Sebelum dia membaca keseluruhan tulisan ini, terlepas dia perduli atau sebenarnya tidak perduli, aku hanya ingin meyakinkan bahwa aku bukanlah sekedar manusia yang hanya gemar main hati dengan ungkapan syair-syair yang kumengerti sendiri, ini hanya akan terus begini sampai ada kepastian untuk dapat bersua. Dan itu adalah harapan terbesarku yang sampai kini aku tak tahu apa dia akan mengijinkanya, atau mungkin tak kan pernah.
Aku masih bertahan dan sedikitpun belum menyerah, hanya saja aku sudah kehabisan segala kata untuk menulis baris syair apapun. Akhirnya terbukti juga, perasaan hati yang benar-benar dalam akan sulit telukiskan secara lisan. Meski banyak syair yang tercipta dari rasa hati, tapi ada pengecualian untuk perasaanku saat ini..
Ini lebih dikarenakan segalanya terasa sia-sia, apa guna jika segala syair yang tertulis tak terbaca oleh dia, apa daya bila perasaan hati yang diungkapkan tak dianggap sama sekali. Sebenarnya jika mungkin jawabanya memang seperti ini, mungkin juga sudah kutahu dari awal, hanya saja aku rela bertahan meski akhirnya pertanyaan hatiku malah semakin terawang-awang, dan salahkah jika aku terus berusaha untuk mendapatkan jawaban seperti apa yang kuharapkan ?.
Seperti yang sudah-sudah kutuliskan bagaimana semua perasaan ini tak terbaca oleh logika, dan akupun tak tahu mengapa bisa sampai begini. Lantas bukankah perasaan hati memang harus diungkapkan yang kemudian diusahakan dikejar sampai dapat. Lalu dimanakah salahku?.
Jika memang benar “penolakan” yang terjadi, apakah salah jika aku masih berusaha menggapai apa yang diinginkan oleh perasaan hatiku?.
Apakah salah jika aku masih bertahan dan mengupayakan apa yang ku bisa??
“Ini perasaan hati!!! Aku ingin menuruti kata hati!!, mendapatkan belahan hati yang sesuai dengan keinginanku!!, dia yang selama ini terus terbayang-bayang di anganku!!. Atau mungkin lebih pantas jika aku yang menyalahkan dia, kenapa selalu ada dalam pikiranku….tidak bisa seperti itu juga bukan???lantas salah siapa??.
Tentu saja dia bukan pihak yang salah dalam masalah perasaan hatiku ini. Tapi, aku tetap tidak ingin menyalahkan diriku sendiri, karena selama ini aku telah cukup menjadi menusia yang sering merendahkan diri sendiri. Dan tahukah bahwa ternyata sebagian besar pelajaran berharga kudapat dari berbagai kisah pupus yang pernah kualami. Pelajaran untuk semakin memperbaiki tabiat diri tanpa merubah jati diri untuk mencari suatu yang lebih pasti.
Artinya kisah-kisah terdahulu itu yang sekarang aku rasa hanyalah pencarian untuk menemukan satu yang pasti. Karena jika untuk urusan takdir, dari dulu aku selalu percaya. Percaya bahwa Dia Maha penyayang, percaya bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan hambanya, percaya bahwa Dia tahu yang tebaik bagi hambanya. Meskipun aku adalah insan yang tak mampu memahami semuanya, hanya perlahan aku mencoba menarik kesimpulan dari sedikit misteriNya yang sengaja dikuak untuk pembelajaran bagi manusia, pelajaran sederhana yang kuambil dari jalan hidupku sendiri yang telah terjadi hingga sekarang.
Dalam hidup aku yang tak lepas dari dosa, namun sering tak sadar diri untuk terus berteriak minta ini dan itu padaNya. Selalu berkeinginan akan banyak hal yang terkadang bagiku doa bukanlah sebuah kerelaan, tapi rengekan yang terus berbalut keegoan memaksaan keinginan yang ada, meski kesungguhan tetap turut menyertai. Selanjutnya aku yang manusia, terkadang kecewa karena apa yang digariskan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Tapi, ternyata aku salah besar.
Manusia bisa saja berkeinginan tapi tetap Dia yang berkehendak untuk memberikan yang terbaik bagi umatnya. Alhamdullilah jika cita-citaku dulu tidak tercapai, tapi dalam hidup yang sekarang ini aku diberikan yang terbaik untuk aku yang memang seperti ini, atau ada juga yang tidak terjadi secara langsung melainkan perlahan melalui berbagai proses dan rintangan karena itulah cara baik untuk mencapai yang terbaik.
Jadi, dari tulisan ini aku hanya ingin mengungkapkan betapa aku semakin tidak bisa melepas perasaan dan ingatanku terhadap dia, aku juga tidak merasa perasaanku ini adalah sesuatu yang salah. Jika benar dari awal aku sudah ditolak, adalah lumrah dan wajar bagi seorang pejuang terus berusaha untuk kesekian kalinya, selama dikarenakan perasaan tulusku ini malah semakin bertambah yakin bahwa memang dia yang dicari. Pada akhirnya aku tetap manusia yang hanya bisa pasrah dan membiarkan takdirNya yang menentukan segalanya. Aku bisa saja berkeinginan tapi tetap Dia yang berkehendak untuk memberikan yang terbaik bagi ku.
Apakah dia bersedia untuk kuanggap yang terbaik dan dapat menjadi yang terbaik bagiku?. Hanya Allah Yang Maha Tahu.
Tapi ada satu kejujuran yang nantinya khusus ingin kuceritakan pada dia jika boleh aku diijinkan bersua denganya nanti. Bahwa akibat dari perasaan ini, sebenarnya secara tidak langsung dia perlahan menggiringku melalui berbagai proses dan rintangan yang semoga adalah cara yang baik bagiku untuk mencapai yang terbaik. Mungkin perasaan ini dititipkan untuk merubah segala tingkah laku demi jalan hidupku yang lebih baik, meski pda akhirnya aku tidak dapat memilikinya sebagai orang yang terbaik dalam hidupku. Semua terserah dari jawaban dia yang berserah pada garis takdirNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar