Selama Tuhan pemilik langit dan bumi masih memberikan kita nafas, dan selama Tuhan yang maha pemberi ilmu masih memberikan kita ilmu pengetahuan, maka janganlah ragu untuk menulis. Tuliskan saja, dan editlah belakangan. Dengan begitu, kamupun menulis tanpa beban. PLONG!. Lega rasanya..
31 Agu 2009
ku titipkan hidupku kepada Allah...
Betapa bahagianya seorang penyair meski dunia tidak mengatakan itu...
Karena tuntutan dunia lah yang membuat seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya, menampakkan segalanya dengan perasaan meski itu bukan suara hatinya. Dia berperan sebagai orang 'gila' padahal ia cerdas, berperan sebagai pengecut padahal ia berani, berperan bahagia padahal ia menderita. Ia juga dapat berperan sebagai pecinta, yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain.
Penyairlah yang akan mendengar suara kalbu yang terucap dari mulut, merasakan jiwa dan ruh dari tubuh.
Salute buat Penyair yang menulis Syair ini. Tulisanya bijak, karena menyentuh segala aspek dari sastra, roman yang berbalut getir kemudian tak lupa untaian petuah satir.
"Aku hidup bebas, tertawa dan menangis sesuka hatiku. Bebas mengatur langkah-langkahku, mengangkat kepala dan berahasia, serta menulis sesuka hatiku. Aku juga bebas meninggalkan karya-karyaku tanpa harus menyesal. Aku bebas menciptakan tulisan tanpa tergantung pujian dari sastrawan juga tidak tergantung sanjungan dari para 'pembesar'.
Aku katakan, "aku lebih senang hidup terhina dalam pandangan hidup manusia daripada hidup sebagai budak mereka". Aku tak pernah membenci orang yang membenci diriku dan aku mencintai sesuatu bukan disebabkan kecintaan dan kasih sayang orang kepadaku. Aku mencintai manusia karena kemampuan dan ilmu yang ia miliki dan membenci manusia karena kebodohan dan ketidak mampuannya memahami sesuatu.
Kau tahu, inilah salah satu kelemahan jiwaku. Kelemahan yang aku nikmati dan aku kagumi satu-satunya. Dengan hidup seperti ini, aku memperoleh kenikmatan yang luar biasa dan engkau tak akan mampu mengetahui kenikmatan jiwa yang aku peroleh. Kenikmatan yang aku lihat dengan perasaan bahagia, walupun orang mengumpat dan mengutuki aku. Semua hinaan, sumpah serapah yang ditunjukan kepadaku seperti hujan debu yang jatuh dari atas, menempel pada sorbanku dan jatuh ke tanah, lalu ku injak dengan kedua kakiku.
Wahai 'pembesar-pembesar' disekitarku yang hatinya dipenuhi kebaikan-kebaikan dan kesucian. Kalian harusnya berusaha menjadi manusia yang 'cerdas' seperti yang kalian impikan. Mestinya kalian harus bisa menunjukan jati diri kalian, jangan hanya ikut-ikutan. Kalian harus menjernihkan pikiran-pikiran kalian, jangan sampai terbuai oleh cerita-cerita yang tak jelas arahnya. Kalian harus tampil dan mampu menerangi kegelapan hidup dengan sinar hati yang jernih. Kalian harus mampu menciptakan keceriaan dan kebahagiaan jiwa-jiwa manusia.
Mampu mengalirkam jiwa seni pada setiap penyair dan memenuhi hati mereka dengan keanggunan, keelokan dan pendirian teguh, bisa membuat jiwa-jiwa mereka terbang menuju cakrawala yang tinggi, lalu mampu menjelmakan diri mereka dalam bentuk matahari, bulan dan bintang. Untuk mewujudkan sifat-sifat ini, bukan berarti kalian harus aktif di mahkamah penyair untuk menghakimi para penyair yang kalian anggap bersalah tetapi cukup dengan memahami sifat penyair dan kalian tetap menjadi diri kalian sendiri.
Cukup...
ku cukupkan sampai disini perasaan inginku, anganku, perwujudan dari rasa kecewaku.
Aku adalah lelaki malang yang tidak memiliki sesuatupun yang patut untuk di'bangga'kan seperti kalian. Karena itu diam adalah perhiasan sekaligus perisaiku.
Ya, aku bukanlah orang yang bahagia kecuali dalam pandangan dan perkiraan orang lain. Meskipun jiwaku terbuka untuk kalian, tetapi jiwa kalian tertutup untukku. Aku harus menyembunyikan penderitaan-penderitaanku di hadapan kalian, sehingga ratapan dan rintihan kalian lebih banyak terdengar dari ratapanku untuk kalian.
Mungkin ada orang lain melihatku sebagai orang yang memiliki rahmat dan kasih sayang lebih tinggi daripada kalian, padahal aku tidak memerlukan itu semua. Aku menganggap keselamatan, keberhasilan dan ketenangan jiwa ada dalam sikap pasrah dan tawakkal. Hingga aku bisa merasa tenang dengan penderitaan dan kepedihan yang aku alami. Aku tidak iri dan dengki kepada kalian, kecuali menyangka kalian adalah orang yang berbahagia. Aku selalu memohon kepada Allah agar menyelamatkan kalian dari kegalauan dan penderitaan yang aku alami...
ku titipkan hidupku kepada Allah...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar