Selama Tuhan pemilik langit dan bumi masih memberikan kita nafas, dan selama Tuhan yang maha pemberi ilmu masih memberikan kita ilmu pengetahuan, maka janganlah ragu untuk menulis. Tuliskan saja, dan editlah belakangan. Dengan begitu, kamupun menulis tanpa beban. PLONG!. Lega rasanya..
13 Jan 2009
Filosofi kupu-kupu
Berdasarkan pengetahuan ku yang hanya sekedar, aku hanya dapat mengartikan mahkluk ini sebagai hewan yang keunikan utamanya terlihat dari “Metaformosis” , merupakan tahapan proses rumit kehidupanya sebelum menjadi kupu-kupu utuh. Selebihnya, aku hanya dapat membayangkan kupu-kupu dalam perputaran imajinasi yang tak jelas arah. Mungkin saja, Malaikat dan peri-peri cantik di khayangan sana memiliki sepasang sayap, seperti sepasang sayap yang dimiliki kupu-kupu, ah…tidak ada yang dapat memastikanya.
Dengan keanekaragaman bentuk dan sepasang sayapnya, kupu-kupu kunilai sebagai mahkluk kecil yang cantik, dianugerahkan sebagai mahkluk bebas yang dapat terbang sesuka hati, seenaknya hinggap dan menghisap sari manis berbagai bunga demi kelangsungan hidupnya.
Aku pun menyukai kebebasan, menuruti kata hati dan terkadang seenaknya…seperti semboyan yang kerap digandrungi komunitas anak negeri, pemuja grup band SLANK. Sebuah kelompok musik yang juga terinspirasi dari kupu-kupu untuk membuat logo band mereka .
Namun, dalam tulisan ini ada sebuah kisah yang ingin kuceritakan. Waktu itu aku menemukan kisah ini tertoreh di lembaran kertas usang, mungkin tercabik dari kumpulan lembaran-lembaran lain yang awalnya sebuah buku. Sungguh, kisah ini cukup menggugah hati.
Seorang lelaki menemukan kepompong, cikal bakal dari kupu-kupu. Kemudian sampailah pada suatu saat ketika dia melihat munculnya lubang kecil pada kepompong itu. Lelaki itu, kemudian duduk dan mengamati kupu-kupu dalam beberapa waktu yang cukup lama, melihat kupu-kupu berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu.
Akhirnya, kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan, si kupu-kupu telah berusaha semampunya dan dia tidak dapat berusaha lebih jauh lagi. Lelaki itu pun memutuskan untuk membantunya, dengan mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu.
Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayap mengkerut. Terus saja si lelaki mengamatinya karena berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yang mungkin akan berkembang seiring waktu. Semuanya tak pernah terjadi. Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang.
Ehm…cerita yang cukup menggugah bukan?. Tapi, kisah di atas belum mencapai makna yang akan tersampaikan dari cerita ini. Yang sebelumnya, aku sendiri tidak mendapatkan makna apapun sehabis membacanya.
Tapi setelah lebih banyak mencari tahu, akhirnya aku mengerti bahwa dari cerita tersebut terpetik sesuatu dari kebaikan dan ketergesaan si lelaki. Adalah bahwa, dia salah berpikir dan menganggap kepompong yang menghambat perjuangan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil. Kenapa dia tidak berpikir atau mungkin memang dia tidak tahu bahwa hal itu adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu ke dalam sayap-sayapnya, sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut….
Yang kemudian dari cerita itu akhirnya terbit suatu pemahaman berarti dalam benak ku, bisa juga untuk kalian yang juga membaca kisah ini.
Kadang-kadang perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu mungkin melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya kita mampu, atau tidak pernah dapat terbang seperti kupu-kupu yang bebas melanglang buana ke segala tempat. Tapi, kita punya usaha yang dapat membuat kita bertahan hidup.
Yang terpenting adalah permohononan sepenuh hati kita kepada Ilahi, agar jika memberikan kesulitan-kesulitan, dapat membuat kita kuat. Memohon KebijakanNya agar memberi persoalan yang dapat diselesaikan, memohon Kemakmuran padaNya dengan memberikan otak dan tenaga untuk bekerja, memohon Keteguhan hati ketika kita sedang menghadapi mara bahaya agar dapat diatasi.
Saya memohon Cinta dan saya yakin jika Allah memberi saya orang-orang yang salah, agar saya dapat menemukan orang yang benar nantinya. Saya memohon Kemurahan, kebaikan hati dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan. Saya tidak memperoleh yang saya inginkan, tetapi saya mendapatkan segala yang saya butuhkan.
Renungkanlah itu wahai sobat, walau hanya dari kisah seekor “kupu-kupu” kecil, kita sudah dapat menemukan arti kehidupan. Patutlah membuat kita bersyukur karena tercipta sebagai Insan mulia yang dianugerahi Iman, akal dan usaha. Segalanya tergantung dari daya nalar kita untuk menghayati anugerah yang diberikan itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar