Menurutku “Perasaan hati” belum pantas disebut istimewa dan sejati jika belum terasa seperti ini. Dan perasaan seperti ini memang pantas dikatakan sungguh sejati bin ajaib karena keunikanya yang hanya aku sendiri yang dapat merasakanya, meski sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Tapi jika menilisik pendapat orang kebanyakan, pastinya tetap seperti yang sudah-sudah, perasaan ini hanya akan dikatakan sebagai mimpi dari seseorang yang sengaja dibuat-buat karena masih sulit mendapatkan belahan hatinya. Tapi apa yang bisa ku katakan, jika memang seperti ini “perasaan” yang tidak bisa dibohongi dan tidak bisa dipaksakan agar sesuai dengan logika.
Tapi aku akan tetap coba bercerita, seunik apakah perasaan sejati yang kurasakan ini, tanpa memperdulikan bagaimana pendapat orang lain. Karena jika aku masih saja sibuk memikirkan bagaimana pendapat orang lain, hal paling kecil yang ku khawatirkan adalah tulisan ini tidak akan hadir dan itu sama saja mematikan sisi kreatifku yang sedang dalam proses belajar menulis.
Jadi begini, aku tidak pernah berjumpa dengan dia, hanya pernah melihat rupa dari foto wajahnya yang ada di jejaring pertemanan maya. Tapi cukup dari hal itu aku rasanya sudah cukup mengenal dia untuk langsung menghadirkan “perasaan” sejati ini. Ya, hanya sesingkat itu gambaran secara umum bagaimana “perasaan” ku tersebut. Dan seperti yang telah aku katakan, tentu saja anggapan kalian setelah membaca sampai disini adalah, “Perasaan dari seseorang yang terlalu berpikir gampang tentang perasaan hati, masih harus banyak belajar atau sangat mudah menjatuhkan perasaan hati kepada seseorang tanpa memilah-milah terlebih dulu baik dan buruk dari pilihan yang akan dipilih”.
Tapi, seperti juga yang telah saya katakan, itulah “perasaan” yang tidak bisa dikira-kira dan sulit terbaca logika.
Tapi, agar tidak terlalu membuat tulisan ini hanya mengambang pada satu pengertian ‘perasaan” yang sebenarnya sudah sukar dimengerti karena tak terbaca oleh logika, maka saya akan coba menceritakan bagaimana sebenarnya “perasaan” ini secara khusus dan lebih mendetail diserartai alibi tanpa disertai teori ilmiah yang mendukung, melainkan hanya berdasarkan pemikiran dari diri saya yang memiliki hak paten atas “perasaan”. Hak paten yang masih bisa diganggu gugat oleh pendapat lain, tapi tetap saja “perasaan”aku adalah milik ku !!.
Jadi begini, kalau perasaan ini hanya dikatakan “asal jadi’ mungkin ini bukan yang pertama kalinya, karena sudah terlalu sering atau bukan hanya aku sendiri, banyak pemuda-pemuda lainya yang terlebih dahulu menjatuhkan hatinya pada seorang pujaan hati karena alasan penampilan luarnya saja. Tapi tidak untuk cerita yang akan kuceritakan tentang dia ini, dan disitulah letak keunikan perasaan ini.
Menurutku dari apa yang terlebih dahulu terlihat tentang dia adalah tidak ada yang luar biasa, meski bukan berarti rupanya biasa saja. Memang lumrah lisan kita sudah terbiasa mengatakan yang kita pandang adalah hal yang luar biasa jika pertamakali visualisasi kita mengatakan begitu, dan hanya cukup diperlukan logika untuk ini. Tapi bagaimana jika yang kulihat ini hanyalah rupa seorang insan yang penuh kesederhanaan yang akan dianggap biasa saja bagi sebagian besar pendapat orang kebanyakan ?.
Aku perlu lebih dalam memahami isi hatiku sendiri untuk dapat melihat apa yang sebenarnya luar biasa dari rupanya yang biasa secara logika. Meski untuk memahami itu tidak perlu membutuhkan waktu yang lama, aku sudah dapat menemukan jawabanya dalam waktu singkat, ketika melihatnya pertama kali. Satu lagi keunikan “perasaan” itu terlihat disini, misteri pandangan pertama yang tidak bisa terbaca logika.
Lantas seperti yang telah kukatakan sebelumnya, bahwa aku sama sekali belum pernah berjumpa dengan dirinya, segala rupa yang pernah kulihat hanyalah melalui foto-foto yang terpampang di jejaring situs pertemanan dunia maya. Tapi bukan berarti aku juga sama sekali tidak berkomunikasi dengah dia, meski singkat dan tidak secara langsung. Disini juga letak keunikanya!. Aku sudah dapat merasakan sesuatu pada “perasaan”ku dari obrolan-obrolan singkat kami yang secara tidak langsung. Lantas kenapa?. Pasti kalian ingin menertawakan pendapatku ini dan segera aku memberikan alibi yang singkat saja, bahwa disini mengapa ku katakan logika tidak terpakai pada ‘perasaan” sejati ini.
Kali ini aku juga perlu memahami lebih dalam perasaan hatiku akan dia, membaca dan menyimpulkan segalanya dari obrolan singkat yang tidak langsung. Unik bukan? Karena logika tidak terpakai disini…..
Kalian mungkin ingin tahu keunikan-keunikan selanjutnya apa lagi yang akan kuceritakan dari “perasaan” tanpa logikaku ini.
Sebenarnya setelah berpanjang-panjang lebar aku bercerita lewat tulisan ini, ada satu hal yang seharusnya terlebih dulu kuceritakan tapi sengaja kulupakan agar dapat kuceritakan di bagian pertengahan tulisan ini, bahwa aku juga sudah mengungkapkan ‘perasaan” ku tersebut pada dia, dengan cara yang unik tapi masuk dalam logika. Disaat “perasaan” sudah menggebu akhirnya aku mengungkapkan ke dia dengan cara yang tidak langsung, karena secara logika jarak kami memang berjauhan. Masuk logika dalam akal bukan? Masuk akal juga karena ternyata “perasaan” ku juga sangat naas, sudah jatuh tertimpa tangga, sudah jauh ditolak pula. Ungkapan “perasaan” ku di tolak mentah-mentah.
Selanjutnya, jika “perasaan” ini memang hanya “asal jadi” tentu sudah lama aku mundur, bukan secara pelan-pelan tapi dengan langkah cepat, karena sudah jelas-jelas aku ditolak dan seandainya “perasaan” ini “asal jadi” pasti aku tidak akan sampai ambil pusing dengan jawaban dia. Tapi….
Kenapa selanjutnya aku malah terus memikirkan dia, terus mencoba menghubungi dia untuk bertemu, berpikir bagaimana cara agar aku bisa benar-benar mendapatkan dia seutuhnya, merubah sikapku yang mungkin nantinya dapat menarik hatinya, semua yang sudah bercampur antara angan-angan dan kepercayaan pada diri. Tentang dia yang tidak pernah kujumpa, dia yang tidak pernah berkomunikasi secara langsung denganku, apalagi pernah menyimpan memori meski sebentar, dan dia yang jelas-jelas tidak menerimaku. Kenapa ?. Tidak masuk akal juga kan…tidak ada dalam logika yang seperti ini..karena inilah yang kumaksud arti dari “perasaan” sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar