum baru yang mencakup penjelasan secara detail, disertai ketegasan yang menjadi faktor utama membuat jera pelaku korupsi. Walaupun ide ini datangnya terlambat, setidaknya harus selalu ada upaya agar permasalahan korupsi ini dapat dituntaskan. Meskipun sejak dulu langkah penuntasan itu sebenarnya telah dilakukan, undang-undang dan peraturan sudah lama dibuat oleh mereka yang mengerti hukum. Tapi, kita pun sebagai masyarakat bangsa ini tidak dapat mungkir bahwa hasil yang kita rasakan tetap saja pepesan kosong
Marilah generasi bangsa ini memusatkan pikiran dan bersikap kritis terhadap sebab utama dari permasalahan ini. Untuk meninjau ke belakang, harus kembali kepada aspek historis yang menjadi cikal bakal terciptanya kasus korupsi yang memeriahkan kegalauan kondisi bangsa kita saat ini. Tentu saja, setiap manusia yang masih dapat berpikir waras menilai korupsi adalah perbuatan yang buruk walaupun hanya jauh di lubuk hati kecilnya saja, dan jika disangkut pautkan dengan budaya, berarti korupsi merupakan budaya yang buruk.
Sebelum membahas permasalahan ini lebih lanjut, marilah kita merenungi juga definisi atau pengertian budaya. Bukankah selama ini, pemahaman tentang budaya memang tak pernah jelas. Sejak awal masyarakat kita mengenal sejarah bangsa ini, budaya memang sering dianggap suatu hal yang baik, untuk itu harus dilestarikan atau dipertahankan. Tapi, kenapa sedikit sekali pemikiran yang menelaah ulang pengertian tersebut sebelum meyakini secara pasti.
Menurut pengertianya, budaya adalah pola tingkah laku yang berlangsung terus menerus. Dan sebagai manusia, tingkah laku dan pemikiran kita tidak pernah luput dari kesalahan. Oleh karena itu, sebenarnya budaya tidak dapat dikatakan selalu benar. Dan dalam permasalahan melestarikan, budaya bukanlah aspek abadi yang sesakral agama. Sehingga harus selalu dikoreksi sesuai dengan kepentingan zaman dan dapat ditempatkan pada posisi yang bermanfaat bagi masyarakat yang hidup di zaman sekarang.
Kesimpang-siuran makna membuat perbedaan pemahaman adalah dalam menyikapi kata korupsi. Sedangkan kata korupsi sendiri bukan merupakan kata asli yang berasal dari bahasa ibu bangsa kita. Korupsi dipinjam dari bahasa Inggris Corruption. Masyarakat yang strukturnya berbeda tentu memiliki penafsiran yang berbeda pula mengenai pemahaman kata itu.
Jika suatu masyarakat tidak mengenal sebuah kata secara jelas, maka sesungguhnya mereka tidak mengenal secara pasti prilaku berdasarkan kata itu. Jadi , apa makna korupsi bagi masyarakat Indonesia ?. Bahasa Indonesia ternyata tidak memberikan keterangan yang memadai tentang makna korupsi yang merupakan makna pinjaman dari bangsa lain.
Bagaimana suatu masyarakat dapat mengenal konsep korupsi, jika tidak memiliki kosa kata korupsi. Setelah berusaha dijabarkan dalam bahasa Indonesia, korupsi hanya ditafsirkan secara sederhana. Pengertian korupsi hanya dipersempit pada batas pengertian sebagai tindakan menggunakan kekayaan atau uang Negara secara tidak sah. Dan dalam hal ini, korupsi telah terjadi di Negara Indonesia yang berbalut demokrasi.
Lantas seperti apa sejarah bangsa kita ?. Bangsa kita ini diawali dengan budaya kerajaan, yang telah terbukti secara absah merupakan asal-usul berdirinya negara kita. Perangsuran zaman dan situsi yang merubah konsep tersebut, dan lahirlah demokrasi yang mengandung arti kekuasaan berada di tangan rakyat.
Merunut aspek sejarah tersebut, dapat diketahui bahwa dalam konsep budaya Indonesia, kedaulatan awalnya tidak berada di tangan rakyat melainkan tangan raja, dan kekuasaan bukan berasal dari ‘bawah’ melainkan dari ‘atas’. Dalam konsep kerajaan, kekuasaan tidak berorientasi kepada rakyat, karena kekuasaaan itu lebih bersumber pada harta. Penguasaan yang merajai segalanya. Permasalahan pelik pun muncul jika menyangkut kekayaan negara, tentu saja dianggap sebagai milik penguasa tersebut, sedangkan rakyat kecil tidak memiliki apa-apa. Kasarnya rakyat dalam konteks ini hanya dinilai berdasarkan jumlah penduduk yang tidak ada artinya..
Dalam rezim korup hanya ada orang kaya yang diuntungkan karena bisa mendapatkan semua pelayanan publik atau menguasai sumber ekonomi dan tidak pernah ada sumber ekonomi penting yang jatuh ke tangan orang miskin. Jika telah sampai pada titik krisis seperti itu, ujung-ujungnya kembali kepada peran penting segelintir masyarakat yang masih dapat berpikir positif untuk menuntaskan permasalahan ini. Tetapi, hingga kini dampak dari pemikiran mereka yang bernaung di bawah kata reformasi belum memberikan arti yang berarti, walaupun patut tetap ada penghargaan atas upaya mereka untuk merubah masa depan bangsa ini kearah yang lebih baik.
Dan sampailah pada kesimpulan utama dari penulisan ini bahwa keadaan bangsa ini tidak akan berubah, sebelum manusia-manusia yang berperan merubah terlebih dahulu apa yang ada dalam jiwa masing-masing. Yaitu, mengubah semua pemikiran negatif akan kepentingan untuk meraih kekuasaan dan meraup harta. Sebenarnya segala keinginan negatif itu hanya berujung pada pengotoran moral yang selanjutnya semakin jauh menjadi alat penghancur peradaban bangsa ini.
pic...
Tulisan Surat Kabar
24 Des 2008
Sajak Simphoni dari Alam Bawah Sadar
Sajak-sajak adalah suara dari alam bawah sadar. Tak mau ku katakan tentang suara-suara yang timbul dari roh, untuk menghindarkan kesan yang mengandung klenik. Dalam hal ini, aku lebih baik mempergunakan istilah teknis pisikologis “bawah sadar”, meski sesungguhnya soal bawah sadar sama orisinilnya dengan soal roh. Tetapi orang akan lekas dan percaya untuk menerima pengertian bawah sadar itu dari pada roh, yang sudah terlanjur mengingatkan orang kepada tahkyul.
Apa yang muncul dari bawah sadar mungkin suatu yang memalukan diri, seolah-olah menyebabkan kita berdiri telanjang bulat di muka umum, mungkin pula bayangan angan-angan yang pelik, hanya sekali saja menampakkan diri di depan mata hati kita.
Pada saat-saat yang sepi kita berada di dalam kesadaran yang paling cerah, yang mengungkapkan diri dari situasi kita sampai kepada inti hakikatnya. Sajak-sajak yang terkumpul, kuanggap simphoni bagiku. Adalah hasil pergulatan untuk merebut kiltan-kilatan kesadaran itu sebelum tenggelam lagi dalam ketidaksadaran yang dungu.
Bagiku, tujuan pada hidup dan kerja sastra harus memuncak kearah kesadaran sepenuhnya. Itu harus menjadi akhir segala kerja ilmu seni dan lakon hidup. Diriku seperti pencuri yang memasuki gua penuh emas dan cepat harus lari ke luar, sebelum pintu-pintu tertutup dan emas di tangan menjadi darah melekat, darah penyesalan, dan derita kehidupan.
Alam bawah sadar itu amat luas, dan kalau kita bisa memasukinya, kita akan menjadi sadar akan kehadiran Allah, sebagai pusat kesadaran pada segala gerak yang tercipta di dunia fana ini. Hanya hati yang kering dari angan-angan, yang tidak tersadar demikian .
Aku tidak mau sombong wahai sobat, tapi aku beranggapan bahwa mereka yang tidak bisa melihat alamat-alamat kebenaran di tengah alam berlambang ini adalah mereka yang tidak sanggup melihat dengan mata hati, tidak bisa membiarkan rohnya, bawah sadar, intuisi atau rasanya bersuara. Sedangkan, aku mau dengan persediaan pengalaman dan ilmu yang mengisi, akan membentuk diriku mencapai kesadaran setinggi–tingginya tentang hidup dan tentang manusia.
Dan aku beranggapan bahwa kebenaran yang hakiki hanya dapat disoroti dengan agama, dengan menggali lebih dalam ke bawah sadar. Dengan begitu, akan timbul suara kebenaran yang berintikan penyadaran sendiri, bukan tiruan pemikiran dari dogma atau doktrin.
Sikap ku dalam hidup bersosialisasi, dapatlah disamakan dengan seorang arkeologi yang ingin menyusun kembali batu berdebu yang berantakan menjadi candi yang utuh dan keramat, dan mau melihat pada bangun dan motif-motifnya.
Kalau chairil anwar mau melihat ke dalam diri manusia dan ke dalam dirinya sendiri, maka aku mau melihat hakikat manusia sampai kepada nyawa yang terbayang dalam darah.
Adalah percuma seperti apa yang telah dilakukan orang terdahulu, mereka tanpa berlandaskan agama yang sebenarnya. Walaupun pernah ada manusia yang memotong-motong tubuh sesama manusia lain sampai bagian yang kecil-kecil, hanya karena ingin membuktikan logika, tapi tidak juga menemukan nyawa. Waktu itu telah hadir pula budha yang hendak mencapai pelepasan dari belenggu jasmaniah. Demokritus pun tidak bisa melihat apa-apa selain atom dan kekosongan.
Aku tahu apa yang paling benar dari semuanya, semakin kutemukan setelah semakin jauh kutelusuri alam bawah sadar menurut ku, karena hanya aku yang paling mengerti pikiran sadarku sendiri. Mereka yang lain hanyalah sarana luar yang kadang tak memberikan arti yang berarti. Hidayah pun turun hanya kepada manusia yang mau menerimanya. Dinul Islam
20 Des 2008
"badan hukum pendidikan dan peran pemerintah"
Kisruh kembali berdentang dalam dunia pendidikan negera kita. Perang pernyataan dan klaim terjadi antara pemangku tanggung jawab yang mengurus pendidikan dengan pihak yang peduli akan pendidikan negeri ini. Seperti yang sudah-sudah, sebagai generasi terdidik yang mengemban masa depan bangsa, sepantasnya jika para mahasiswa begitu gencarnya mengeluarkan aspirasi atas kisruh yang sedang terjadi. Terbit harapan kita bersama, agar aksi yang terjadi bukan malah memperkeruh suasana.
Kasusnya menjadi menarik untuk disimak, karena dilatarbelakangi oleh argumentasi hukum dan perspektif yang berbeda dari pihak-pihak yang berseberangan. Sebenarnya berpangkal dari tidak jelasnya peraturan pemerintah dengan dimunculkannya Badan Hukum Pendidikan (BHP), yang masih dalam Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.
Untuk menjelaskan sebab dan asal-usul mengenai apa dan bagaimana status dari BHP ini, memerlukan argumen panjang yang ditilik dari sumber hukum berupa peraturan pemerintah (PP) yang berisi ketentuanya secara lebih terperinci. Tapi dalam kolom singkat ini, penulis hanya ingin mencoba menguraikan pendapat tentang BHP secara umum, mungkin dapat menjadi sedikit sumber acuan yang melatar belakangi pihak-pihak berkepentingan untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Badan Hukum Pendidikan (BHP) dapat diartikan sebagai badan hukum satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat, yang berfungsi untuk memberikan pelayanan pendidikan, prinsipnya adalah mengelola pendapatan dana (nirlaba) untuk memajukan satuan pendidikan.
Yang menjadi sumber persoalan adalah dengan disiapkanya RUU BHP, telah memunculkan isu-isu yang didominasi pernyataan bahwa ini merupakan rancangan yang sengaja dibuat pemerintah agar dapat melepaskan tanggung jawab konstitusional terhadap pendidikan nasional. Jika seandainya seperti itu, dimanakah tanggung jawab pemerintah terhadap UUD 1945, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pernyataan di atas dikarenakan timbul pertanyaan seputar permasalahan yang menyangkut biaya pendidikan yang dikhawatirkan akan semakin mahal. Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, karena jika institusi pendidikan seperti universitas negeri telah sepenuhnya menjadi kepengurusan pihak swasta (yayasan), tentunya pendanaan sepenuhnya didapatkan dari pihak-pihak yang sedang mengenyam pendidikan atau mahasiswa.
Dengan begitu, yang terjadi bukan hanya menambah beban para mahasiswa yang sudah berat dengan keadaan ekonomi bangsa saat ini, tetapi juga memusnahkan impian anak-anak kurang mampu yang giat menuntut ilmu agar ketika menjadi mahasiswa nanti dapat menambatkan pendidikanya pada perguruan tinggi negeri.
Tetapi, cara bijak dalam mengatasi suatu permasalahan adalah dengan memandang inti permasalahan tersebut dari berbagai aspek. Sebenarnya, BHP juga memiliki sisi positif untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa ini. Dengan adanya otonomi pendidikan, dimungkinkan pihak-pihak terkait dapat lebih leluasa mengembangkan upaya demi memajukan kualitas pendidikan yang mungkin selama ini hanya terkukung oleh aturan pemerintah.
Dan perlu diketahui bahwa dalam RUU BHP memungkinkan lembaga pendidikan tinggi asing untuk berdiri dan bekerjasama dengan Negara kita. Patut diakui bahwa dari segi kualitas, memang perlu banyak mencontoh dari bangsa asing yang sumber daya manusianya terbukti lebih tinggi dari bangsa kita. Meskipun tetap harus ada pengawasan, agar jangan sampai liberalisasi pendidikan tersebut menyebabkan intervensi dan penguasaan oleh lembaga tinggi asing secara berlebihan.
Dalam hal pengawasan ini, peran dan tanggung jawab pemerintah yang sangat diperlukan, begitu juga tidak sepenuhnya menghilangkan bantuan dan subsidi yang sudah seharusnya diberikan. Akhirnya semua pendapat saya berujung pada harapan utama agar pendidikan yang menjadi sarat utama kemajuan peradaban suatu bangsa dapat diraih secara merata oleh siapapun juga, tanpa membedakan status dan keadaan ekonomi.
Bukan mustahil “Mencerdaskan kehidupan bangsa” yang merupakan tujuan bersama manusia yang mencintai bangsa ini pun dapat tercapai.
pic...
Tulisan Surat Kabar
Kekuatan imajinasi
Kekuatan imajinasi, identik dengan kepekaan seseorang pengarang. Makin tajam kepekaan seorang pengarang, makinberkelebat imajinasinya. Dan makin tumpul kepekaanya, makin malas imajinasinya, kemudian mengantuk, tertidur dan bahkan bisa saja mampus….!!!
Kepekaan adalah kemampuan menembus apa yang tidak terlihat, tidak terasa dan tidak terpikirkan. Bahkan kepekaan adalah kemampuan untuk mengadakan sesuatu yang tidak terjangkau oleh orang lain. Seandainya saya adalah seorang pengarang, kepekaan saya berbeda dengan kepekaan teman saya yang seorang politikus, pedagang, bahkan dengan saya sendiri yang terkadang menjadi manusia materialistis.
Pada saat menyaksikan suatau kegalauan, seorang yang dungu tidak melihat apa-apa, kecuali kegalauan itu sendiri. Tetapi kepekaan seorang pengarang dapat membuat dia berpikir lain. Selalu gelisah, kemudian sekonyong-konyong mengendalikan suatu kejadian menjadi alur cerita panjang yang berentetan. Seakan didramatisir menjadi kisah yang menarik.
Kepekaan akan tubuh dengan sendirinya semakin menjadi tajam pada saat getol menulis. Pada saat itu imajinasi berkelebat tanpa diminta, bahkan tak dapat dikuasai. Karena itu mengarang tidak dapat sekedar diibaratkan dengan “tukang tulis”.
Kisah Tragis di Hari Kamis
Kamis,20 – 12 - 2008
Naiki tangga itu,jangan perhatikan bayangan lukisan gemetar di sudut gelap lantai pertama. Langkahi muntahan itu dan jangan bersandar pada pagar. Kuncimu bisa dipakai untuk sebagian pintu di bangunan ini, dan yang sebagian lagi tidak terkunci.
Buka pintu yang bertuliskan “Bad Boys”, tak usah repot membaca tulisan vulgar yang dituliskan di bawah hurufnya…toh bukan dalam bahasa Indonesia, dan kau tidak cukup pandai tentang bahasa Inggris untuk mengetahui apakah grafity itu memang dalam bahasa Inggris. Tapi sebenarnya, walaupun tidak faseh…kau sering berusaha mengenal beberapa kata dalam bahasa inggris , sehingga jika kata-kata itu terlihat begitu asing, mungkin saja bukan bahasa Inggris tetapi bahasa perancis….atau apalah.
Buka pintunya dan masuk ke dalam. Bernapaslah melalui mulut. “Mahkluk ini sudah mati” bebarapa hari yang lalu dan menambah bau pengab kamar ini pada musim panas. Buka jendela….tidak lupakan itu, jendelanya pasti macet, dan kau tak punya banyak waktu. Kau kan bukan pembantu di rumah ini…
Perlukah Polisi saja yang membersihkanya ? tetapi setelah kau menelpon mereka…tapi, jangan dulu. Kau masih harus mencari dompet.
Tahan napas dan jangan perhatikan apa yang terjadi pada kulit mahkluk itu. Jangan coba memikirkan seperti apa tubuhnya sebelum membengkak. Tak penting apakah kau pernah memperhatikan dia waktu hidup atau tidak. Gerayangi saja saku baju itu, benar…masukkan tanganmu ke dalamnya. Semakin dalam hingga tangan kasarmu masuk seluruhnya, meskipun kain sakunya begitu tipis, meskipun kulit mahkluk itu di bawah saku tersebut….lembek dan tegang, seperti bubur jagung di lemari es, bergoyang, mesih menyatu tetapi siap terpecah kalau kau menyentuh terlalu kuat.
Ambil semua dari saku itu, setiap saku,…karena memang itu niat awalmu. Kau bisa keluar dari situ, setelah mendapat semuanya.
Biarkan bangkai kucing itu tergeletak. Setelah kau mengambil dompet dan beberapa lembar duit receh yang tertinggal di saku baju dan celanamu yang kau gantung di belakang pintu, dekat dengan bangkai kucing itu. Tak ada guna menelpon polisi, karena kau hanya akan ditertawakan dan dibilang gila. Inikan hanya masalah meregang nyawanya seekor kucing yang sudah seminggu terkurung di kamar mu, tanpa makan. Dan selama waktu itu juga kau pergi mengembara di pedalaman orang Badui untuk meneliti bahan cerita novel mu yang hampir rampung.
Sekali seruan saja,…Tukiyem pembantumu pasti akan bergegas menghampiri dan menurut perintahmu untuk membersihkan semua darah yang mengotori lantai kamar. Kau adalah orang yang tak acuh dalam segala situasi remeh, mungkin karena kesendirian membuat kau mati rasa. Apalagi jika itu hanya untuk seekor kucing, hadiah dari mantan kekasih yang kehadiranya pun tak pernah kau hiraukan.
Sungguh malang nasipnya….”Kisah Tragis Si Kucing Manis di Hari Kamis"
14 Des 2008
uncreavealed love
hey iyazz,
i won't come to you tonight...
trying to turn away from your love,dear
hey iyazz,
tonight i won't be coming...
no need to find me for the sake of your love
its our fate, our story wont last forefer
sleep weell my secret lover...
i wish you'll forget me soon
your true imagination about love,will never have the heart to forget you
goodbye my uncrevealed love...
never call may name,if me meet again someday...
Kelangkaan Elpiji Dan Kelanjutan Konversi
Sekarang ini, program konversi minyak tanah ke elpiji tabung tiga kilogram tengah digalakkan pemerintah. Patutlah diperhatikan secara serius agar program ini dapat berjalan secara berkesinambungan.
Tetapi, perencanaan program pengalihan minyak tanah ke elpiji masih sangat lemah. Kebijakan pemerintah tentang Konversi Energi dari Minyak Tanah, terkesan hanya sebagai kebijakan parsial yang kurang komprehensif dan belum terencana matang. Sehingga mengakibatkan munculnya sejumlah kendala dalam pelaksanaan di lapangan. Minimnya sosialisasi membuat masyarakat ragu untuk beralih ke elpiji, demikian pula para agen minyak tanah yang merasa belum siap menjadi distibutor.
Bisa jadi, itu merupakan biang kelangkaan minyak tanah saat ini. Ketika konversi ke elpiji belum siap, pasokan minyak tanah sudah dibatasi di beberapa daerah. Walaupun program ini tetap berjalan, tetapi masih dalam lingkup kecil. Hal ini patut menjadi alasan utama yang harus segera dicari penyebabnya.
Ketersediaan gas dan tabung elpiji yang masih belum maksimal, selain karena tidak semua agen minyak tanah beralih menjadi agen elpiji, kelangkaan ini disebabkan pendistribusian elpiji yang sangat rentan, sehingga harus diadakan pengawasan yang lebih ketat. Dengan pengertian yang lebih luas bahwa keterbatasan infrastruktur elpiji yang belum mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan membutuhkan perhatian yang lebih serius.
Jika pihak-pihak terkait ingin kondisi kelangkaan ini segera diatasi, patut diperhatikan faktor pasokan maupun pendistribusian elpiji. Karena hal ini merupakan unsur penting bagi kelanjutan program konversi minyak tanah ke elpiji yang sekarang ini tengah digalakkan pemerintah.
Dan seandainya telah terjadi kecurangan dalam pendistribusian, seperti ulah agen yang sengaja menimbun, menyusul isu kenaikan harga elpiji bersamaan pengumuman pemerintah menaikkan harga BBM, mestinya lebih mudah diidentifikasi dan dikoreksi karena semua distributor bekerja di bawah kontrol Pertamina. Untuk itu Fungsi kontrol dari Pertamina pun harus berjalan secara benar.
Dengan terbatasnya infrastruktur elpiji, tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan bahan bakar. Akhirnya akan berujung pada kehidupan masyarakat yang semakin terkendala dan orang-orang kecil yang paling merasakan dampaknya. Untuk itu, patutlah dipikirkan bahwa permasalahan yang menyangkut kehidupan orang banyak, haruslah menjadi pemikiran utama.
Saran terbaik adalah sudah saatnya mengubah subsidi elpiji ke subsidi langsung. Atau kelanjutan pelaksanaan program ini, seharusnya tidak hanya mengandalkan Pertamina. Sebaiknya ada ketetapan dan dukungan dari pemerintah, hingga ada evaluasi bagaimana pelaksanaan ke depan yang terbaik.
11 Des 2008
DIGITAL LOVE
Penyair lebih memahami arti akan hidup
Kehidupan adalah mimpi yang dapat diarungi bebas oleh penyair
Melalui untaian kata indah penuh cinta
Aku bukan penyair, namun aku tidak takut bermimpi
Kesungguhan ku memaknai arti kehidupan adalah tekad dalam dunia mimpiku
Mengasihi sesama adalah keharusan dalam kefanaan di dunia
Cinta Ilahi adalah satu-satunya kenyataan setelah tersadar dari mimpiku nanti
Tapi aku ragu memaknai perasaan ini
Sebuah perasaan yang hingga sekarang kuyakini hanyalah impian
Tapi apakah salah ku jika kuingin ini nyata
To much love maybe will kill me
Mungkin itu telah menjadi takdiku untuk mati dalam mimpi dan ilham cinta
Tapi apakah suatu kesalahan jika kuingin semuanya nyata
Karena aku bukan penyair, yang hanya puas dengan impian sempurna
Harapan cintaku hanya bertumpu akan dia
Berilah harapan pada ku…
Karena romantisme pikiran dalam dunia digital ini,
Hanyalah merupakan awal
Yang sebenarnya
Penuh dengan ketulusan untuk mewujudkan semuanya menjadi nyata.
Kehidupan adalah mimpi yang dapat diarungi bebas oleh penyair
Melalui untaian kata indah penuh cinta
Aku bukan penyair, namun aku tidak takut bermimpi
Kesungguhan ku memaknai arti kehidupan adalah tekad dalam dunia mimpiku
Mengasihi sesama adalah keharusan dalam kefanaan di dunia
Cinta Ilahi adalah satu-satunya kenyataan setelah tersadar dari mimpiku nanti
Tapi aku ragu memaknai perasaan ini
Sebuah perasaan yang hingga sekarang kuyakini hanyalah impian
Tapi apakah salah ku jika kuingin ini nyata
To much love maybe will kill me
Mungkin itu telah menjadi takdiku untuk mati dalam mimpi dan ilham cinta
Tapi apakah suatu kesalahan jika kuingin semuanya nyata
Karena aku bukan penyair, yang hanya puas dengan impian sempurna
Harapan cintaku hanya bertumpu akan dia
Berilah harapan pada ku…
Karena romantisme pikiran dalam dunia digital ini,
Hanyalah merupakan awal
Yang sebenarnya
Penuh dengan ketulusan untuk mewujudkan semuanya menjadi nyata.
Langganan:
Postingan (Atom)