Penulis malang, penulisku sayang.
Si manusia malang yang berusaha terus cemerlang,
selalu pandai merangkai kata ketika gamang.
Meski tak harus selalu ada dalam senang,
bukan berarti jadikan dirinya terbelakang.
Terkekang kelam tak pernah jadikan kau garang menerjang nasip hingga berang,
karena tiada guna meludahi takdir dengan caci serapah sembarang,
itu hanya dapat jadi bumerang meski untuk waktu yang tidak sekarang.
Kaupun pandai mengarang dari segala situasi yang sembarang,
asalkan bebas temukan cara untuk lepas dari belenggu kekang,
terbelenggu oleh lisan hingga kau kerap diam dalam nyata yang mengekang.
Dari hal itu kau temukan makna yang membayang,
meski bagi yang lain hanyalah arti yang terbuang.
tapi bagimu, itulah harta yang dapat buat kau terus berkembang.
Kadang tulisanmu penuh arti yang mengagungkan kasih sayang,
meski dalam nyata itu hanya mengawang-awang.
Tulisanmu pun dapat garang,
suka mengerang caci jika ada situasi yang buat kau berang.
Kesimpulanya, kau memang tak pernah lepas dari jiwa sang pembangkang.
Membangkang dari segala norma hidup zaman sekarang,
tentang segala aturan yang kau rasa tak pantas dan lancang,
kaidah yang hanya mengekang ataupun terlalu bebas lepas tali kekang.
Sendu kelabu pernah membatu menjadi pilu untukmu,
karena kau terus menahan sepi hingga tak terperi,
tapi tak pernah membuat karyamu mati,
malah jadi inspirasi yang mengaspirasi diri agar hidup terus dimaknai.
Karena hidup hanya sekali dan tak mungkin selalu begini.
Segalanya tergantung oleh Dia yang kau yakini,
Ilahi maha mengetahui jalan pasti yang suatu saat akan kau temui.
Maka yakinlah semuanya kan hadir pada suatu ketika yang pasti.
Ini hanya cerita tentang kau seperti itu yang kukagumi,
atau tentang dirimu ini juga terbersit sedikit dalam kisahku sendiri.
Bisa juga diantara kalian ada yang sama seperti dia dalam tulisan ini.
Dia, aku atau kita yang kerap berpura-pura terlihat berseri disetiap hari,
namun sebenarnya masih menyimpan asa yang terus dinanti.
Bagaimana agar suatu saat nanti dapat benar-benar berarti,
tidak lagi sendiri dan terkekang dalam sepi,
terus gelisah mencari arti dari segala ujian yang Dia beri,
karena semua memang berawal dari sini,
dan tidak semua orang mengerti akan ini.
Yang menulis ini juga masih kerap berbicara basi tanpa arti dan bukti,
lebih pelik memberi aksi dibandingkan teori dan argumentasi,
tapi setidaknya tulisan ini mengartikan dia yang bukan hanya diam sama sekali.
Penulis malang penulisku sayang,
tetaplah cemerlang dan pandai merangkai kata meski kau selalu dalam gamang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar