Kisah ini terjadi di usia remajaku dulu. Kisah yang juga berarti untuk ayah-ayah di negeri ini yang begitu mencintai anaknya, namun tak menyadari rasa sayangnya dibuktikan dengan terlalu over protective. Seorang ayah yang kebetulan memeriksa kamar putra remajanya. Dia mendapati kamar itu sudah rapi dan berbeda dengan hari biasanya, dengan selembar amplop bertuliskan untuk ayah diatas kasurnya, perlahan dia mulai membuka surat itu…
Ayah tercinta,
Aku menulis surat ini dengan perasaan sedih dan sangat menyesal. Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah. Aku pergi bersama kekasihku, dia cewek yang baik yang harus menerima tanggung jawabku.. aku juga tahu selama ini persetujuan ayah tentang pergaulanku hanya karena terpaksa, ayah terlalu menyayangiku, memanjakanku, dan terlalu menjagaku, hingga tak sadar itu yg jadikan aku pembangkang dan liar. Aku dengan tatto-tatto dan piercing yang melekat ditubuhku, aku si gondrong dengan motor butut yang dulu merengek-rengek minta dibelikan. Aku bukan anak kecil lagi meskipun belum pantas disebut dewasa. Dia perempuan yang sangat baik bagiku, apalagi aku adalah ayah dari anak yang dikandunganya saat ini. Dia memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkannya bersama.
Kami akan tinggal berpindah-pindah, aku ingin terjun ke bisnis perdagangan ekstasi mili kawanku, aku dapat meyakinkanmu bahwa marijuana itu tidak begitu buruk. Kami akan tinggal bersama sampai maut memisahkan kami. Para ahli pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS jadi kami juga bisa segera sembuh. Dia tahu aku juga punya cewek lain tapi aku percaya dia akan tetap setia padaku, meski dengan caraku yang berbeda.
Ayah.. jangan khawatirkan keadaanku. Aku sudah 17 tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku. Salam sayang untuk kalian semua. Oh iya, berikan motor dan seluruh barang-barangku yang tersisa untuk adik, dia sangat menginginkannya dan semoga itu tidak sampai jadikan dia berandalan sepertiku.
Masih dengan perasaan terguncang dan tangan gemetaran, sang ayah membaca lembar kedua surat dari putra tercintanya itu…
PS : Ayah, .. tidak ada satupun dari yang aku tulis diatas itu benar, aku hanya ingin menunjukkan ada ribuan hal yg lebih mengerikan daripada nilai Rapotku yg buruk. Kalau ayah sudah menandatangani rapotku diatas meja, panggil aku ya…Aku tidak kemana-mana. Saat ini aku nongkrong di gang biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar