Selama Tuhan pemilik langit dan bumi masih memberikan kita nafas, dan selama Tuhan yang maha pemberi ilmu masih memberikan kita ilmu pengetahuan, maka janganlah ragu untuk menulis. Tuliskan saja, dan editlah belakangan. Dengan begitu, kamupun menulis tanpa beban. PLONG!. Lega rasanya..
3 Okt 2008
(TULISAN LEPAS)Imajinasi ku, tentang Alam dan Lingkungan Hidup
Imajinasi ku, tentang Alam dan Lingkungan Hidup
Sudah tiga tahun ini aku menumpang hidup di Jakarta. Kota yang dikenal
sebagai metropolitannya Indonesia. Statusku sebagai mahasiswa di salah satu
perguruan tinggi swasta yang terletak di tengah-tengah kota, membuat aku
terpaksa harus mencari dan akhirnya menempati kost-kostan yang lokasinya tidak
jauh dari letak kampus ku tersebut.
Bercerita keseharian, sudah merupakan suatu kebiasaanku untuk melewati hari-hari dengan hingar bingar kehidupan kota besar. Dan pada hari ini, saat matahari sedang terik-teriknya seperti siang-siang yang lalu, aku melangkah pulang dari kampus dengan menenteng buku-buku diktat tebal menuju lokasi kost-an yang memang bisa ditempuh sebentar dengan berjalan kaki. Bukan persoalan baru jika akhirnya aku sampai di kost-an dengan baju basah tersiram peluh.
Sesampainya di kost-an, mengisi perut dengan makanan sekedar adalah hal pertama yang kulakukan, dilanjutkan dengan kegiatan keseharian sepele yang biasa kulakukan, setelah sedikit melepaskan penat aku kembali memikirkan ide kreatif apa yang akan kutuangkan dalam karya tulisku nanti.
Sudah seminggu ini aku memang disibukkan untuk mengerjakan penulisan yang harus segera dikumpul beberapa hari lagi. “Sumber daya Alam dan Lingkungan Hidup” judul yang kupilih dalam penulisan ini. Sebagai mahasiswa yang bertempat tinggal di kota Jakarta, mungkin judul ini cukup tepat untuk membahas keadaan lingkungan ibu kota yang sudah sangat patut diperhatikan
Kusulut sebatang rokok dan secangkir kopi menemani nalarku yang sedang melayang mencari ide cerita. Mungkin serba kebetulan, karena pada saat itu juga, aku sedang menyaksikan berita TV yang menyiarkan berita mengenai“Pemanasan Global”.
Kubiarkan saja pikiranku semakin jauh berterawang dan membangkitkan jiwa kreafitasku.
"Apakah yang membuat kehidupan ada di dunia ini"?.
Dapatkah disadari bahwa dalam penciptaan Ilahi yang begitu agung , terdapat suatu ciptaan yang menjadi nafas kehidupan setiap mahkluk di dunia ini?.
Dengan anugerah akal yang telah diberikan, manusia memang selalu mengembangkan kepandaianya untuk memanfaatkan segala sesuatu yang terdapat di dunia ini.
Tidak pun sendiri, manusia bersama mahkluk-mahkluk lain dicipta untuk menghuni bumi ini.
Seandainya mahkluk-mahkluk bernyawa itu disuruh menjawab…., Mungkinkah mereka dapat memberikan jawaban dari pertanyaan “ciptaan Ilahi mana yang menguasai bumi ini”? Ataukah karena sebagai mahkluk yang dianggap sempurna, manusia merasa pantas menobatkan diri sebagai penguasa di dalam bumi ini?.
Pantaskah manusia disebut penguasa, jika mutlak masih bergantung pada mahkluk lain untuk melanjutan hidup?
Berbagai pertanyaan yang sengaja kubuat itu, entah mengapa mulai bergelayut dalam pikiran dan aku berusaha mencari jawabnya dalam nalarku sendiri.
“Alamlah yang menguasai bumi ini.
Alam sebagai perantara Tuhan dalam menunjukkan kebesaranya. Nafas kehidupan yang berhembus di bumi ini dapat kita hirup karena alam, mahkluk lain hanya di ibaratkan sebagai hamba yang berusaha meneguk semua yang tersedia dari alam, demi mengharapkan kehidupan yang terus berlangsung”.
Jika berpikir secara rasional, sesuatu yang telah terjadi pada alam memang dapat dikatakan sebagai suatu kewajaran dalam roda kehidupan yang terus berputar. Anugerah yang diberikan sebagai mahkluk yang sempurna, membuat manusia selalu pandai mendayakan segala cara untuk memanfaatkan sumber daya alam.
Tanpa kusadari rokokku telah tandas di ujung asbak, kutegak lagi air kopi yang masih tersisa beberapa tegukan. Masih jauh perenungan ini, biarkanlah waktu ini kuhabiskan untuk berpikir akan semua hal yang masih berhubungan dengan topik yang ingin kutulis.
Jika menganggap diri sebagai mahkluk yang bernalar, sudah seharusnya manusia membuktikan rasa terimakasihnya pada alam. Perspektifku membuat sendiri sebuah pengertian…….
Lingkungan hidup pastinya tercakup pula apa yang didefinisikan sebagai sumberdaya alam. Sumber daya alam, menurutku adalah semua benda, daya, keadaan, fungsi alam, dan makhluk hidup, yang merupakan hasil proses alamiah, baik hayati maupun non-hayati, terbarukan maupun tidak terbarukan.
Laut dengan biru keindahanya menampung banyak kekayaan alami yang
sangat bermanfaat bagi kehidupan, sekaligus menjadi tempat tinggal berbagai keragaman hayati maupun non hayati. Patutlah insan Ilahi bersyukur atas keagungan-Nya yang menciptakan sebagian besar dataran bumi ini dengan lautan.
Tanah yang sedang kita pijak saat ini menjadi tempat utama berlangsungnya
kehidupan mahkluk di bumi. Generasi-generasi yang terus berangsur dari masa lampau telah memanfaatkan daratan subur sebagai tempat hidup berbagai jenis tumbuhan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia.
Hutanpun tidak terkira manfaatnya dengan segala jenis tumbuhan dan pepohonan yang tumbuh secara alami. Bahkan di jaman sekarang, pemanfaatkan hutan lebih terutama digunakan untuk kepentingan manusia. Akan tetapi masalah pelik yang kemudian terjadi adalah mereka seakan lupa manfaat lain hutan untuk meredam berbagai bencana
Nalarku pun tiba-tiba bernostalgia ke zaman lampau.
Memang sangat mungkin manusia terdahulu merdeka menikmati udara alami di sekitar mereka yang masih hijau ditumbuhi pepohonan. Pada zaman itu, tentu mereka sama sekali belum mengenal limbah dan polusi yang berasal dari pabrik-pabrik.
Tapi di jaman sekarang ini, tempat-tempat tersebut sudah banyak terpugar menjadi daerah-daerah lapang tempat membangun berbagai macam pabrik penghasil polusi. Globalisasi pun sudah mengorbankan hutan-hutan alam untuk dijadikan daerah hunian dan prasarana penunjang kemodern lainya.
Aku dapat menemukan sendiri sedikit kesimpulan, bahwa definisi lingkungan
hidup yang telah kubuat tadi dapat ditambahkan sebagai kesatuan ruang dengan
segala benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya. Sehingga, secara eksplisit, dapat dinyatakan bahwa tingkat kelangsungan perikehidupan dan kesejahteran manusia ditentukan oleh kualitas lingkungan hidup.
Maka dari itu dengan segala anugerah dan kepandaian yang dimiliki, nalar manusia sudah dapat berpikir bahwa kelangsungan hidup pribadi tiap orang sangat tergantung pada keadaan alam yang baik, tapi kenapa hanya segelintir manusia saja yang memikirkan hal itu,..?, sangat tidak seimbang jika dibandingkan dengan mereka-mereka yang tega merusak alam demi keuntungan pribadi dan kelompok semata.
Penyesalan akhirnya datang terlambat setelah menyadari banyak bencana terjadi, penanaman kembali hutan baru digalakkan kembali setelah sangat jarang pepohonan yang dapat menyerap air hujan yang mengakibatkan banjir.
Tetapi apakah semua itu dapat mengembalikan secara total kesuburan tanah yang telah berangsur akibat polusi globalisasi ?.
Seandainya pohon-pohon itu dapat berbicara kepada kita, tentu dengan
sedih mereka berkata “ jangan musnahkan generasi kami karena kami juga ingin
hidup seribu satu tahun lagi”, tetapi pada kenyataanya perangsuran zaman
perlahan memang terus memaksa kita mengikuti arus yang sebenarnya dapat menjadi
racun bagi kelangsungan hidup penghuni bumi.
Globalisasi membuat kita berusaha menemukan cara hidup yang serba praktis, yang entah kenapa cendrung harus merusak lingkungan sekitar. Sadarkah
bahwa kita hanya menitipkan bekal kehancuran bagi anak, cucu kita?.
Kembali ku tersadar dari lamunan, sudah batang rokok ketiga yang kuhisap, secangkir kopi pun telah habis kuminum. Tetapi, terasa masih belum cukup bahan cerita yang kuperlukan dalam penulisan ini. Perenungan ku sadari tadi rasanya masih mengambang dalam kerangka topik lingkungan hidup secara luas.
Kupikir ada baiknya juga memfokuskan cerita ini terhadap sumber daya alam
dan keadaan lingkungan hidup yang terjadi di negaraku sendiri. Mungkin dengan begitu akan lebih memudahkan aku untuk menemukan sendiri ide cerita.
Sejak mengenal pelajaran sejarah Indonesia di bangku sekolah, memang telah terbiasa ditanamkan kesadaran dalam pikiranku bahwa negara Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Bahkan dengan begitu luasnya wilayah negara Indonesia yang dikelilingi kumpulan pulau-pulau berhutan lebat membuat Indonesia terjuluki sebagai paru-paru dunia.
Lingkungan hidup bangsa Indonesia yang dipandang secara luas tidak lain merupakan wawasan nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi alamiah dan kedudukan strategis yang tinggi nilainya, juga sebagai tempat bangsa Indonesia menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala aspeknya.
(Berbagai imajinasi pikiran-pikiranku ini, dengan sendirinya mengundang opini
intelektualku sebagai seorang mahasiswa).
Setelah mengetahui betapa strategisnya lingkup lingkungan hidup Negara Indonesia, pemanfaatan kekayaan sumber daya alam tentulah harus memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan kelestarian lingkungan.
Dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan bersama serta mencapai kebahagiaan hidup tiap individu, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan secara seksama kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan
Menurutku, arah kebijakan yang harus mulai dilakukan dari sekarang adalah mengelola sumber daya alam dan memelihara sesuai daya dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi, tanpa ada efek samping yang justru lebih membahayakan. Kebijakan dalam globalisasi pembangunan yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, memang harus diarahkan ke pengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan kemajuan teknologi, tetapi tanpa melupakan aspek-aspek lingkungan hidup yang harus terus didayakan keunggulanya secara alami.
Dibalik semua sejarah yang pernah kupelajari itu, kekaguman memang pantas untuk Indonesia, deretan khatulistiwa yang membuat dunia terpikat dengan nusantaraku ini.
"Tetapi apa yang masih terjadi pada bangsaku kini" ?.
...masih ada keraguan yang tidak dapat menjamin bagaimana Indonesia dikemudian hari...
Indonesia, mungkin saja akan terbawa arus globalisasi yang demi kemodernan akan membabat sedikit-demi sedikit hutan yang ada. Bahkan yang sudah terjadi, beberapa kota di Indonesia sudah menjadi persinggahan berkala bencana banjir. Tentu saja itu disebabkan tidak tersedianya lahan untuk menyerap air hujan yang turun.
(Memang aku seorang amatir, pikiranku masih saja terus berterawang ke segala arah, walau masih tetap ku usahakan focus pada inti permasalahan tulisan mengenai sumber daya alam dan lingkungan hidup).
Siapa yang patut bertanggung jawab dengan keadaan lingkungan hidup
yang terjadi di Indonesia ?.“Tentulah semua mahkluk hidup yang menghuni negara ini”.
Tetapi jika yang ditanya “siapakah yang bersalah atas berbagai ketimpangan yang telah terjadi pada lingkungan hidup negara Indonesia”?. Apakah pernyataan mutlak yang pantas untuk menjawab pertanyaan itu?.
Berbagai bencana yang telah terjadi memang lebih sering didalihkan sebagai kuasa sang Maha Esa. Tetapi jika kita mau berterus terang, apakah kita dapat menyadari bahwa bencana yang berhubungan dengan permasalahan lingkungan hidup secara langsung maupun tidak juga berawal dari campur tangan manusia sendiri.
Karena hanya manusia yang dapat berpikir, mengusahakan berbagai cara untuk memanfaatkan alam ini. Bahkan didorong dengan naluri dan nalar kepintaran, manusia pun tidak lepas dari pikiran tamak untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Sedangkan mahkluk hidup lain, dapat diibratkan hanya dapat menerima segala yang telah menjadi kodratnya sebagai mahkluk yang kesempurnaanya di bawah manusia.
Secara gamblang dapat dikatakan, jika manusia tidak secara tamak melakukan penggudulan hutan, mungkin bencana banjir yang sering terjadi dapat berkurang intensitasnya. Pabila manusia tidak menutup mata akan bahaya dari limbah dan pulusi, tentu musebab dari hal-hal tersebut dapat terus diusahakan pencegahanya semaksimal mungkin. Jika menyadari bahwa segala sumber daya alam yang tersedia di bumi ini dapat habis, tentulah pemanfaatanya pun harus dengan memikirkan upaya penghematan yang dapat dilakukan.
Inti untuk mengatasi semua itu adalah tidak ada kata terlambat untuk melestarikan lingkungan hidup negara Indonesia, segala upaya harus benar dilakukan dengan menjaga keberlangsungan lingkungan hidup yang mencakup semua sumber daya yang terkandung, disertai penerapan kebijaksanaan-kebijaksanaan terhadap penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.
Tentulah lembaga-lembaga terkait lebih berperan lagi dalam upaya yang terakhir ini.
Dengan begitu, tujuan utama agar kelestarian lingkungan hidup dapat terus berlanjut ke generasi-generasi berikut bukan hanya impian panjang kita
saja.
(...Seandainya manusia Indonesia sekarang ini benar-benar dapat melimpahkan semua ungkapan terima kasih kita pada alam...)
Laut yang telah tercipta begitu luas dengan segala kekayaan yang terkandung, seakan selalu kekal dan tak akan pernah habis digunakan. Semua itu tetap mustahil karena tidak ada yang abadi di dunia ini. Tetapi, biarkanlah semua berjalan secara alami, tanpa karena sifat serakah kita yang malah mempercepat kemusnahan.
Hutan hanya akan terus lebat dengan kehijauanya apabila kesadaran untuk mengadakan reboisasi terus digalakkan.Jika manusia merasa semua yang ada di alam ini diciptakan untuk terus dimanfaatkan, tentunya harus tetap ada pembatasan yang tidak merusak lingkungan sekitar. Hubungan timbal-balik memang harus terjadi dalam permasalahan ini, dan sebagai mahkluk bernaluri, manusialah yang paling bertanggung jawab terhadap alam ini.
Dalam berbagai perenungan yang kubuat sendiri tadi, entah kenapa
menggugah naluri manusiaku. Marilah kita mengajak diri kita sendiri, yang kemudian seluruh bangsa untuk mengerti dan berjibaku mencari solusi mengatasi masalah lingkungan hidup yang terlanjur melanda bangsa saat ini. Karena perusakan lingkungan hidup yang telah terjadi adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan hayatinya.
Jika lingkungan hidup tidak berfungsi lagi, bukan hanya tidak dapat menunjang pembangunan peradaban manusia secara berkelanjutan, tetapi hasil akhir yang didapat hanyalah kemusnahan kehidupan di dunia yang semakin dipercepat.
Sadarkah kita akan pengrusakan lingkungan hidup yang selama ini telah terjadi seperti penebangan hutan secara liar, polusi air dari limbah industri dan pertambangan, polusi udara di daerah perkotaan, asap dan kabut dari kebakaran hutan, perambahan suaka alam/suaka margasatwa, perburuan liar, perdagangan dan pembasmian hewan liar yang dilindungi, penghancuran terumbu karang, pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju, pembuangan sampah tanpa
pemisahan/pengolahan, dan berbagai masalah pencemaran terbaru di zaman ini. Semua itu karena ulah kita sendiri, yang tanpa disadari secara langsung juga akan berimbas pada diri kita dan mahkluk hidup lainya.
Sudah berjam-jam aku terduduk dengan bebagai imajinasiku. Setengah bungkus rokok bersama secangkir kopi yang menemani pikiranku telah tandas. Aku sepertinya sudah menemukan sebagain besar inti penulisan yang akan kutulis.
Semua pemikiranku tadi akan kembali kurangkai secara runut, yang kemudian menjadi opini-opini pendukung dalam karya tulisku nanti. Mungkin saja masih ada pemikiran-pemikaran lain yang masih perlu kugali dalam imajinasiku. Setiap membuat sebuah karya tulis, aku memang lebih mudah menemukan ide cerita, jika terlebih dahulu mengutarakan berbagai pertanyaan pada diriku sendiri. Apalagi seperti menyangkut masalah tentang lingkungan hidup, adalah topik yang menurutku lingkup dasar sebenarnya mencakup daerah kehidupan pribadi kita sendiri.
Tak sadar udara petang telah berhembus masuk jendela kamarku, panjang waktu hari ini telah sengaja kuhabiskan dengan berpikir dan berimajinasi.
Sepertinya lebih baik lagi jika aku sedikit melepaskan penat otak ku ini. Ku rebahkan
badan di atas kursi yang memang sedikit miring menyangga punggungku, membiarkan kedua mataku beristirahat dengan sedikit terpejam, mungkin dengan begitu aku akan terus terbawa mimpi tentang alam Indonesia di masa depan yang dihuni oleh cucu-cucu ku nanti.
(Semoga di mimpiku nanti, aku melihat mereka yang hidup sejahtera tanpa
melupakan alam yang menaungi kehidupan mereka. Globalisasi yang tidak dapat ditolak, tetap akan merambah bangsa ini, tetapi kemajuan peradaban yang ingin kuimpikan adalah peradaban yang dibangun oleh manusia yang tidak lupa usaha keras manusia terdahulu yang merintisnya).
Ataukah aku dan mungkin segelintir manusia lain bangsa ini diibaratkan masih bermimpi bila suatu waktu nanti anak dan cucu kita dapat mempelajari sejarah, bahwa peradaban maju yang mereka rasakan tidak lepas dari jerih payah manusia terdahulu yang menjaga keseimbangan pembangunan dengan kelestarian lingkungan hidup dan sumber daya alamnya...
" Semoga saja harapan baik yang ingin kuimpikan ini, dapat menjadi
kenyataan ".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar