Niat saya menulis tulisan ini berdasarkan pengalaman saya pada waktu itu, kisah ini terjadi pada saat saya masih awam dan belum terlalu lama menetap di kota besar ini, saya masih duduk di semester awal bangku perkuliahan, baru mengerti bagaimana kehidupan seorang mahasiswa di kota besar, kaum yang dikatakan terpelajar dan banyak menghabiskan waktu kesehariannya untuk menimba ilmu di kampus. Dan untuk orang seaktif saya, pastinya senang menyempatkan diri mengikuti kegiatan extrakulikuler yang ada di kampus. Saya sangat mencintai olahraga beladiri, dan UKM wushu merupakan salah satu kegiatan yang saya ikuti waktu itu. Disinilah kisah ini terjadi, menjadi pengalaman dan pembelajaran untuk saya hingga saat ini.
Hampir genap dua tahun sudah saya menyelesaikan segala urusan perkuliahan, dengan begitu secara resmi juga dinyatakan lulus dan berhak menyandang predikat sebagai seorang Sarjana Tekhnik, sekarang ini saya bekerja di salah satu tempat rekreasi yang ada di Indonesia. Dan yang ingin saya ceritakan dalam tulisan ini, berawal dari beberapa hari kemarin ketika saya menyaksikan berita di televisi, berita itu sepertinya juga dimuat di berbagai media massa tanah air. Berita tentang aktifitas organisasi yang sudah dinyatakan terlarang untuk tumbuh di negeri ini, NII (Negara Islam Indonesia).
Para pelaku yang berasal dari organisasi ini diduga telah mencuci otak beberapa pemuda/i dan mahasiswa agar dapat masuk dan menuruti segala perintah yang berasal dari organisasi mereka. Dengan menyaksikan berita itu, sejenak saya terhenyak dan kemudian mengingat-ingat kembali kejadian waktu itu. Kisah yang terjadi di sore hari, beberapa tahun yang lalu pada saat saya masih menjadi mahasiswa, ketika saya dan beberapa orang teman lainya sedang latihan wushu di kampus.
Sebelum saya merantau ke kota untuk melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan, ayah sudah sering menasehati saya untuk selalu berhati-hati dalam bergaul di kota besar nanti. Sebagai manusia yang beranjak dewasa tentunya akan banyak cobaan dalam usia muda saya, tidak lain berkisar diantara pergaulan anak muda kota yang menurut ayah kebanyakan senang-senang serta bebas yang terlalu. Ayah tidak berpendidikan tinggi dan meski dia sering ke kota, itu hanya untuk bertemu handai taulan atau menyelesaikan urusan pekerjaannya sebagai seorang pedagang kecil. Namun entah darimana informasi yang ayah dapatkan hingga dia dapat memberikan salah satu nasehat penting lain yang menambah pengetahuan saya, kira-kira begini kalimatnya “bila sudah menjadi mahasiswa dan hidup dalam dunia kampus. Kamu harus memilah-milah terhadap ajakan berbagai organisasi yang mengatasnamakan gerakan mahasiswa atau membawa embel-embel agama, diseleksi akan kebenaran status organisasi tersebut yang harus diakui pula oleh kampus dan masyarakat”.
Saya lebih suka mengatakan tempat perantauan saya sebelumnya sebagai daerah asal, karena sejak kecil saya memang dibesarkan di daerah ini, hanyalah sebuah desa kecil di daerah timur negeri ini, agama yang saya anut termasuk dalam golongan minoritas, namun kerukunan antar umat beragamanya sangat mengagumkan. Nasehat yang ayah berikan itu pada akhirnya juga saya padukan dengan berbagai informasi dan apa yang pernah saya temukan dalam kehidupan saya sebelum menjadi mahasiswa..
Sehubungan dengan hal itu, pada kenyataanya ketika masih SMA saya memang pernah menemui hal-hal yang cukup unik atau ganjil, hal ini berkenaan dengan apa yang saya temukan dari cara pandang sekelompok orang yang menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa kali saya pernah menjumpai sekelompok pendatang yang mengenakan pakaian terusan panjang berwarna serba putih, mereka bersorban dan terlihat seperti musafir yang berasal dari negeri timur, meskipun tampang dari sebagian besar diantara mereka tetap mencirikan wajah masyarakat negeri kita.
Saya lebih sering menemui mereka berada di mesjid-mesjid dan kegiatan yang mereka lakukan selain shalat adalah duduk berkelompok untuk berbincang atau menelaah kandungan dari ayat suci yang dibaca. Pendapat itu hanya sebatas apa yang ditangkap nalar saya, dan tidak dapat saya jelaskan secara lebih spesifik tentang siapa dan apa saja yang mereka lakukan, hanya saja kesan unik dan tidak biasa memang saya rasakan tiap kali melihat mereka. Apakah dalam pikiran mereka, dimanapun tempat mereka tinggal disamakan dengan Negara timur tengah, hingga selalu tercermin dari cara mereka berbusana yang sepertinya tidak disesuaikan dengan budaya atau aspek lain suatu negeri. Kenapa saya merasa bahwa mereka secara total menisbahkan diri sebagai orang suci dengan segala tingkah dan aktiftas mereka yang terlihat, mereka lebih banyak berdiam diri dan tenang, namun apakah juga harus menutup pintu bersosialisasi terhadap sesama. Apakah mereka dapat hidup tanpa bekerja, lantas darimana mereka mendapatkan penghasilan untuk hidup, benarkah itu menurut agama.
Banyak pertanyaan yang terlintas di benak saya ketika melihat mereka, berdasarkan pengetahuan saya waktu itu yang masih awam dan usia yang sangat muda, namun secara naluriah tidak juga menyalahkan kesimpulan sebatas logika saya sendiri. “Saya memang harus terus belajar dan mencari tahu tentang ilmu agama selain pengetahuan umum seperti yang didapat di bangku sekolah, namun dengan guru yang tepat dan cara wajar lumrahnya yang diakui masyarakat kebanyakan, meski perlahan-lahan namun semoga itu dapat membuat saya memahami secara benar di kemudian hari, saya boleh fanatik secara ideologi namun tidak perlu membawa kefanikan itu dalam kehidupan sosial”. Intinya, saya tidak ingin seperti mereka…
Melanjutkan inti utama dari alur cerita ini….Kisah yang terjadi di sore itu ketika saya dan teman-teman latihan wushu di kampus, selesai latihan kami merenggangakan otot sejenak dengan duduk-duduk dan mengobrol santai. Salah satu teman saya membuka pembicaran dengan menceritakan kisahnya yang terjadi beberapa hari yang lalu. Ternyata dia merasa telah tertipu oleh salah seorang mahasiswa di kampus ini. Dengan alasan ingin menjadi anggota wushu, orang itu telah menjebak dia untuk mengikuti acara pengajian.
Menurut pengakuan dia, pengajian itu cukup ganjil dan tidak sewajarnya pengajian yang biasa diadakan umat muslim lainya. Apa yang dikaji juga sempat membuat dia bingung akan ajaran agama Islam yang selama ini dia tahu, tapi syukur Alhamdulillah karena teman saya itu sadar dan tidak sampai benar-benar terjebak Dan kemudian akhirnya dia tahu, bahwa pengajian itu diadakan oleh organisasi yang sudah dilarang di negeri ini, NII. Hal itu yang membuat teman saya marah, dia menceritakan kisah ini dengan penuh emosi, rasanya ingin sekali dia bertemu dan menghajar orang yang telah menjebaknya.
Tapi lucunya, secara kebetulan disaat teman saya masih menceritakan kisahnya itu dan kami serius mendengarkan dengan raut wajah yang agak terpancing untuk ikut merasa geram, orang yang telah menjebaknya itu malah muncul dan berjalan di depan kami. Dia memang salah satu mahasiswa di kampus ini juga, mungkin saja sore itu dia baru saja selesai kuliah atau bahkan sedang memburu target lain untuk dijebak dan tidak sadar bahwa kami sedang membicarakan namanya, sepertinya ini memang hari sial untuk orang itu.
Tanpa menunggu lama, teman saya tadi langsung menghadang dan memaksanya berjalan ke arah kami yang sedang duduk-duduk. Dia kemudian diinterogasi oleh kawan-kawan saya, sedangkan saya hanya mendengarkan karena sebenarnya belum benar-benar mengerti tentang seluk beluk organisasi NII ini, meski kalau mau diceritakan sebenarnya saya juga sempat hampir terjebak oleh kawan baik saya sendiri yang juga merupakan anggota NII, dan itu akan saya ceritakan di lain waktu nanti.
Orang itu keliatanya pintar bersilat lidah, kami merasa banyak sekali kebohongan dari jawaban yang dia berikan terhadap pertanyaan kami. Dan setelah cukup lama diinterogasi, akhirnya teman-teman membuat keputusan untuk menggerbek markas mereka saat itu juga. Patut diketahui bahwa, korban dari organisasi ini banyak diantaranya merupakan mahasiswa di kampus saya dan beberapa kampus lainya. Karena merasa ingin menolong dan ikut bertanggung jawab untuk memberantas pergerakan organisasi ini, maka teman-teman saya merasa harus mengambil tindakan seperti ini.
Saya awalnya agak takut dan masih ragu, menyarankan agar masalah ini dilaporkan ke aparat berwenang saja, tapi setelah dipikir-pikir lagi, akhirnya saya membulatkan tekad untuk ikut bersama teman-teman menggerbek markas mereka, setidaknya saya dapat meredakan keadaaan jika sampai terjadi perkelahian, karena dibandingkan teman-teman yang lain sayalah yang tidak terlalu terbawa emosi terhadap permasalahan ini.
Lokasi markas organisasi mereka itu cukup jauh dari kampus kami, menuju kesana kami tempuh menggunakan kendaraan umum dan juga berjalan kaki. Akhirnya yang diperkirakan memang benar terjadi, kami yang hanya berempat berani sekali menggerbek markas organisasi mereka yang penghuninya diperkirakan jumlahnya lebih banyak dari kami. Setelah pintu rumah dibuka oleh pemiliknya, teman saya juga tidak banyak berbasa-basi, langsung pada intinya dan menuding bahwa rumah ini adalah markas NII. Yang ditudingpun berang dan pura-pura tidak tahu maksud kalimat teman saya, hal itu malah membuat teman-teman yang lain bertambah berang dan langsung melakuan perkelahian dengan mereka, terkecuali saya yang coba melerai meraka untuk menghentikan perseteruan.
Perkelahianpun berhenti namun buntut keributanya panjang, warga sekitar malah berdatangan dan ingin mengetahui apa yang sedang terjadi, dan setelah mendengar penjelasan kami ternyata mereka juga tidak menyangka, selama ini mengira rumah yang sekarang telah diketahui sebagai markas organisasi NII ini adalah tempat kursus komputer, dan itulah salah satu cara organisasi ini untuk mengkamuflase markas dan kegiatan mereka di hadapan masyarakat sekitar.
Beberapa waktu kemudian, Pak RT, RW, Lurah, Polisi, intel bahkan Babinsa dan beberapa anak buahnya pun datang ke tempat kejadian perkara, beberapa anggota dari organisasi ini berhasil kabur melalui pintu belakang, diantaranya adalah seorang ibu dengan anak balitanya. Kami juga akhirnya tahu bahwa di belakang markas mereka itu masih ada satu rumah yang menjadi markas kedua mereka. Di kedua markas mereka itu diketemukan banyak berkas dan data-data rahasia organisasi yang tersimpan dalam buku atau perangkat komputer-komputer. Intinya semua berkas itu menjurus pada visi dan misi tujuan mereka untuk mendirikan Negara Islam Indonesia dengan cara yang sudah sistematis dan terorganisir menurut cara mereka, susunan organisasi mereka seperti bisnis MLM dan dimata orang yang mengerti tentu akan mengatakan tindakan mereka ini harus dilarang karena secara fakta ada unsur penipuan, pemaksaan, penganiyayan dan bahkan bisa dituduh makar. Atau tahukan kita bahwa ternyata cikal bakal para pelaku terorisme salah satunya juga terbentuk oleh organisasi ini.
Ada satu kejadian yang belum saya ceritakan dalam kelanjutan peristiwa ini bahwa, saksi kunci, mahasiswa yang telah menjebak teman saya itu ahirnya berhasil dibawa kabur. Beberapa orang berbadan tegak datang dengan mengendarai tiga sepeda motor, mereka marah-marah dan mengaku sebagai keluarganya, secara tiba-tiba membawa pergi si mahasiswa tanpa dicegah sama sekali oleh kami. Kemudian setelah itu oleh aparat kami baru diberi tahu bahwa pria-pria berbadan tegak itu adalah intel dari organisasi ini, ternyata selain mempunyai jaringan organisasi yang kuat mereka juga memiliki orang-orang terlatih yang menjaga keamanan dan kerahasiaan organisasi.
Setelah penyelidikan dan interogasi di tempat kejadian perkara telah selesai, kemudian dilanjutkan ke polres terdekat. Saya dan teman-teman ikut serta untuk menjadi saksi disana, itu setelah kami menerima elu-eluan dan penghormatan dari masyarakat sekitar karena keberanian kami yang coba membantu tugas aparat dengan memberantas salah satu cabang organisasi terlarang yang ada di negeri ini.
Apa mereka tahu bagaimana campur aduknya perasaan saya waktu itu, takut karena ini pengalaman pertama kali dan paling berani saya selama hidup, bangga karena merasa telah menjadi pahlawan, dan bingung apa saya benar-benar mengerti atas tindakan yang telah saya lakukan. Usia saya waktu itu masih dalalm peralihan ke tahap pemuda dewasa dan memang masih awam tentang organisasi ini, ditambah lagi ilmu agama yang masih dangkal. Namun yang paling utama bagi saya adalah merasa telah melakukan tindakan benar untuk membela kebenaran agama yang saya anut.
Sampai shubuh saya dan teman-teman dijadikan saksi di kantor polres, setelah itu kami shalat shubuh, dan kembali terjadi satu lagi kejadian yang cukup unik. Ketika menjalankan shalat shubuh itu, saya menjadi imam dari beberapa orang yang ditangkap dan dituduh sebagai anggota NII tadi. Kemudian saya juga memberanikan diri untuk berbincang dengan salah satu diantara mereka, usianya tidak terpaut jauh dengan saya, dan merupakan mahasiswa dari kampus saya juga. Dengan membayangkan waktu menempuh pendidikan serta kedua orang tuanya, membuat saya membayangkan juga bagaimana jika kejadian ini menimpa diri saya, dan kemudian saya hanya bisa berkata pada dia dengan menyelipkan harapan agar sungguh-sungguh sadar setelah tindakan yang telah dia pilih untuk masuk ke organisasi ini, semoga dia ingat kedua orang tua dan pendidikan yang masih harus dia tempuh.
Sepertinya dia paham atas maksud perkataan saya, dan mengatakan bahwa dia dan beberapa kawan lainya hanyalah korban atas kejadian ini. Dia sangat bersyukur dan berterima kasih atas tindakan kami yang akhirnya bisa menyadarkan atas tindakan salah mereka. Saya terharu dan semoga dia tidak berbohong atas ucapanya itu.
Sekitar pukul setengah tujuh pagi saya sudah sampai di kosan saya, belum bisa bercerita apa-apa ke teman-teman kosan ketika mereka bertanya darimana saja saya semalaman, sedangkan saya sendiri masih belum bisa menghilangkan rasa terkejut atas kejadian semalam. Biar nanti akan saya ceritakan kalau pikiran saya sudah tenang, dan sekarang yang paling baik dan tepat saya lakukan adalah tidur, tidak berangkat kuliah, beristirahat setelah seharian begadang dan mengalami salah satu pristiwa luar biasa dalam hidup.
Beberapa hari setelah itu, ketika saya sedang berada di halte, secara tidak sengaja berpapasan dengan salah satu anggota polisi yang malam itu bertanya kepada saya ketika menjadi saksi di kantor polres. Karena merasa sudah kenal, tanpa segan saya menyapa dia dan ternyata dia juga masih mengenal saya. Perbicangan kami pun terjadi, saya bertanya bagaimana kelanjutan kasus mereka yang ditangkap dan dituduh sebagai anggota organisasi NII. Dan terkejut saya mendengar jawaban pak polisi itu, mereka semua hanya ditanyai pada waktu itu saja dan kemudian dipulangkan kembali ke rumah mereka masing-masing, dengan alasan tidak ditemukan bukti. Lantas apa arti semua berkas yang diketemukan waktu itu, sia-siakah usaha kami yang berani menantang resiko, dan bukankah banyak yang juga sudah tahu bagaimana pergerakan organisasi ini telah meresahkan dan melibatkan banyak orang yang menjadi korbanya. Ada apa dari semua ini..
Setelah cukup lama hilang, berita tentang organisasi itu sekarang kembali marak diberitakan dengan berita yang lebih menghebohkan, berita ini muncul ketika banyak kasus–kasus besar lain yang sedang melanda negeri ini, tingkah para wakil rakyat dengan segala intriknya, para koruptor yang semakin menggila, kekisruhan aparat dan para pemangku jabatan penting negeri, teroris yang semakin merajalela, dan berbagai kasus-kasus lain.
…….ada apa semua ini………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar