Aku akhirnya jadi pindah ke kabupaten lain untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, sekolah teknik menengah yang menjadi pilihanku. Sebelumnya, aku sempat mencoba mendaftarkan diri di sekolah SMU Taruna Magelang, hanya saja takdir menentukan lain, cuma lolos uji coba sampai tingkat kabupaten dan gagal di tingkat provinsi. Hal itu juga merupakan salah satu pristiwa kegagalan yang cukup membekas di relung hati.
Namun, kisah lain yang ingin kuceritain disini adalah bagaimana kehidupanku selanjutnya, ketika mencoba hidup mandiri dan jauh dari keluarga. Sudah kuceritakan, sebelum menginjakkan kaki pertama kali di daerah ini, aku juga mengalami kejadian traumatik bersama sahabatku, dia yang telah tenang di alam sana.
Kata orang, masa SMA adalah masa yang tidak akan terlupakan. Jika yang dimaksudkan disini mengenai perkara cinta, ternyata aku mempunyai pandangan yang berbeda. Menurutku masa SMP lah masa yang tidak mungkin terlupakan, karena di saat itulah aku temukan cinta pertama. Sedangkan, bagaimana akan ku temui indahnya masa SMA, jika sekolahan yang menjadi pilihanku adalah STM. Meskipun tetap ada beberapa kisah romansa yang akan kuceritakan di lain waktu nanti.
Kalo saja waktu itu aku tahu, masa SMA benar-benar indah, ingin ku ulang waktu untuk mengubah keputusan yang telah kupilih. Tapi itu pun hanya perandaian…
Jauh dari orang tua, membuat aku harus banyak belajar tentang hidup mandiri. Segala sesuatunya harus dilakukan sendiri. Termasuk membimbing dan mengatur diri untuk kebaikan sendiri.
Sebelumnya, aku termasuk orang yang memilih-milih dalam berteman, walaupun dalam kenyataanya semua temanku tetaplah siapa saja. Dan dengan pindah ke daerah asing ini, membuat akupun harus memulai hidup yang baru, serta berusaha mencari teman sebanyak-banyaknya. Mungkin di saat itulah, kemampuan menyesuaikan diriku akan diuji.
Memang sempat bingung untuk memulainya, sedangkan aku hanyalah seorang remaja yang berasal dari desa terpencil. Belum mengerti kebiasaan dan adat remaja-remaja seperti mereka yang lebih ‘kota’, cara berbicara dan pergaulan mereka pun berbeda denganku.
Akhirnya selama beberapa bulan, aku sepi di kota ini. Hanya segelintir orang yang menjadi teman, itupun datang dan pergi. Untuk mengurangi rasa sepi, ku sempatkan diri mengikuti kegiatan olahraga beladiri Karate dan Taekwondo.
Waktu pun terus berlalu, tidak terasa sudah setahun di kota ini. Sekarang aku duduk di bangku kelas 2 STM, dan aku yang sekarang sudah mempunyai banyak teman. Berbagai aktifitas yang kuikuti ternyata sangat bermanfaat, itu adalah ajang bagi ku untuk menunjukan kepercayaan diri dan mencari teman sebanyak-banyaknya. Kepercayaan diri dalam bergaul itu pun terbawa sampai di sekolah, semua siswa mengenal ku sebagai anak yang supel dalam bergaul.
Tapi, ada dampak fatal dari semuanya itu. Inilah sisi perubahan lain yang cukup membentuk kepribadianku di masa depan.
Semenjak SD, aku selalu bercita-cita untuk menjadi anggota TNI. Tubuh dan kesehatan selalu dijaga, aku benci asap rokok apalagi minuman keras. Cita-citaku memang telah pupus bersamaan dengan kegagalan untuk masuk ke SMA Taruna, tapi hal itu tidak merubah pandangan ku tentang olahraga dan kesehatan.
Sayangnya, pergaulan secara perlahan turut merubah pemikiranku tersebut. Mungkin karena kepercayaan diri yang terlalu berlebih, sehingga aku termakan sendiri oleh pergaulan.
Saat-saat itu, kehidupanku sebagai seorang anak muda mulai teruji. Aku mulai menjadi perokok, bahkan ditambah perkenalanku terhadap moke, sejenis arak yang merupakan minuman memabukkan khas daerah tersebut. Semakin bergaul, kebiasaan baruku itu semakin parah. Jika sebelumnya aku sekedar mencoba, akhirnya menjadi suka dan tidak bisa lepas dari racun-racun itu.
Bola mataku terlihat sayu di kala pagi. Jarang kunikmati segarnya bangun pagi, karena sering waktu tidur malam ku hanyalah sekitar dua jam, atau terkadang tidak tidur sama sekali. Dalam keadaan seperti itu, tubuh ini masih setengah sadar dan sedikit oleng ketika berjalan. Kejadian itu yang sering kualami ketika hendak berangkat ke sekolah. Karena semalaman menyempatkan diri begadang bersama sekelompok teman-teman, apalagi kalau bukan bermabuk-mabukan.
Kejadian itu terus berlangsung selama aku bersekolah di daerah itu, karena seperti itu juga lingkungan mengajarkanku. Di sana, meminum moke termasuk kebiasaan atau adat masyarakat. Dan kehidupan yang kujalani waktu itu adalah kehidupan anak kost-kostan yang tidak lepas dari hura-hura dan bersenang-senang, apalagi masalah keuanganku belum pernah terkendala.
Aku dijuluki raja mabuk oleh teman-teman dan lingkungan sekitar, karena tidak ada diantara mereka yang sanggup menandingi ku untuk minum-minuman keras. Apapun minuman yang mengandung alkohol kami tenggak, dan biasanya bukanlah yang berkadar ringan. Moke adalah arak tradisonal yang kadar alkoholnya tanpa batas dan ketika diminum rasanya seperti api, seakan membakar saluran kerongkongan orang yang meminumnya. Aku pun mepercayai mitos masyarakat sekitar yang mengatakan minuman seperti itu dianggap obat untuk tubuh, pabila rutin meminumnya dengan jumlah yang terbatas.
Tapi, aku rutin menegaknya dengan jumlah yang tidak terbatas. Dalam seminggu bisa sampai tiga atau empat kali, dan dalam sekali itu yang paling parah pernah dari pagi ke pagi lagi. Aku pun sanggup menghabiskan berbotol-botol sendiri.
Banyak sudah tingkah laku gila yang pernah kulakukan dikala sedang tidak sadar dan di bawah pengaruh minuman keras. Aku pernah tidur di emperan tokoh bahkan di pinggir jalan raya. Aku pernah masuk ke rumah orang tanpa izin dengan maksud menumpang tidur. Sempat hampir terjadi perkelahian besar yang dalam peristiwa tersebut nyaris perut ku ditikam teman sendiri.
Tempat terindah bagiku adalah pantai, yang sering menjadi tempat aku dan teman-teman berkumpul. Disuatu malam, aku pernah tertidur di pantai dalam keadaan mabuk dengan posisi tubuh membungkuk, setelah letih semalaman menceburkan diri ke laut. Di malam itu juga, aku berniat usil dan menghentikan sebuah mobil, yang ternyata di dalamnya ada beberapa orang polisi. Jika tidak karena kalah jumlah, aku tidak tahu lagi apa yang terjadi kemudian pada diriku.
Kehidupan waktu aku adalah seorang pemabuk memang berantakkan, bahkan bertambah parah ketika aku kemudian harus terjerumus lebih jauh, mengenal daun-daun dan pil-pil laknat itu.
Meskipun kegiatan hari-hari lainya tetap kusahakan untuk terus berjalan. Jikalau tidak mabuk, aku tetap menjadi seorang anak muda yang pendiam dan ramah. Akupun tetap bergaul baik dengan masyarakat sekitar. Tetap sekolah, meskipun sesekali sudah mulai membolos. Masih aktif mengikuti olahraga beladiri karate dan taekwondo, yang entah kenapa staminaku masih cukup kuat untuk berolahraga.
Sekarang ini, sampai didetak jantung ku yang masih berdegup. Aku tetap hidup sebagai diriku sendiri, tetapi aku bukanlah seorang manusia yang dulu sempat salah paham dalam menemukan jati diri. Mungkin dulu, karena jiwa mudaku yang masih terombang-ambing oleh pergaulan. Tapi sekarang, selamat tinggal masa lalu, aku kan melangkah.
Aku tidak lagi memerlukan racun-racun itu untuk dapat membuat tenang dan melepaskan segala permasalahan di hati. Karena aku punya pedoman yang sebenarnya telah tersirat sebagai penunjuk jalan yang benar, Islam. Terimakasih juga buat kalian, semua kawan, yang tanpa kalian sadari membantu aku untuk berubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar