My Adsense

3 Apr 2011

Tetap santai atas hinaan

Salahkah kalo gue orangnya ga’ mau diremehkan atas dasar apapun, meskipun gue tetap sadar sebagai manusia banyak sekali kekurangan dalam diri ini. Tapi karena sebagai manusia yang juga punya nurani, sikap ini berawal dari gue yang ngerasa ga’ penting banget kalo dalam hidup kita hanya sibuk mencerca orang lain di sekitar kita, buang-buang waktu dan pada akhirnya hanya memenuhi ruang saraf kita dengan berbagai pikiran negatif, iri, dengki, yang dapat menaikkan kadar emosi tak jelas arah. Karena itulah, hal yang paling gue hindari adalah menghina, berpikiran negatif dan menjelekkan orang lain.

Mungkin saja ada yang beranggapan itu dikarenakan gue takut akan “karma”, ga’ mau terkena imbas kebalikanya, berharap jangan sampai pada akhirnya gue yang akan balik dihina dan dicibir atas kekurangan yang ada. Untuk itu, secara logis memang mending “jangan menghina jika tidak ingin dihina”. Karena balasan setimpal bahkan lebih parah bisa datang dalam bentuk apapun ke kita, secara tidak langsung banyak orang yang akan mendoakamu celaka akibat ulah yang kerap menyakiti hati mereka. Dan imbas dari hal itu ke gue, akhirnya jadi manusia yang waspada dan suka menilai orang lain dari tabiat serta perkataan mereka.

Dalam hidup ini, tentu kita banyak mengalami kejadian hidup, entah suka maupun duka, senang dan lara, semuanya membaur menjadi satu. Gue juga pernah menemui orang-orang yang gemar sekali mempergunjingkan orang lain, bahkan itu ditujukan untuk orang terdekat mereka., mereka ngomong di belakang-belakang, mereka musuh dalam selimut atau pagar makan tanaman, dan apapun istilahnya. Selalu saja ada yang dipergunjingkan tiap harinya, entah itu hal sepele yang dilakukan oleh seseorang atau sengaja diada-adakan agar dapat mencapai kesenangan hati mereka untuk mempergunjingkan orang lain. Tapi, gue ga’ ngerti sebenarnya apa yang membuat mereka senang dengan menggunjing orang lain. Bukankah itu hanya membuat hati dan pikiran semakin disesaki oleh pikiran buruk, jadi tidak bisa berpikir jernih, serta menuai banyak dosa dan musuh.

Orang seperti ini yang secara ego pingin banget gue ‘tonjok’ sampai babak belur, tapi sekarang ini gue cukup tahu aja belang dari sikap mereka, setelah itu jangan harap gue mau benar-benar menjalin pertemanan dengan mereka, bahkan tidak sama sekali. Mangkanya tidak jarang gue kerap dianggap angkuh, dianggap suka memilah-milah teman atas sikap gue tersebut. Padahal gue hanya ingin menjadi diri sendiri dan berharap yang menjadi kawanku tersebut adalah mereka-mereka yang benar tulus dan dapat dijadikan teman.

Bukan hanya dalam memilih kawan, gue bahkan ga’ memperdulikan siapapun orangnya, tua muda, berkedudukan atau tidak. Kita sama-sama manusia,maka jika kalian meremehkan gue, lantas apa salahnya gue tidak memperdulikan kalian sama sekali, toh tidak ada ruginya bagi kalian jika gue memang dirasa hanya pantas untuk diremehkan saja. Meski ada sedikit rasa senang gue, karena ternyata ga’ kalah dalam situasi seperti ini.

Dengan tak acuh berarti aku tidak perduli, tutup telinga dan mata atas semua cercaan dan cibiran kalian. Segala hinaan yang kalian lemparkan itu hanya melayang-layang dan tidak dapat membuatku luka, kalian tentu tidak senang atas hal itu namun akhirnya terpaksa menerima kekalahan. Tapi, tidak jarang jika kemudian kalian kembali berusaha menemukan cara untuk mencibirku dengan cara lain, semakin memutar otak dengan berbagai ide dan kata-kata negatif yang menohok untuk ditujukan kepadaku.

Dan cukup dalam proses awal untuk menggunjing itu saja, dengan sendirinya kalian juga sudah memasukkan bibit penyakit hati ke dalam jiwa, bibit yang terus menumpuk dengan kuman-kuman sebelumnya. Penyakit yang dapat menggerogoti jiwamu perlahan dengan virus negatifnya. Dan ingat !, karena karma, bibit itu dapat menular menjadi keburukan untuk kamu, keluarga atau orang-orang terdekatmu.

Sedangkan untuik gue, tetap santai,…karena memang hanya itu obat penangkalnya yang paling mujarab……….

Tidak ada komentar: