Dengan nama Allah SWT yang penuh Ketinggian kuawali sebuah surat yang mengguratkan isi hatiku ini. Semoga kemurahanNya juga senantiasa menyertaimu untuk bersedia membaca surat ini.
Dik….
Ini untuk yang keberapa kalinya aku menulis dan menitipkan surat untukmu melalui Bi Inah. Aku rasa dari sekian kalinya aku mengrimkan surat, adik pasti sudah tahu bagaimana keadaan jiwa dan perasaanku. Tidak pernah reda daripada pikiran tentang adik seorang.
Tapi surat ini juga belum sanggup menceritakan bagaimana keseluruhan perasaanku itu, karena aku kehabisan kata untuk menggambarkan betapa besar perasaan hati. Bahkan ini sudah semakin menjadi rindu yang buat aku lupa pada segala sesuatu.
Kadang¬ aku lupa hari apakah hari ini, aku lupa mengerjakan tugas, aku melupakan semua buku-buku yang belum selesai kubaca. Karena menulis surat ini aku bahkan lupa bahwa kawan-kawan sedang menungguku untuk latihan silat di sore ini.
Itu karena hatiku penuh dengan rindu pada adik. Fikiranku penuh dengan gambaran wajah adik yang hanya baru sekali aku temui, namun itu membekas hingga kini, karena aku yakin adik memang beda, mampu menarik hatiku pada pandangan pertama.
Dik…
Akhirnya aku ingin sekali menebus segala rindu yang pernah tersirat disetiap surat-surat yang pernah kutuliskan. Betapa aku mulai tidak tenang menahan rasa rindu ini.
Tidak ada cara lain untuk mengobati semua ini selain bertemu dengan adik. Aku tidak punya foto-foto yang dapat mengingatkan adik, apalagi gambar-¬gambar kenangan tentang kita yang sebenarnya belum terjadi apa-apa dalam hubungan tulus ini.
Rasa ini berawal dari apa yang aku lihat pada pandangan pertama, kemudian berlanjut dari cerita dari bi Inah. Hingga akhirnya aku terkejut bahwa sebenarnya adik juga sudah lama ingin berkenalan denganku, seperti isi balasan surat sebelumnya yang adik kirimkan kembali padaku.
Kesimpulanya rindu semakin menggebu, aku ingin rasa ini dapat menjadi nyata. Begitulah aku, karena memang baru mengenal cinta.
Tapi aku rasa adikpun tahu, bagaimana kehidupan dalam pesantren kita ini. Kita tidak seperti pemuda-pemudi yang ada di luar sana, seperti apa mereka saling memadu kasih memang tidak sepenuhnya patut kita anggap baik dan sesuai dengan ajaran agama kita.
Tapi bukan berarti perasaan kita ini salah, karena tetaplah rasa tulu suci ini datang dari Dia juga. Hanya kita yang mengerti, meski tidak oleh pesantren kita sendiri.
Saking besarnya rasa rinduku ini, aku ingin memprotes tatanan kehidupan pesantren yang terlalu mengekang kita dan usia kita yang baru belajar memahami cinta sejati, tapi tentu aku juga akan salah jika terlalu berlebihan dalam hal ini, tanpa memeprdulikan moral dan logika yang dibenarkan oleh agama kita.
Entahlah… aku sering berdoa dan berharap agar akan ada waktu yang dapat lunaskan segala rindu yang terpatri di hatiku kini.
Dik…
Ingin sekali aku berada disamping adik senantiasa. Namun keadaan tidak mengizinkan kita bebas berbuat demikian, tapi bukan berarti kita tidak bisa. Masih ada hari minggu, waktu dimana semua santri di pesantren ini mendapatkan kesempatan untuk bisa keluar dari pesantren. Di saat itu aku ingin mengajakmu berjalan-jalan di taman. Aku harap kau membalas permintaaku ini lewat surat balasan.
Dan doaku, semoga Allah SWT sudi meridhoi rasa rinduku ini, hingga asaku dapat menjadi nyata dan semoga seperti itu juga rasa yang ada di hatimu.
Hanyalah dirimu dik…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar