Saya bukanlah "Penggila Novel", karena hanya beberapa Novel yang pernah saya baca. Bahkan 'keamatiran' saya dalam dunia sastra yang satu ini, dapat ditandai dengan begitu seringnya saya lupa akan nama pengarang dan alur cerita dari novel yang sudah saya baca. Tapi semoga saja hal itu tidak sampai memupuskan semangat saya untuk menjadi pembaca yang dapat memetik makna.
Meskipun masih "Amatir", bukan berarti saya tidak bisa memberikan penilaian terhadap Novel yang pernah saya baca, setidaknya penilaian itu tertuju pada pemahaman diri saya pribadi. Menurut saya, begitu banyak penulis novel dari negeri barat yang sangat cerdas dalam mencari inspirasi melalui imajinasi mereka, tetapi diantara mereka tidak ada yang sejenius penulis Novel "Harry Potter" dan "Dunia Soffi" dalam menuangkan imajinasi liar mereka menjadi kisah yang fantastis.
Romeo and Juliete, memang menjadi kisah romantis yang tidak akan dilupakan sepanjang masa. Akan tetapi, penilaian saya menjadi sedikit berbeda setelah membaca novel "Laila dan Majnun". Meskipun tema dan inti cerita dari kedua kisah itu hampir sama, saya tidak peduli tentang urusan "jiplak-menjiplak" yang dapat menjadi perdebatan antara kedua novel tersebut. Dan "Seamatir" apapun saya sebagai pembaca, tetap tidak dapat berbohong mengenai kisah yang berkenan di hati. Mungkin karena ada kesamaan kultur dalam kisah "Laila Majnun", atau bisa saja kisah tesebut lebih mengena imajinasi saya yang terlalu dalam berkhayal tentang cinta.
Tentu saja saya juga pernah membaca novel yang dikarang oleh penulis dari negeri sendiri. Perbandingan kualitas novel lokal dan nonlokal memang cukup jauh, itu bukanlah suatu permasalahan atau bahkan tidak ada hubunganya sama sekali buat saya. Mungkin saja penulis-penulis dari negeri kita memang sengaja memiskinkan kreatifitas dan imajinasi mereka menjadi kisah sederhana yang biasa-biasa saja, agar dapat diterima oleh daya tangkap kebanyakan pembaca di negeri ini.
Akan tetapi tidak semua penulis dalam negeri seperti itu, ada yang berani melangkah mandiri dengan idealisme baru . Mereka tidak peduli, meski melanggar gaya sastra terdahulu dan cendrung dianggap meniru sastra asing. Saya berada diantara beberapa orang yang menyukai karya mereka. Diantaranya adalah Dewi Lestari,bagi saya dia adalah penulis wanita yang sangat berbakat, mungkin karena novel dia termasuk yang pertama kali saya baca dan langsung mengena di hati.
Andre Hirata adalah pahlawan bagi saya. Novel Laskar Pelanginya adalah yang terbaik dari semua novel dalam negeri yang pernah saya baca. Mungkin karena selama ini, ketika membaca sebuah novel saya hanya menemukan kisah-kisah yang dapat memuaskan ego dan perasaan saya semata, tetapi Novel Laskar Pelangi benar-benar telah merubah cara pandang saya tentang hidup antar sesama dan percaya akan kekuatan yang tersembunyi di balik mimpi.
Tere Liye. Namanya berada di urutan terakhir dalam tulisan ini, karena memang novelnya yang terakhir saya baca. Dan tentu telah terlupakan atau namanya tidak akan saya tulis, jika dia bukanlah termasuk penulis novel yang saya kagumi. Bagi saya, karya Tere Liye dapat disejajarkan dengan Andre Hirata. Jika air mata saya pernah menetes ketika membaca kisah kegigihan Andre Hirata dalam mewujudkan mimpinya dalam Novel Laskar Pelangi, Tere Liye sekali lagi membuat saya tersedan setelah membaca kisah-kisah sederhana dalam novelnya yang sarat akan pesan, serta jawaban religius yang selama ini kita pertanyakan tentang hidup.
Hanya Tuhan yang tahu, mengapa penulis-penulis yang saya sebutkan di atas dikaruniakan anugerah berupa kemampuan untuk menulis kisah yang menggugah hati orang yang membacanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar