Langkahku, peluhku,iringi ku gapai cita.
Jarak tertempuh, hanya kiasan nominal angka
Bogor-Jakarta, Kereta bukan masalah.
Panas terik terasa, ngerasa bakalansama.
Mencari arah tujuan hidup (ambisionis).
Tak gentar meski rela...merangkak (ironis praktis).
Jarak bukan halangan,ku kan tetap berjuang.
Warung Jambu menuju Depok tarakhir di Gelanggang samudra ancol.
Bogor -Jakarta Whats up bro.
Yeah. Still hot, What’s up Jakarta
Bogor represented;
1 2 3 jarak dan waktu
Antara mimpi dan angan tetap berpacu
Antara cita-cita yo!, tetap melaju
Menembus pagi kemudian angin malam yang menjadi saksi bisu
Ragam ide kaya visi bentuk satu tujuan...
Aku menantang jakarta bersama lirik Fade 2 Black dan Bondan
Maju menjawab semua bentuk halangan
gue Funkadelic Hip Hop Ritmik, jangan kau usik
Detak setiap nadiku memompa kreasi
Agar setiap mimpi tak terdampar dan mati
Banyak jalan menuju Jakarta meski lebih sering jalan kaki,
itulah fakta
Bogor gak mati hempas tantangan kejar realita...
3 2 1, untuk eksistensi
Pergi jauh-jauh mengejar penuh ambisi
Berjalan dengan susah yang penuh dengan distorsi
Jakarta-Bogor-jakarta kuterjang
Kejar reputasi demi sesuap nasi
Dimana.. aku berada..
Everywhere I stand..
Feels like home..
Selama Tuhan pemilik langit dan bumi masih memberikan kita nafas, dan selama Tuhan yang maha pemberi ilmu masih memberikan kita ilmu pengetahuan, maka janganlah ragu untuk menulis. Tuliskan saja, dan editlah belakangan. Dengan begitu, kamupun menulis tanpa beban. PLONG!. Lega rasanya..
29 Jun 2010
18 Jun 2010
Apa dayaku
Pujaan hati yang ku puja menganggap ku gila karena terlalu memuja dia yang tak memberi asa.
Kau telah menyakiti hati seseorang yang yakin punya rasa melebihi semua yang pernah kau coba.
Dari awal ku mengerti bahwa kau enggan dengan aku yang merasa pasti,
mungkin hanya karena aku memberi arti dengan puisi yang kau anggap tak berarti.
Atau bisa saja aku yqng begini sudah lama kau sabar memendam benci.
Tahukah kau bahwa bisa apakah aku jika rasaku memang seperti ini,
tak bisa berbasa basi meski ada asa yang tersembunyi.
Ku katakan mencintai meski hanya karena feelingku lebih mendominasi.
Kau gadis yang akhirnya memberi jawaban yang sadis,
apakah semiris itu tabiat ku di hadapanmu wahai manis.
Apa dayaku kau jika kau tetap terkenang sebagai pujaan hati yang `pernah ingin kuraih.
Terimaksih karena pernah membuat hari-hatiku bahagia dengan cukup membayangkanmu.
selamat tinggal.
Kau telah menyakiti hati seseorang yang yakin punya rasa melebihi semua yang pernah kau coba.
Dari awal ku mengerti bahwa kau enggan dengan aku yang merasa pasti,
mungkin hanya karena aku memberi arti dengan puisi yang kau anggap tak berarti.
Atau bisa saja aku yqng begini sudah lama kau sabar memendam benci.
Tahukah kau bahwa bisa apakah aku jika rasaku memang seperti ini,
tak bisa berbasa basi meski ada asa yang tersembunyi.
Ku katakan mencintai meski hanya karena feelingku lebih mendominasi.
Kau gadis yang akhirnya memberi jawaban yang sadis,
apakah semiris itu tabiat ku di hadapanmu wahai manis.
Apa dayaku kau jika kau tetap terkenang sebagai pujaan hati yang `pernah ingin kuraih.
Terimaksih karena pernah membuat hari-hatiku bahagia dengan cukup membayangkanmu.
selamat tinggal.
15 Jun 2010
Semua terserah dari jawaban dia yang berserah pada garis takdirNya.
Sebelum dia membaca keseluruhan tulisan ini, terlepas dia perduli atau sebenarnya tidak perduli, aku hanya ingin meyakinkan bahwa aku bukanlah sekedar manusia yang hanya gemar main hati dengan ungkapan syair-syair yang kumengerti sendiri, ini hanya akan terus begini sampai ada kepastian untuk dapat bersua. Dan itu adalah harapan terbesarku yang sampai kini aku tak tahu apa dia akan mengijinkanya, atau mungkin tak kan pernah.
Aku masih bertahan dan sedikitpun belum menyerah, hanya saja aku sudah kehabisan segala kata untuk menulis baris syair apapun. Akhirnya terbukti juga, perasaan hati yang benar-benar dalam akan sulit telukiskan secara lisan. Meski banyak syair yang tercipta dari rasa hati, tapi ada pengecualian untuk perasaanku saat ini..
Ini lebih dikarenakan segalanya terasa sia-sia, apa guna jika segala syair yang tertulis tak terbaca oleh dia, apa daya bila perasaan hati yang diungkapkan tak dianggap sama sekali. Sebenarnya jika mungkin jawabanya memang seperti ini, mungkin juga sudah kutahu dari awal, hanya saja aku rela bertahan meski akhirnya pertanyaan hatiku malah semakin terawang-awang, dan salahkah jika aku terus berusaha untuk mendapatkan jawaban seperti apa yang kuharapkan ?.
Seperti yang sudah-sudah kutuliskan bagaimana semua perasaan ini tak terbaca oleh logika, dan akupun tak tahu mengapa bisa sampai begini. Lantas bukankah perasaan hati memang harus diungkapkan yang kemudian diusahakan dikejar sampai dapat. Lalu dimanakah salahku?.
Jika memang benar “penolakan” yang terjadi, apakah salah jika aku masih berusaha menggapai apa yang diinginkan oleh perasaan hatiku?.
Apakah salah jika aku masih bertahan dan mengupayakan apa yang ku bisa??
“Ini perasaan hati!!! Aku ingin menuruti kata hati!!, mendapatkan belahan hati yang sesuai dengan keinginanku!!, dia yang selama ini terus terbayang-bayang di anganku!!. Atau mungkin lebih pantas jika aku yang menyalahkan dia, kenapa selalu ada dalam pikiranku….tidak bisa seperti itu juga bukan???lantas salah siapa??.
Tentu saja dia bukan pihak yang salah dalam masalah perasaan hatiku ini. Tapi, aku tetap tidak ingin menyalahkan diriku sendiri, karena selama ini aku telah cukup menjadi menusia yang sering merendahkan diri sendiri. Dan tahukah bahwa ternyata sebagian besar pelajaran berharga kudapat dari berbagai kisah pupus yang pernah kualami. Pelajaran untuk semakin memperbaiki tabiat diri tanpa merubah jati diri untuk mencari suatu yang lebih pasti.
Artinya kisah-kisah terdahulu itu yang sekarang aku rasa hanyalah pencarian untuk menemukan satu yang pasti. Karena jika untuk urusan takdir, dari dulu aku selalu percaya. Percaya bahwa Dia Maha penyayang, percaya bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan hambanya, percaya bahwa Dia tahu yang tebaik bagi hambanya. Meskipun aku adalah insan yang tak mampu memahami semuanya, hanya perlahan aku mencoba menarik kesimpulan dari sedikit misteriNya yang sengaja dikuak untuk pembelajaran bagi manusia, pelajaran sederhana yang kuambil dari jalan hidupku sendiri yang telah terjadi hingga sekarang.
Dalam hidup aku yang tak lepas dari dosa, namun sering tak sadar diri untuk terus berteriak minta ini dan itu padaNya. Selalu berkeinginan akan banyak hal yang terkadang bagiku doa bukanlah sebuah kerelaan, tapi rengekan yang terus berbalut keegoan memaksaan keinginan yang ada, meski kesungguhan tetap turut menyertai. Selanjutnya aku yang manusia, terkadang kecewa karena apa yang digariskan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Tapi, ternyata aku salah besar.
Manusia bisa saja berkeinginan tapi tetap Dia yang berkehendak untuk memberikan yang terbaik bagi umatnya. Alhamdullilah jika cita-citaku dulu tidak tercapai, tapi dalam hidup yang sekarang ini aku diberikan yang terbaik untuk aku yang memang seperti ini, atau ada juga yang tidak terjadi secara langsung melainkan perlahan melalui berbagai proses dan rintangan karena itulah cara baik untuk mencapai yang terbaik.
Jadi, dari tulisan ini aku hanya ingin mengungkapkan betapa aku semakin tidak bisa melepas perasaan dan ingatanku terhadap dia, aku juga tidak merasa perasaanku ini adalah sesuatu yang salah. Jika benar dari awal aku sudah ditolak, adalah lumrah dan wajar bagi seorang pejuang terus berusaha untuk kesekian kalinya, selama dikarenakan perasaan tulusku ini malah semakin bertambah yakin bahwa memang dia yang dicari. Pada akhirnya aku tetap manusia yang hanya bisa pasrah dan membiarkan takdirNya yang menentukan segalanya. Aku bisa saja berkeinginan tapi tetap Dia yang berkehendak untuk memberikan yang terbaik bagi ku.
Apakah dia bersedia untuk kuanggap yang terbaik dan dapat menjadi yang terbaik bagiku?. Hanya Allah Yang Maha Tahu.
Tapi ada satu kejujuran yang nantinya khusus ingin kuceritakan pada dia jika boleh aku diijinkan bersua denganya nanti. Bahwa akibat dari perasaan ini, sebenarnya secara tidak langsung dia perlahan menggiringku melalui berbagai proses dan rintangan yang semoga adalah cara yang baik bagiku untuk mencapai yang terbaik. Mungkin perasaan ini dititipkan untuk merubah segala tingkah laku demi jalan hidupku yang lebih baik, meski pda akhirnya aku tidak dapat memilikinya sebagai orang yang terbaik dalam hidupku. Semua terserah dari jawaban dia yang berserah pada garis takdirNya.
Aku masih bertahan dan sedikitpun belum menyerah, hanya saja aku sudah kehabisan segala kata untuk menulis baris syair apapun. Akhirnya terbukti juga, perasaan hati yang benar-benar dalam akan sulit telukiskan secara lisan. Meski banyak syair yang tercipta dari rasa hati, tapi ada pengecualian untuk perasaanku saat ini..
Ini lebih dikarenakan segalanya terasa sia-sia, apa guna jika segala syair yang tertulis tak terbaca oleh dia, apa daya bila perasaan hati yang diungkapkan tak dianggap sama sekali. Sebenarnya jika mungkin jawabanya memang seperti ini, mungkin juga sudah kutahu dari awal, hanya saja aku rela bertahan meski akhirnya pertanyaan hatiku malah semakin terawang-awang, dan salahkah jika aku terus berusaha untuk mendapatkan jawaban seperti apa yang kuharapkan ?.
Seperti yang sudah-sudah kutuliskan bagaimana semua perasaan ini tak terbaca oleh logika, dan akupun tak tahu mengapa bisa sampai begini. Lantas bukankah perasaan hati memang harus diungkapkan yang kemudian diusahakan dikejar sampai dapat. Lalu dimanakah salahku?.
Jika memang benar “penolakan” yang terjadi, apakah salah jika aku masih berusaha menggapai apa yang diinginkan oleh perasaan hatiku?.
Apakah salah jika aku masih bertahan dan mengupayakan apa yang ku bisa??
“Ini perasaan hati!!! Aku ingin menuruti kata hati!!, mendapatkan belahan hati yang sesuai dengan keinginanku!!, dia yang selama ini terus terbayang-bayang di anganku!!. Atau mungkin lebih pantas jika aku yang menyalahkan dia, kenapa selalu ada dalam pikiranku….tidak bisa seperti itu juga bukan???lantas salah siapa??.
Tentu saja dia bukan pihak yang salah dalam masalah perasaan hatiku ini. Tapi, aku tetap tidak ingin menyalahkan diriku sendiri, karena selama ini aku telah cukup menjadi menusia yang sering merendahkan diri sendiri. Dan tahukah bahwa ternyata sebagian besar pelajaran berharga kudapat dari berbagai kisah pupus yang pernah kualami. Pelajaran untuk semakin memperbaiki tabiat diri tanpa merubah jati diri untuk mencari suatu yang lebih pasti.
Artinya kisah-kisah terdahulu itu yang sekarang aku rasa hanyalah pencarian untuk menemukan satu yang pasti. Karena jika untuk urusan takdir, dari dulu aku selalu percaya. Percaya bahwa Dia Maha penyayang, percaya bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan hambanya, percaya bahwa Dia tahu yang tebaik bagi hambanya. Meskipun aku adalah insan yang tak mampu memahami semuanya, hanya perlahan aku mencoba menarik kesimpulan dari sedikit misteriNya yang sengaja dikuak untuk pembelajaran bagi manusia, pelajaran sederhana yang kuambil dari jalan hidupku sendiri yang telah terjadi hingga sekarang.
Dalam hidup aku yang tak lepas dari dosa, namun sering tak sadar diri untuk terus berteriak minta ini dan itu padaNya. Selalu berkeinginan akan banyak hal yang terkadang bagiku doa bukanlah sebuah kerelaan, tapi rengekan yang terus berbalut keegoan memaksaan keinginan yang ada, meski kesungguhan tetap turut menyertai. Selanjutnya aku yang manusia, terkadang kecewa karena apa yang digariskan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Tapi, ternyata aku salah besar.
Manusia bisa saja berkeinginan tapi tetap Dia yang berkehendak untuk memberikan yang terbaik bagi umatnya. Alhamdullilah jika cita-citaku dulu tidak tercapai, tapi dalam hidup yang sekarang ini aku diberikan yang terbaik untuk aku yang memang seperti ini, atau ada juga yang tidak terjadi secara langsung melainkan perlahan melalui berbagai proses dan rintangan karena itulah cara baik untuk mencapai yang terbaik.
Jadi, dari tulisan ini aku hanya ingin mengungkapkan betapa aku semakin tidak bisa melepas perasaan dan ingatanku terhadap dia, aku juga tidak merasa perasaanku ini adalah sesuatu yang salah. Jika benar dari awal aku sudah ditolak, adalah lumrah dan wajar bagi seorang pejuang terus berusaha untuk kesekian kalinya, selama dikarenakan perasaan tulusku ini malah semakin bertambah yakin bahwa memang dia yang dicari. Pada akhirnya aku tetap manusia yang hanya bisa pasrah dan membiarkan takdirNya yang menentukan segalanya. Aku bisa saja berkeinginan tapi tetap Dia yang berkehendak untuk memberikan yang terbaik bagi ku.
Apakah dia bersedia untuk kuanggap yang terbaik dan dapat menjadi yang terbaik bagiku?. Hanya Allah Yang Maha Tahu.
Tapi ada satu kejujuran yang nantinya khusus ingin kuceritakan pada dia jika boleh aku diijinkan bersua denganya nanti. Bahwa akibat dari perasaan ini, sebenarnya secara tidak langsung dia perlahan menggiringku melalui berbagai proses dan rintangan yang semoga adalah cara yang baik bagiku untuk mencapai yang terbaik. Mungkin perasaan ini dititipkan untuk merubah segala tingkah laku demi jalan hidupku yang lebih baik, meski pda akhirnya aku tidak dapat memilikinya sebagai orang yang terbaik dalam hidupku. Semua terserah dari jawaban dia yang berserah pada garis takdirNya.
11 Jun 2010
bunggo kambang
Den pandang bunggo nan sadang kambang
alah denai pupuk ondeh jo kasih sayang
denai baharo’ lambe’ jo lamo
ka denai ambi’ nan kapamenan
Tumbuah lah tumbuah bungo di jambang,
Kini lah badaun, onde alah baputik.
Denai meragak bungo nan kambang,
Bungo cinto dihati putih.
Kumbang babega,
Datang mandayo,
Bungo nan hanyo den pandang sajo.
Adiak mandayo denai taharo,
Raso katangan lapeh jadinyo.
Maraga’ bungo kambang,
Patah malang nan jadi,
Ramuk hati den mama’,
ka baa juo……
alah denai pupuk ondeh jo kasih sayang
denai baharo’ lambe’ jo lamo
ka denai ambi’ nan kapamenan
Tumbuah lah tumbuah bungo di jambang,
Kini lah badaun, onde alah baputik.
Denai meragak bungo nan kambang,
Bungo cinto dihati putih.
Kumbang babega,
Datang mandayo,
Bungo nan hanyo den pandang sajo.
Adiak mandayo denai taharo,
Raso katangan lapeh jadinyo.
Maraga’ bungo kambang,
Patah malang nan jadi,
Ramuk hati den mama’,
ka baa juo……
10 Jun 2010
kasih bunda yang sejati
Dengarlah semua kalian yang merupakan anak dari seorang bunda,
sembilan bulan sepuluh hari bunda kalian mengandung di badan diri.
Sakit dan senang bunda tanggungkan sendiri,
demi sebuah harapan akan anak belahan diri.
Padamu bunda, kami bersimpuh sebagai anak yang berbudi.
mewakili ampun beribu ampun kami dan sanak saudara yang turut kau kasihi.
Kami anakmu belahan diri,dari kecil hingga dewasa bunda asuh dengan kasih sejati,
begitu sayang bunda kepada kami meski terkadang kami tetap tak tau diri..
Tuhan, inilah kisah nyata kasih sayang bunda yang telah Kau kodrati,
hingga sampai kapanpun dendang tentang bunda akan tetap selalu sama seperti ini.
Dari yang punya nama besar hingga berjiwa kerdil kenal arti kasih bunda yang sejati.
Entah priyayi atau pencuri tetap mengerti kasih bunda akan abadi.
Syair seorang anak manusia yang jauh dari bunda yang dikasihi.
Kemana badan kan dibawa jika bunda yang jauh hanya dapat dekat di hati.
Tak ada tempat untuk bergantung dan berlindung selain meratapi diri.
Sungguh terasa betapa penting arti kasih bunda yang sejati.
sembilan bulan sepuluh hari bunda kalian mengandung di badan diri.
Sakit dan senang bunda tanggungkan sendiri,
demi sebuah harapan akan anak belahan diri.
Padamu bunda, kami bersimpuh sebagai anak yang berbudi.
mewakili ampun beribu ampun kami dan sanak saudara yang turut kau kasihi.
Kami anakmu belahan diri,dari kecil hingga dewasa bunda asuh dengan kasih sejati,
begitu sayang bunda kepada kami meski terkadang kami tetap tak tau diri..
Tuhan, inilah kisah nyata kasih sayang bunda yang telah Kau kodrati,
hingga sampai kapanpun dendang tentang bunda akan tetap selalu sama seperti ini.
Dari yang punya nama besar hingga berjiwa kerdil kenal arti kasih bunda yang sejati.
Entah priyayi atau pencuri tetap mengerti kasih bunda akan abadi.
Syair seorang anak manusia yang jauh dari bunda yang dikasihi.
Kemana badan kan dibawa jika bunda yang jauh hanya dapat dekat di hati.
Tak ada tempat untuk bergantung dan berlindung selain meratapi diri.
Sungguh terasa betapa penting arti kasih bunda yang sejati.
8 Jun 2010
Perasaan Sejati Tanpa Logika
Menurutku “Perasaan hati” belum pantas disebut istimewa dan sejati jika belum terasa seperti ini. Dan perasaan seperti ini memang pantas dikatakan sungguh sejati bin ajaib karena keunikanya yang hanya aku sendiri yang dapat merasakanya, meski sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Tapi jika menilisik pendapat orang kebanyakan, pastinya tetap seperti yang sudah-sudah, perasaan ini hanya akan dikatakan sebagai mimpi dari seseorang yang sengaja dibuat-buat karena masih sulit mendapatkan belahan hatinya. Tapi apa yang bisa ku katakan, jika memang seperti ini “perasaan” yang tidak bisa dibohongi dan tidak bisa dipaksakan agar sesuai dengan logika.
Tapi aku akan tetap coba bercerita, seunik apakah perasaan sejati yang kurasakan ini, tanpa memperdulikan bagaimana pendapat orang lain. Karena jika aku masih saja sibuk memikirkan bagaimana pendapat orang lain, hal paling kecil yang ku khawatirkan adalah tulisan ini tidak akan hadir dan itu sama saja mematikan sisi kreatifku yang sedang dalam proses belajar menulis.
Jadi begini, aku tidak pernah berjumpa dengan dia, hanya pernah melihat rupa dari foto wajahnya yang ada di jejaring pertemanan maya. Tapi cukup dari hal itu aku rasanya sudah cukup mengenal dia untuk langsung menghadirkan “perasaan” sejati ini. Ya, hanya sesingkat itu gambaran secara umum bagaimana “perasaan” ku tersebut. Dan seperti yang telah aku katakan, tentu saja anggapan kalian setelah membaca sampai disini adalah, “Perasaan dari seseorang yang terlalu berpikir gampang tentang perasaan hati, masih harus banyak belajar atau sangat mudah menjatuhkan perasaan hati kepada seseorang tanpa memilah-milah terlebih dulu baik dan buruk dari pilihan yang akan dipilih”.
Tapi, seperti juga yang telah saya katakan, itulah “perasaan” yang tidak bisa dikira-kira dan sulit terbaca logika.
Tapi, agar tidak terlalu membuat tulisan ini hanya mengambang pada satu pengertian ‘perasaan” yang sebenarnya sudah sukar dimengerti karena tak terbaca oleh logika, maka saya akan coba menceritakan bagaimana sebenarnya “perasaan” ini secara khusus dan lebih mendetail diserartai alibi tanpa disertai teori ilmiah yang mendukung, melainkan hanya berdasarkan pemikiran dari diri saya yang memiliki hak paten atas “perasaan”. Hak paten yang masih bisa diganggu gugat oleh pendapat lain, tapi tetap saja “perasaan”aku adalah milik ku !!.
Jadi begini, kalau perasaan ini hanya dikatakan “asal jadi’ mungkin ini bukan yang pertama kalinya, karena sudah terlalu sering atau bukan hanya aku sendiri, banyak pemuda-pemuda lainya yang terlebih dahulu menjatuhkan hatinya pada seorang pujaan hati karena alasan penampilan luarnya saja. Tapi tidak untuk cerita yang akan kuceritakan tentang dia ini, dan disitulah letak keunikan perasaan ini.
Menurutku dari apa yang terlebih dahulu terlihat tentang dia adalah tidak ada yang luar biasa, meski bukan berarti rupanya biasa saja. Memang lumrah lisan kita sudah terbiasa mengatakan yang kita pandang adalah hal yang luar biasa jika pertamakali visualisasi kita mengatakan begitu, dan hanya cukup diperlukan logika untuk ini. Tapi bagaimana jika yang kulihat ini hanyalah rupa seorang insan yang penuh kesederhanaan yang akan dianggap biasa saja bagi sebagian besar pendapat orang kebanyakan ?.
Aku perlu lebih dalam memahami isi hatiku sendiri untuk dapat melihat apa yang sebenarnya luar biasa dari rupanya yang biasa secara logika. Meski untuk memahami itu tidak perlu membutuhkan waktu yang lama, aku sudah dapat menemukan jawabanya dalam waktu singkat, ketika melihatnya pertama kali. Satu lagi keunikan “perasaan” itu terlihat disini, misteri pandangan pertama yang tidak bisa terbaca logika.
Lantas seperti yang telah kukatakan sebelumnya, bahwa aku sama sekali belum pernah berjumpa dengan dirinya, segala rupa yang pernah kulihat hanyalah melalui foto-foto yang terpampang di jejaring situs pertemanan dunia maya. Tapi bukan berarti aku juga sama sekali tidak berkomunikasi dengah dia, meski singkat dan tidak secara langsung. Disini juga letak keunikanya!. Aku sudah dapat merasakan sesuatu pada “perasaan”ku dari obrolan-obrolan singkat kami yang secara tidak langsung. Lantas kenapa?. Pasti kalian ingin menertawakan pendapatku ini dan segera aku memberikan alibi yang singkat saja, bahwa disini mengapa ku katakan logika tidak terpakai pada ‘perasaan” sejati ini.
Kali ini aku juga perlu memahami lebih dalam perasaan hatiku akan dia, membaca dan menyimpulkan segalanya dari obrolan singkat yang tidak langsung. Unik bukan? Karena logika tidak terpakai disini…..
Kalian mungkin ingin tahu keunikan-keunikan selanjutnya apa lagi yang akan kuceritakan dari “perasaan” tanpa logikaku ini.
Sebenarnya setelah berpanjang-panjang lebar aku bercerita lewat tulisan ini, ada satu hal yang seharusnya terlebih dulu kuceritakan tapi sengaja kulupakan agar dapat kuceritakan di bagian pertengahan tulisan ini, bahwa aku juga sudah mengungkapkan ‘perasaan” ku tersebut pada dia, dengan cara yang unik tapi masuk dalam logika. Disaat “perasaan” sudah menggebu akhirnya aku mengungkapkan ke dia dengan cara yang tidak langsung, karena secara logika jarak kami memang berjauhan. Masuk logika dalam akal bukan? Masuk akal juga karena ternyata “perasaan” ku juga sangat naas, sudah jatuh tertimpa tangga, sudah jauh ditolak pula. Ungkapan “perasaan” ku di tolak mentah-mentah.
Selanjutnya, jika “perasaan” ini memang hanya “asal jadi” tentu sudah lama aku mundur, bukan secara pelan-pelan tapi dengan langkah cepat, karena sudah jelas-jelas aku ditolak dan seandainya “perasaan” ini “asal jadi” pasti aku tidak akan sampai ambil pusing dengan jawaban dia. Tapi….
Kenapa selanjutnya aku malah terus memikirkan dia, terus mencoba menghubungi dia untuk bertemu, berpikir bagaimana cara agar aku bisa benar-benar mendapatkan dia seutuhnya, merubah sikapku yang mungkin nantinya dapat menarik hatinya, semua yang sudah bercampur antara angan-angan dan kepercayaan pada diri. Tentang dia yang tidak pernah kujumpa, dia yang tidak pernah berkomunikasi secara langsung denganku, apalagi pernah menyimpan memori meski sebentar, dan dia yang jelas-jelas tidak menerimaku. Kenapa ?. Tidak masuk akal juga kan…tidak ada dalam logika yang seperti ini..karena inilah yang kumaksud arti dari “perasaan” sejati.
Tapi aku akan tetap coba bercerita, seunik apakah perasaan sejati yang kurasakan ini, tanpa memperdulikan bagaimana pendapat orang lain. Karena jika aku masih saja sibuk memikirkan bagaimana pendapat orang lain, hal paling kecil yang ku khawatirkan adalah tulisan ini tidak akan hadir dan itu sama saja mematikan sisi kreatifku yang sedang dalam proses belajar menulis.
Jadi begini, aku tidak pernah berjumpa dengan dia, hanya pernah melihat rupa dari foto wajahnya yang ada di jejaring pertemanan maya. Tapi cukup dari hal itu aku rasanya sudah cukup mengenal dia untuk langsung menghadirkan “perasaan” sejati ini. Ya, hanya sesingkat itu gambaran secara umum bagaimana “perasaan” ku tersebut. Dan seperti yang telah aku katakan, tentu saja anggapan kalian setelah membaca sampai disini adalah, “Perasaan dari seseorang yang terlalu berpikir gampang tentang perasaan hati, masih harus banyak belajar atau sangat mudah menjatuhkan perasaan hati kepada seseorang tanpa memilah-milah terlebih dulu baik dan buruk dari pilihan yang akan dipilih”.
Tapi, seperti juga yang telah saya katakan, itulah “perasaan” yang tidak bisa dikira-kira dan sulit terbaca logika.
Tapi, agar tidak terlalu membuat tulisan ini hanya mengambang pada satu pengertian ‘perasaan” yang sebenarnya sudah sukar dimengerti karena tak terbaca oleh logika, maka saya akan coba menceritakan bagaimana sebenarnya “perasaan” ini secara khusus dan lebih mendetail diserartai alibi tanpa disertai teori ilmiah yang mendukung, melainkan hanya berdasarkan pemikiran dari diri saya yang memiliki hak paten atas “perasaan”. Hak paten yang masih bisa diganggu gugat oleh pendapat lain, tapi tetap saja “perasaan”aku adalah milik ku !!.
Jadi begini, kalau perasaan ini hanya dikatakan “asal jadi’ mungkin ini bukan yang pertama kalinya, karena sudah terlalu sering atau bukan hanya aku sendiri, banyak pemuda-pemuda lainya yang terlebih dahulu menjatuhkan hatinya pada seorang pujaan hati karena alasan penampilan luarnya saja. Tapi tidak untuk cerita yang akan kuceritakan tentang dia ini, dan disitulah letak keunikan perasaan ini.
Menurutku dari apa yang terlebih dahulu terlihat tentang dia adalah tidak ada yang luar biasa, meski bukan berarti rupanya biasa saja. Memang lumrah lisan kita sudah terbiasa mengatakan yang kita pandang adalah hal yang luar biasa jika pertamakali visualisasi kita mengatakan begitu, dan hanya cukup diperlukan logika untuk ini. Tapi bagaimana jika yang kulihat ini hanyalah rupa seorang insan yang penuh kesederhanaan yang akan dianggap biasa saja bagi sebagian besar pendapat orang kebanyakan ?.
Aku perlu lebih dalam memahami isi hatiku sendiri untuk dapat melihat apa yang sebenarnya luar biasa dari rupanya yang biasa secara logika. Meski untuk memahami itu tidak perlu membutuhkan waktu yang lama, aku sudah dapat menemukan jawabanya dalam waktu singkat, ketika melihatnya pertama kali. Satu lagi keunikan “perasaan” itu terlihat disini, misteri pandangan pertama yang tidak bisa terbaca logika.
Lantas seperti yang telah kukatakan sebelumnya, bahwa aku sama sekali belum pernah berjumpa dengan dirinya, segala rupa yang pernah kulihat hanyalah melalui foto-foto yang terpampang di jejaring situs pertemanan dunia maya. Tapi bukan berarti aku juga sama sekali tidak berkomunikasi dengah dia, meski singkat dan tidak secara langsung. Disini juga letak keunikanya!. Aku sudah dapat merasakan sesuatu pada “perasaan”ku dari obrolan-obrolan singkat kami yang secara tidak langsung. Lantas kenapa?. Pasti kalian ingin menertawakan pendapatku ini dan segera aku memberikan alibi yang singkat saja, bahwa disini mengapa ku katakan logika tidak terpakai pada ‘perasaan” sejati ini.
Kali ini aku juga perlu memahami lebih dalam perasaan hatiku akan dia, membaca dan menyimpulkan segalanya dari obrolan singkat yang tidak langsung. Unik bukan? Karena logika tidak terpakai disini…..
Kalian mungkin ingin tahu keunikan-keunikan selanjutnya apa lagi yang akan kuceritakan dari “perasaan” tanpa logikaku ini.
Sebenarnya setelah berpanjang-panjang lebar aku bercerita lewat tulisan ini, ada satu hal yang seharusnya terlebih dulu kuceritakan tapi sengaja kulupakan agar dapat kuceritakan di bagian pertengahan tulisan ini, bahwa aku juga sudah mengungkapkan ‘perasaan” ku tersebut pada dia, dengan cara yang unik tapi masuk dalam logika. Disaat “perasaan” sudah menggebu akhirnya aku mengungkapkan ke dia dengan cara yang tidak langsung, karena secara logika jarak kami memang berjauhan. Masuk logika dalam akal bukan? Masuk akal juga karena ternyata “perasaan” ku juga sangat naas, sudah jatuh tertimpa tangga, sudah jauh ditolak pula. Ungkapan “perasaan” ku di tolak mentah-mentah.
Selanjutnya, jika “perasaan” ini memang hanya “asal jadi” tentu sudah lama aku mundur, bukan secara pelan-pelan tapi dengan langkah cepat, karena sudah jelas-jelas aku ditolak dan seandainya “perasaan” ini “asal jadi” pasti aku tidak akan sampai ambil pusing dengan jawaban dia. Tapi….
Kenapa selanjutnya aku malah terus memikirkan dia, terus mencoba menghubungi dia untuk bertemu, berpikir bagaimana cara agar aku bisa benar-benar mendapatkan dia seutuhnya, merubah sikapku yang mungkin nantinya dapat menarik hatinya, semua yang sudah bercampur antara angan-angan dan kepercayaan pada diri. Tentang dia yang tidak pernah kujumpa, dia yang tidak pernah berkomunikasi secara langsung denganku, apalagi pernah menyimpan memori meski sebentar, dan dia yang jelas-jelas tidak menerimaku. Kenapa ?. Tidak masuk akal juga kan…tidak ada dalam logika yang seperti ini..karena inilah yang kumaksud arti dari “perasaan” sejati.
6 Jun 2010
Anak pedagang kaki lima
Kejadian ini sebenarnya sudah sering kulihat, semenjak aku mulai bekerja di daerah ibu kota. Lokasi tempat tinggalku yang cukup jauh mengharuskan aku menggunakan sarana transportasi kereta api untuk menuju tempat kerja. Secara umum masyarakat di kota ini pasti sudah tahu bagaimana hiruk pikuk aktifitas pagi para pekerja yang biasa berangkat kerja menggunakan transportasi kereta api, dan saya termasuk salah satu orang yang sudah terbiasa dengan hal tersebut. Apakah kalian ingin tahu kejadian apa yang ingin saya ceritakan dalam tulisan ini. Sebenarnya mungkin hanya hal sepele dan biasa saja, tidak ada arti apa-apa bagi kalian yang sudah terbiasa dengan situasi dan kondisi ibu kota ini. Tapi tidak bagi saya, untuk itu saya menulisnya.
Setiap keluar dari pintu stasiun kota, kita pasti banyak menjumpai banyak pedagang kaki lima yang menjajakan aneka rupa dagangan mereka dengan berbagai cara. Sebagian dari kalian pasti sudah sangat memakluminya, karena itu juga hanya sebagian dari aktifitas mencari nafkah sekelompok masyarakat kecil yang hidup di kota ini. Tapi tidak bagi saya, saya mempunyai kesan yang berbeda setiap melihat para pedagang kaki lima.
Pada suatu ketika, masih di sekitar pintu keluar stasiun kota. Di pinggiran jalan itu, tempat para pedagang kaki lima menjajakan dagangan mereka. Mataku tertuju pada seorang anak kecil, dia duduk di hamparan terpal yang ukuranya tidak terlalu lebar. Sedangkan ibunya tampak sedang merapikan dagangan-daganganya di hamparan terpal tersebut. Tingkah anak kecil itu selayak anak seusianya, di raut wajahnya yang lugu terlihat keceriaan, sedangkan ibunya terlihat sibuk mempersiapkan dagangan yang akan dijajakan. Pagi ini sinar matahari cukup terik menyinari mereka yang tanpa diteduhi apapun.
Sesekali anak itu bicara pada ibunya, mungkin karena sibuk si ibu seperti tidak terlalu mengacuhkan tapi dia masih memberikan senyum pada anaknya. Itu sudah cukup membuat si anak senang dan dia kembali sibuk dengan dunianya sendiri. Saya melihat kejadian itu dari jauh dan tiba-tiba ikut tersenyum. Itu hanya kejadian sepintas, bisa saja dikatakan mengandung sedikit arti tentang seorang ibu pedagang kaki lima dan anaknya, tapi ada sesuatu yang lain saya rasakan dari kejadian itu. Pikiran saya terbayang-bayang ke kajadian masa lampau yang pernah saya alami.
Kedua orang tua saya hingga sekarang masih mencari nafkah dengan cara yang tidak jauh beda dengan si Ibu tadi. Saya juga adalah seorang anak dari pedagang kaki lima, dan dengan itu mereka menghidupi kami sekeluarga sampai sekarang. Meski sudah sangat lama kedua orang tua saya tidak lagi menjadi pedagang kaki lima di kota ini, tapi mereka tetap pedagang kecil. Mereka pernah merasakan bagaimana hidup sebagai pedagang kaki lima di kota besar ini. Jadi wajarlah jika selalu ada kesan yang berbeda pada diri saya jika melihat para pedagang kaki lima.
Saya pernah mengalami kejadian yang hampir sama persis seperti anak kecil tadi, duduk manis di tempat ibu saya menghamparkan dagangan yang akan dijualnya. Biasanya ibu berjualan dari pagi hingga petang, dan saya turut bersama ibu saya. Di usia saya waktu itu belum saatnya untuk masuk sekolah, sedangkan di rumah hanya ibu seorang yang merawat saya, jadi tidak ada cara lain selain saya ikut ibu berjualan di pasar. Kejadian itu terjadi setiap hari karena itulah kehidupan saya sebagai anak dari pedagang kaki lima, jadi pantas jika sangat terekam dalam ingatan saya.
Sedari kecil saya sudah biasa dengan suka duka kehidupan keluarga pedagang kaki lima, sering membaca dari raut wajah ibu sedari pagi hingga petang apabila daganganya sepi dari pembeli. Tapi jarang bahkan mungkin tidak pernah ibu menunjukkan keluhanya secara langsung pada saya, mungkin karna waktu itu usia saya masih kanak-kanak yang dianggap belum mengerti apa-apa. Meskipun ternyata justru pristiwa masa kanak-kanak saya seperti itu yang kemudian terekam, teringat kembali apabila saya melihat hal-hal yang hampir mirip di masa sekarang ini.
Cerita ini mungkin memang hal yang sepele tidak berkesan apa-apa, tapi pantaslah tidak bagi saya. Karena setiap orang pastinya menyimpan kisah yang berbeda, dan tanpa dipengerahui pendapat orang lain setiap kisah itu tentu ada yang mempengaruhi kehidupan mereka masing-masing. Apapun itu….
Lantas bagaimanakah seorang anak pedagang kaki lima melihat kehidupan para pedagang kaki lima di kota besar ini, yang sering tidak jelas akan nasip dan kelanjutan aktifitas mereka dalam mencari nafkah ?. Mereka sering dikejar-kejar petugas karena dianggap tak disiplin dan melanggar aturan, mereka sering juga mendapat kekerasan karena anggapan tersebut. Alasan mereka sederhana “Kami hanya cari makani”.
Tentu saja saya miris dan terharu karena saya adalah anak dari pedagang kaki lima. Dan saya yang anak dari pedagang kaki lima ini Alhamdullilah juga bisa bersekolah, hinga kalau boleh memberikan pendapat……
“Hal paling penting dari peraturan adalah harus dipahami oleh orang yang diberi aturan, dan dapatkah peraturan itu dipahami jika yang diatur juga bingung karena kadang peraturan itu bisa lemah dan kuat tergantung dari sikon tertentu. Diantara mereka akhirnya harus selalu sigap mensiasati sikon, hingga menjadi cerdik dan licik dalam hidup yang sebenarnya sudah susah. Ada juga sebagian dari mereka tetap nurut dan manut, terlalu jujur untuk licik hingga kalah dan akhirnya hidup jadi makin susah. Lantas apa yang bisa mereka perbuat ??, dan siapa yang sebenarnya yang salah…???”.
Setiap keluar dari pintu stasiun kota, kita pasti banyak menjumpai banyak pedagang kaki lima yang menjajakan aneka rupa dagangan mereka dengan berbagai cara. Sebagian dari kalian pasti sudah sangat memakluminya, karena itu juga hanya sebagian dari aktifitas mencari nafkah sekelompok masyarakat kecil yang hidup di kota ini. Tapi tidak bagi saya, saya mempunyai kesan yang berbeda setiap melihat para pedagang kaki lima.
Pada suatu ketika, masih di sekitar pintu keluar stasiun kota. Di pinggiran jalan itu, tempat para pedagang kaki lima menjajakan dagangan mereka. Mataku tertuju pada seorang anak kecil, dia duduk di hamparan terpal yang ukuranya tidak terlalu lebar. Sedangkan ibunya tampak sedang merapikan dagangan-daganganya di hamparan terpal tersebut. Tingkah anak kecil itu selayak anak seusianya, di raut wajahnya yang lugu terlihat keceriaan, sedangkan ibunya terlihat sibuk mempersiapkan dagangan yang akan dijajakan. Pagi ini sinar matahari cukup terik menyinari mereka yang tanpa diteduhi apapun.
Sesekali anak itu bicara pada ibunya, mungkin karena sibuk si ibu seperti tidak terlalu mengacuhkan tapi dia masih memberikan senyum pada anaknya. Itu sudah cukup membuat si anak senang dan dia kembali sibuk dengan dunianya sendiri. Saya melihat kejadian itu dari jauh dan tiba-tiba ikut tersenyum. Itu hanya kejadian sepintas, bisa saja dikatakan mengandung sedikit arti tentang seorang ibu pedagang kaki lima dan anaknya, tapi ada sesuatu yang lain saya rasakan dari kejadian itu. Pikiran saya terbayang-bayang ke kajadian masa lampau yang pernah saya alami.
Kedua orang tua saya hingga sekarang masih mencari nafkah dengan cara yang tidak jauh beda dengan si Ibu tadi. Saya juga adalah seorang anak dari pedagang kaki lima, dan dengan itu mereka menghidupi kami sekeluarga sampai sekarang. Meski sudah sangat lama kedua orang tua saya tidak lagi menjadi pedagang kaki lima di kota ini, tapi mereka tetap pedagang kecil. Mereka pernah merasakan bagaimana hidup sebagai pedagang kaki lima di kota besar ini. Jadi wajarlah jika selalu ada kesan yang berbeda pada diri saya jika melihat para pedagang kaki lima.
Saya pernah mengalami kejadian yang hampir sama persis seperti anak kecil tadi, duduk manis di tempat ibu saya menghamparkan dagangan yang akan dijualnya. Biasanya ibu berjualan dari pagi hingga petang, dan saya turut bersama ibu saya. Di usia saya waktu itu belum saatnya untuk masuk sekolah, sedangkan di rumah hanya ibu seorang yang merawat saya, jadi tidak ada cara lain selain saya ikut ibu berjualan di pasar. Kejadian itu terjadi setiap hari karena itulah kehidupan saya sebagai anak dari pedagang kaki lima, jadi pantas jika sangat terekam dalam ingatan saya.
Sedari kecil saya sudah biasa dengan suka duka kehidupan keluarga pedagang kaki lima, sering membaca dari raut wajah ibu sedari pagi hingga petang apabila daganganya sepi dari pembeli. Tapi jarang bahkan mungkin tidak pernah ibu menunjukkan keluhanya secara langsung pada saya, mungkin karna waktu itu usia saya masih kanak-kanak yang dianggap belum mengerti apa-apa. Meskipun ternyata justru pristiwa masa kanak-kanak saya seperti itu yang kemudian terekam, teringat kembali apabila saya melihat hal-hal yang hampir mirip di masa sekarang ini.
Cerita ini mungkin memang hal yang sepele tidak berkesan apa-apa, tapi pantaslah tidak bagi saya. Karena setiap orang pastinya menyimpan kisah yang berbeda, dan tanpa dipengerahui pendapat orang lain setiap kisah itu tentu ada yang mempengaruhi kehidupan mereka masing-masing. Apapun itu….
Lantas bagaimanakah seorang anak pedagang kaki lima melihat kehidupan para pedagang kaki lima di kota besar ini, yang sering tidak jelas akan nasip dan kelanjutan aktifitas mereka dalam mencari nafkah ?. Mereka sering dikejar-kejar petugas karena dianggap tak disiplin dan melanggar aturan, mereka sering juga mendapat kekerasan karena anggapan tersebut. Alasan mereka sederhana “Kami hanya cari makani”.
Tentu saja saya miris dan terharu karena saya adalah anak dari pedagang kaki lima. Dan saya yang anak dari pedagang kaki lima ini Alhamdullilah juga bisa bersekolah, hinga kalau boleh memberikan pendapat……
“Hal paling penting dari peraturan adalah harus dipahami oleh orang yang diberi aturan, dan dapatkah peraturan itu dipahami jika yang diatur juga bingung karena kadang peraturan itu bisa lemah dan kuat tergantung dari sikon tertentu. Diantara mereka akhirnya harus selalu sigap mensiasati sikon, hingga menjadi cerdik dan licik dalam hidup yang sebenarnya sudah susah. Ada juga sebagian dari mereka tetap nurut dan manut, terlalu jujur untuk licik hingga kalah dan akhirnya hidup jadi makin susah. Lantas apa yang bisa mereka perbuat ??, dan siapa yang sebenarnya yang salah…???”.
4 Jun 2010
Salute for ahmad dhani
Ahmad dhani adalah musisi paling kontroversi di negeri ini, karena yang lainya masih jarang atau enggan untuk berambisi serta berego tinggi, mungkin karena mereka takut atau tidak mau pamor mereka mati.
Tapi bagi kami yang tidak segelintir, justru itu yang membuat kami menganggap dhani sebagai idola kami. Karena kontroversi yang dia ciptakan, egois serta ambisius yang banyak orang katakan, pada akhirnya adalah hal yang dapat dhani tepis secara cerdas, kemudian pada akhirnya sangkaan-sangkaan mereka itu tampias dengan sendirinya.
Yang saya tahu, dia selalu menang karena apapun yang dia lakukan pastinya setelah melalui pemikiran dia sebagai sosok yang bukan sembarang.
Saya mengidolakan ahmad dhani secara alami, terutama bukan karena lagu tapi sosoknya, meski saya rasa tidak ada cela untuk setiap karya yang telah dia hasilkan, semuanya menciptakan inspirasi bagi kami.
Dhani dapat ciptakan syair atau bernyanyi dengan makna yang benar-benar berisi tentang isi hati, cinta sejati atau hati yang tersakiti, dhani juga sumber inspirasi bagi musisi lain, atau sekedar senandung santai namun benar-benar dapat menjadi penghibur hati, bahkan ada juga kritisi pada sekelompok orang yang coba menghancurkan negeri ini.
Setidaknya apa yang saya utarakan itu hanya sedikit dari banyaknya karya yang telah dia ciptakan semenjak Dewa 19. Masih banyak sekali, hanya saya tidak sanggup coba mengutarakanya semuanya lewat kata-kata yang coba berpuisi.
Dan saya disini sebagai seorang anak muda yang coba mengikuti langkahnya, meski masih beribu langkah yang harus saya daki. Apalagi mungkin saya sama sekali tidak punya bakat seperti apa yang dia miliki.
Tapi bagi kami yang tidak segelintir, justru itu yang membuat kami menganggap dhani sebagai idola kami. Karena kontroversi yang dia ciptakan, egois serta ambisius yang banyak orang katakan, pada akhirnya adalah hal yang dapat dhani tepis secara cerdas, kemudian pada akhirnya sangkaan-sangkaan mereka itu tampias dengan sendirinya.
Yang saya tahu, dia selalu menang karena apapun yang dia lakukan pastinya setelah melalui pemikiran dia sebagai sosok yang bukan sembarang.
Saya mengidolakan ahmad dhani secara alami, terutama bukan karena lagu tapi sosoknya, meski saya rasa tidak ada cela untuk setiap karya yang telah dia hasilkan, semuanya menciptakan inspirasi bagi kami.
Dhani dapat ciptakan syair atau bernyanyi dengan makna yang benar-benar berisi tentang isi hati, cinta sejati atau hati yang tersakiti, dhani juga sumber inspirasi bagi musisi lain, atau sekedar senandung santai namun benar-benar dapat menjadi penghibur hati, bahkan ada juga kritisi pada sekelompok orang yang coba menghancurkan negeri ini.
Setidaknya apa yang saya utarakan itu hanya sedikit dari banyaknya karya yang telah dia ciptakan semenjak Dewa 19. Masih banyak sekali, hanya saya tidak sanggup coba mengutarakanya semuanya lewat kata-kata yang coba berpuisi.
Dan saya disini sebagai seorang anak muda yang coba mengikuti langkahnya, meski masih beribu langkah yang harus saya daki. Apalagi mungkin saya sama sekali tidak punya bakat seperti apa yang dia miliki.
Belum ada yang pantas kupanggil dinda
Jauh dari pangkuan Ayah dan Bunda,
tinggalkan banyak orang yang tercinta,
Seharusnya di sana aku selalu mendapat bahagia,
Tapi rela disini bagai tersiksa.
Kubawa hati yang sedih tertahan ini meski bertambah luka.
Belum ada yang pantas kupanggil dinda,
Malang rasa cinta yang ada,
Karena aku hanyalah orang biasa,
Cinta yang sebenarnya,
Ternyata hanyalah rupa dan harta.
tinggalkan banyak orang yang tercinta,
Seharusnya di sana aku selalu mendapat bahagia,
Tapi rela disini bagai tersiksa.
Kubawa hati yang sedih tertahan ini meski bertambah luka.
Belum ada yang pantas kupanggil dinda,
Malang rasa cinta yang ada,
Karena aku hanyalah orang biasa,
Cinta yang sebenarnya,
Ternyata hanyalah rupa dan harta.
bertanya ke diri
Ya Allah,
Ampunilah hambamu ini,
apa daya tak dapat menyesali suratan takdir yang telah terjadi.
Hati ini pedih seperti tersayat sembilu,
mimpi-mimpiku terbang jauh memancing pilu,
terkadang putus asa yang menambah ambigu.
Lantas aku bertanya ke diri,
Untuk apa tercipta jantung dan hatiku,
jika tak ada yang dapat menerima adanya diriku ini.
Kubisikkan pada diriku,
Siapa gerangan yang ihklas menerima titipan rindu di hati.
Dari luar hanya keceriaan yang bergejolak,
Tapi isi batinku luka.
Sengaja kusembunyikan agar tak tampak,
Hingga saatnya aku tak sanggup lagi menahan duka.
Adakah yang mendengar syair malang ini,
Setidaknya Dialah Yang Maha Mendengar.
Ampunilah hambamu ini,
apa daya tak dapat menyesali suratan takdir yang telah terjadi.
Hati ini pedih seperti tersayat sembilu,
mimpi-mimpiku terbang jauh memancing pilu,
terkadang putus asa yang menambah ambigu.
Lantas aku bertanya ke diri,
Untuk apa tercipta jantung dan hatiku,
jika tak ada yang dapat menerima adanya diriku ini.
Kubisikkan pada diriku,
Siapa gerangan yang ihklas menerima titipan rindu di hati.
Dari luar hanya keceriaan yang bergejolak,
Tapi isi batinku luka.
Sengaja kusembunyikan agar tak tampak,
Hingga saatnya aku tak sanggup lagi menahan duka.
Adakah yang mendengar syair malang ini,
Setidaknya Dialah Yang Maha Mendengar.
3 Jun 2010
kujelang hari dengan isi pikiranku sendiri
Seperti biasa kujelang hari dengan isi pikiranku sendiri,
menuangkan segala ungkapan kata hati dalam bentuk syair-syair ini.
dan masih tak ada yang patut kuceritakan secara berlebih disini.
Karena masih banyak kesan-kesan yang patut disesali,
Lantas apa kau masih ingin mendengar guratan isi hati ini,
jika kau sendiri tak kan mau mengerti seperti apa sebenarnya aku ini.
Seperti biasa aku akan pergi bersama imajinasiku sendiri,
membuktikan bahwa benar hidup bisa berawal dari mimpi.
Membiarkan anggapan bahwa aku mencari sensasi dan cendrung kontroversi,
yang sebenarnya aku benci segala kehidupan yang menuntut gengsi.
Biarkanlah segalanya terjadi secara alami meski dalam dimensi yang tak pasti.
Layaknya hitam yang tak pernah lepas dari putih menyeliputi,
kau hanya tahu rasanya terjatuh setelah dapat bangun lagi,
tak ada yang dapat menemukan pemahaman sebelum menemukan apa yang perlu dipahami.
Setidaknya masih punya hati untuk menjalani kehidupan ini secara bernurani.
menuangkan segala ungkapan kata hati dalam bentuk syair-syair ini.
dan masih tak ada yang patut kuceritakan secara berlebih disini.
Karena masih banyak kesan-kesan yang patut disesali,
Lantas apa kau masih ingin mendengar guratan isi hati ini,
jika kau sendiri tak kan mau mengerti seperti apa sebenarnya aku ini.
Seperti biasa aku akan pergi bersama imajinasiku sendiri,
membuktikan bahwa benar hidup bisa berawal dari mimpi.
Membiarkan anggapan bahwa aku mencari sensasi dan cendrung kontroversi,
yang sebenarnya aku benci segala kehidupan yang menuntut gengsi.
Biarkanlah segalanya terjadi secara alami meski dalam dimensi yang tak pasti.
Layaknya hitam yang tak pernah lepas dari putih menyeliputi,
kau hanya tahu rasanya terjatuh setelah dapat bangun lagi,
tak ada yang dapat menemukan pemahaman sebelum menemukan apa yang perlu dipahami.
Setidaknya masih punya hati untuk menjalani kehidupan ini secara bernurani.
Syair buat sobatku Mr.J
Woi sobat, dengarlah kisah yang kubuat tentang diriku sendiri
Kujadikan lirik sumbang, hanya sekedar ingin berdendang.
Ini bukan syair yang berisi kata-kata sayang,
tapi tembang tentang aku yang selalu riang
dan persetan dengan kata malang.
Aku tidak perlu harta yang bergelimang,
Karena cukup dengan aku yang sekarang,
sudah kudapat apa yang bisa buat senang-senang.
Tak perlu pusing memikirkan masa depan yang terhadang,
itu semua belum tentu datang,
karena kau tak pernah tahu jika hidupmu hanya yang sekarang.
Jadi senang-senang saja dengan apa yang bisa buatmu riang.
Untuk kalian yang diseberang….
Persetan jika aku dianggap jalang,
Aku tak perduli dianggap serampang.
Yang jelas, kalian hanya ngoceh sembarang.
Menghakimi secara gampang apa yang belum jelas tergamblang.
Lirik ini adalah luapan emosi untuk kalian yang pantas mendapat berang.
Kalian bersumbunyi dalam krama yang diresapi secara remang,
Gemar berkhotbah tentang makna yang kalian sendiri masih centang perenang.
Kalian rajin sembahyang tapi dimataku dosa kalian makin tergenang.
Karena yang dipahami hanya arti yang masih melayang-layang.
Sudahlah, disini aku bukan ingin mencari perang..
meski aku senang mencaci kalian yang pantas mendapat berang.
Biarlah aku hidup dalam duniaku yang dianggap gamang,
Tapi aku senang, bersyukur dan selalu jadi pemenang.
Kujadikan lirik sumbang, hanya sekedar ingin berdendang.
Ini bukan syair yang berisi kata-kata sayang,
tapi tembang tentang aku yang selalu riang
dan persetan dengan kata malang.
Aku tidak perlu harta yang bergelimang,
Karena cukup dengan aku yang sekarang,
sudah kudapat apa yang bisa buat senang-senang.
Tak perlu pusing memikirkan masa depan yang terhadang,
itu semua belum tentu datang,
karena kau tak pernah tahu jika hidupmu hanya yang sekarang.
Jadi senang-senang saja dengan apa yang bisa buatmu riang.
Untuk kalian yang diseberang….
Persetan jika aku dianggap jalang,
Aku tak perduli dianggap serampang.
Yang jelas, kalian hanya ngoceh sembarang.
Menghakimi secara gampang apa yang belum jelas tergamblang.
Lirik ini adalah luapan emosi untuk kalian yang pantas mendapat berang.
Kalian bersumbunyi dalam krama yang diresapi secara remang,
Gemar berkhotbah tentang makna yang kalian sendiri masih centang perenang.
Kalian rajin sembahyang tapi dimataku dosa kalian makin tergenang.
Karena yang dipahami hanya arti yang masih melayang-layang.
Sudahlah, disini aku bukan ingin mencari perang..
meski aku senang mencaci kalian yang pantas mendapat berang.
Biarlah aku hidup dalam duniaku yang dianggap gamang,
Tapi aku senang, bersyukur dan selalu jadi pemenang.
Flores tanah keduaku
Ini negeriku yang keindahanya tak lekang oleh waktu,
macam ragam budaya berpadu menjadi bangsa yang satu,
beraneka istiadat tapi kami bisa membaur dan bersatu.
Dari sabang sampai merauke negeri kami berjajar pulau-pulau,
alamnya kaya dan terkenal sejak masa lampau.
Syair ini bukan dongeng nusantara dulu,
tapi kenyataan yang masih membuat negara lain terpukau.
Dan ada yang ingin kusampaikan lewat syair ini, kawanku…
bahwa diantara banyaknya pulau-pulau indah di negeriku,
terselip daerah kami yang ada di ujung timur negeriku.
Itulah tanah pulau flores yang keindahanya terlalu,
Meski terpencil dan jarang ada yang tahu.
Tanah kami yang juga menyimpan kekayaan alam sejak dulu,
Istiadat kami turut berlaku mempersembahkan keragaman bangsaku.
Di tanah rantau ini kami nyanyikan lagu,
tentang tanah kami yang akan teringat selalu.
Pulau Flores pulau nusa bunga,
Tempat kelahiran kami bersaudara.
Tak kan pernah terlupa, walau sekarang jauh berada.
Yeah, di pulau flores itu juga ada kota kami tercinta…
Dalam lirik ini akan kukisahkan kota kami yang dingin bajawa.
Listen to me….
Bajawa kota kami memang suhunya cool,
Engga’ heran cewenya juga pada belaga’ cool.
Tapi karena Bajawa kota kami yang tempatnya strategis,
Maka engga’ heran cewe-cewenya juga manis-manis.
Meskipun kota kami engga’ ada pantai,
Tapi anak-anak mudanya tetap santai.
Kami bukan so’ ataupun sombong,…
Bajawa juga benteng tempat kami pemuda-pemuda ganteng.
Bajawa kota mini yang unik tempat cewe-cewe cantik.
Sekali lagi,….
Kota kami bajawa juga klasik,
Maka engga’ heran orang-orangnya pada asyik-asyik.
Betu..betu..betu…
macam ragam budaya berpadu menjadi bangsa yang satu,
beraneka istiadat tapi kami bisa membaur dan bersatu.
Dari sabang sampai merauke negeri kami berjajar pulau-pulau,
alamnya kaya dan terkenal sejak masa lampau.
Syair ini bukan dongeng nusantara dulu,
tapi kenyataan yang masih membuat negara lain terpukau.
Dan ada yang ingin kusampaikan lewat syair ini, kawanku…
bahwa diantara banyaknya pulau-pulau indah di negeriku,
terselip daerah kami yang ada di ujung timur negeriku.
Itulah tanah pulau flores yang keindahanya terlalu,
Meski terpencil dan jarang ada yang tahu.
Tanah kami yang juga menyimpan kekayaan alam sejak dulu,
Istiadat kami turut berlaku mempersembahkan keragaman bangsaku.
Di tanah rantau ini kami nyanyikan lagu,
tentang tanah kami yang akan teringat selalu.
Pulau Flores pulau nusa bunga,
Tempat kelahiran kami bersaudara.
Tak kan pernah terlupa, walau sekarang jauh berada.
Yeah, di pulau flores itu juga ada kota kami tercinta…
Dalam lirik ini akan kukisahkan kota kami yang dingin bajawa.
Listen to me….
Bajawa kota kami memang suhunya cool,
Engga’ heran cewenya juga pada belaga’ cool.
Tapi karena Bajawa kota kami yang tempatnya strategis,
Maka engga’ heran cewe-cewenya juga manis-manis.
Meskipun kota kami engga’ ada pantai,
Tapi anak-anak mudanya tetap santai.
Kami bukan so’ ataupun sombong,…
Bajawa juga benteng tempat kami pemuda-pemuda ganteng.
Bajawa kota mini yang unik tempat cewe-cewe cantik.
Sekali lagi,….
Kota kami bajawa juga klasik,
Maka engga’ heran orang-orangnya pada asyik-asyik.
Betu..betu..betu…
mengagungkan mimpi dan isi hati, haruslah ditebus dengan duka peri.
Kadang terbagun dipagi hari, ketika membuka mata…
Aku merasa hari ini akan sama seperti hari yang lalu.
Tidak ada yang berubah
Kemudian tertegun dihati ini, seketika membaca doa…
agar satu asa ini bukan menjadi lara hati yang enggan berlalu.
hendak ada yang berubah
Aku masih berapi melawan rasa hati yang diliputi sepi,
menanti takdir sekaligus keadilan dari Dia Yang Maha Memberi.
Aku tersisih tapi bertahan karena mengerti Dia yang tahu pasti.
Apakah gerangan yang akan terjadi nanti,
Sebegitu burukah nasip memperlakukan aku ini.
Ibuku mungkin menangis demi anaknya,
tetapi aku disini tetap berusaha menghibur hati yang lara,
berusaha melakukan apa yang dapat membuat bangga,
lelah bertahan tapi aku akan terus berusaha,
semoga yang sudah terjadi hanya sementara.
Untuk urusan hati temaram memang selalu menyeliputi,
tapi aku tetap tegar dan mengambil hikmat yang terjadi.
Karena aku masih punya cita-cita dan cinta yang benar-benar sejati.
Meski ternyata dengan mengagungkan mimpi dan isi hati,
haruslah ditebus dengan duka peri.
Aku merasa hari ini akan sama seperti hari yang lalu.
Tidak ada yang berubah
Kemudian tertegun dihati ini, seketika membaca doa…
agar satu asa ini bukan menjadi lara hati yang enggan berlalu.
hendak ada yang berubah
Aku masih berapi melawan rasa hati yang diliputi sepi,
menanti takdir sekaligus keadilan dari Dia Yang Maha Memberi.
Aku tersisih tapi bertahan karena mengerti Dia yang tahu pasti.
Apakah gerangan yang akan terjadi nanti,
Sebegitu burukah nasip memperlakukan aku ini.
Ibuku mungkin menangis demi anaknya,
tetapi aku disini tetap berusaha menghibur hati yang lara,
berusaha melakukan apa yang dapat membuat bangga,
lelah bertahan tapi aku akan terus berusaha,
semoga yang sudah terjadi hanya sementara.
Untuk urusan hati temaram memang selalu menyeliputi,
tapi aku tetap tegar dan mengambil hikmat yang terjadi.
Karena aku masih punya cita-cita dan cinta yang benar-benar sejati.
Meski ternyata dengan mengagungkan mimpi dan isi hati,
haruslah ditebus dengan duka peri.
Langganan:
Postingan (Atom)