Jika kau hanya bisa menangis di hati, maka lakukanlah. Mungkin itu lebih pantas untuk jiwa seorang lelaki yang tak boleh berderai air mata. Tapi, jika memang kesedihan itu sudah tak terbendung untuk menumpahkan air matamu yang tak tertahan, maka menangislah. Namun, janganlah kau menangis sebagai seorang lelaki yang cengeng.
Tapi, perkara apa yang hingga dapat membuatmu benar-benar sedih wahai sobat ?. Katakanlah pada kami....
Bukankah untuk masalah kehidupan ini kau sudah begitu kebal, kau yang selalu tegar untuk nestapa yang bukan hanya sekali datang menghadang, kau yang kami tahu adalah orang yang selalu berusaha bangkit setelah terjatuh untuk kesekian kali. Tak pernah kami melihat kau berkeluh kesah apabila sedang dirundung masalah, meski kami tahu itu karena tabiatmu yang lebih ingin sendiri ketika bergelut dengan duka. Tapi apa yang kami katakan ini memang benar, rasanya selama ini kau cukup tangguh dalam hidup.
Kalau begitu hanya tinggal tersisa satu kemungkinan lagi tentang apa sebenarnya yang membuatmu benar-benar sedih sekarang ini. Itu pasti adalah karena masalah perasaan hati, karena kau sudah tidak sanggup menahan kekecewaan yang mendalam terhadap perkara cintamu yang kerap bertepuk sebelah tangan. Benar kan sobat ?.
Tapi jika hal itu juga bukan, lantas kenapa?. Ceritakanlah...
Wahai kawan, terimalah rasa terima kasihku ini. Sebagai orang yang kuanggap teman, kalian begitu tulus ingin berbagi. Ingin turut merasakan kesedihan yang kurasakan kini. Untuk itu baiklah, aku akan coba menjawab semuanya. Kenapa bisa sampai begini yang terjadi padaku.
Aku mungkin tidak setegar yang kalian kira, kerap masalah kehidupan yang terjadi menghempasku bersama duka yang berkepanjangan. Sebagai manusia biasa, aku pastinya pernah terpuruk, pernah terjatuh dan rasanya sudah tak sanggup lagi untuk kembali bangkit. Tapi jika aku dianggap tegar, itu sebenarnya karena kalian yang membuatku menjadi orang yang tangguh. Kalianlah para sahabatku, yang selalu memberikan motivasi untuk jangan pernah menyerah pada nestapa. Kalian yang membuat aku selalu mensukuri segala apa yang diberikan olehNya, entah itu senang maupun duka. Itu semua karena kalian sahabat terkasih yang mengasihiku.
Kalian para sahabat yang begitu mengenalku, hingga tahu bahwa aku sering dikecewakan dengan perasaan hati yang kerap bertepuk sebelah tangan. Aku yang sering kalian lihat bermuram durja, karena hanya bisa menjadi pencuri hati dalam sunyi. Aku memang pernah terjatuh pada kesedihan yang mendalam karena masalah itu. Tapi sahabat, bukan hal itu yang menjadi alasan sekarang ini aku bersedih hati, sama sekali bukan.
Lantas kalian masih ingin tahu yang sebenarnya?.
Meski aku lelaki, aku juga bisa menangis. Apalagi jika kesedihan ini sudah begitu menahun hingga tak sanggup lagi kutahan derai air mata. Puncak kesedihan ini terjadi di dalam shalatku siang tadi, berawal dari perasaan yang sudah tak sanggup lagi menahan penyesalan sebagai manusia hina yang penuh dosa.
Aku selalu berusaha untuk dapat menjadi manusia yang berarti di hadapaNya melalui segala tingkah laku yang kuperbuat di tempat hidupku ini. Tetapi kenapa harapanku tersebut seperti tidak berbading dengan upayaku.
Jika hal itu diandaikan bahwa jiwaku ini selalu ingin berusaha untuk bersih dalam menjalani hidup, tapi kenapa selalu saja aku kembali terjatuh ke kubangan lumpur yang sama. Sedangkan tu bukan jalan diharuskan bagi kita umatNya. Dan jika sudah begitu apalah arti janji pada diri yang pernah kubuat sendiri.
Dia memang maha pemaaf, tapi kesedihan ini telah mendalam karena aku sendiri yang tidak dapat memaafkan diriku dengan segala penyesalan yang selalu datang terlambat. Aku bersedih karena ini bukan masalah remeh, sobat. Meski kerap dianggap sepele oleh kita sebagai manusia yang lemah.
Segalanya bermula dari racun yang sedikit, kemudian berakit-rakit menggerogoti sarafku untuk tidak dapat melepaskanya, meski sebenarnya aku sudah tahu racun tetaplah racun. Aku terus saja nekat maka pantaslah ini semakin mendekat, jadi kebiasaan meski belum berujung pada sakit-sakit. Seharusnya aku sadar nantinya akan lebih parah, jika sudah melekat pekat dalam darah dan perlahan mengerat sekujur tubuh. Karena itulah Dia Yang Maha Penyayang begitu mengharamkan umatnya menyentuh walau secuil benda laknat dengan racunya yang tersamar itu. Tapi kenapa aku masih saja begitu bodoh untuk tidak menghiraukan apa yang telah jelas dikatakanNya.
Aku juga begitu menyayangiNya hingga tetap berusaha mengingatNya dengan melakukan kewajibanNya yang lima. Tapi apakah itu sudah benar jika aku masih saja tetap tidak lepas dari racun yang diharamkanNya. Begitu bodoh diriku ini!!!! yang terus saja berakhir dengan penyesalan, tapi tidak pernah sungguh-sungguh berubah.
Wahai kawan, jadi Inilah masalah yang membuat hatiku benar-benar sedih. sekarang ini. Bukanlah perkara yang sepele karena menyangkut pertanggung jawaban hidup matiku padaNya. Dan masalah ini yang sebenarnya menjadi berperan menjadi runutan terhadap perkara lain seperti kehidupan dan cintaku yang selalu berantakkan. Dia Yang Maha Kuasa tentunya memberikan apa yang sepantasNya kuterima. Jika aku masih begini, sudah pasti akan seperti ini yang kudapat. Karena takdirNya, segala yang telah terbalur bisa saja menjadi babak belur, hancur dan luntur.
Wahai sobat, sebagai manusia kita memang mempunyai dosa dan sisi kelam, tapi aku menangisi diriku sendiri sebagai manusia yang begitu mudah digempur, terbentur kemudian mundur dengan penyesalan. Dari tulisan inipun dapat terbaca bahwa akupun tetap kerap berpetuah, terlantur dengan segala daya upayaku yang selalu ingin berubah ke arah yang lebih baik. Tapi semua itu tidak akan dapat membawa mujur. jika aku masih tetap menajdi manusia yang bersyukur, kemudian terbentur, kembali bertafakur,....selalu begitu-.....
Aku sedih menangisi kebodohanku........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar