Selama Tuhan pemilik langit dan bumi masih memberikan kita nafas, dan selama Tuhan yang maha pemberi ilmu masih memberikan kita ilmu pengetahuan, maka janganlah ragu untuk menulis. Tuliskan saja, dan editlah belakangan. Dengan begitu, kamupun menulis tanpa beban. PLONG!. Lega rasanya..
31 Mar 2009
Pengalaman adalah guru abadi
Di usia yang hampir seperempat abad ini, belum juga kutemui arti dari kebahagian yang sejati. Atau mungkin tanda-tanda yang ditunjukkan padaku masih terlihat samar, sehingga membuat aku tetap saja takut memastikan langkah dalam menapaki hidup.
Usia memang tidak mutlak menjadi penentu dalam menilai kebijakan seseorang, jika setiap pengalaman yang menemani perangsuran usianya itu tidak pernah menjadi guru yang berarti.
Apakah aku adalah manusia yang seperti itu ?
Biarlah kalian semua yang menilai seperti apa diriku ini. Karena tentunya, jika aku tetap menilai diri sendiri menurut sudut pandang pribadi, hanya akan semakin menguatkan tuduhan padaku sebagai manusia yang egois.
Tetapi ada satu hal yang tidak dapat dipungkiri oleh kita semua, hal itu sudah menjadi tatanan kebiasaan seorang manusia dalam menilai manusia lainya, yaitu mengasumsikan kepribadian seseorang berdasarkan apa yang tampak dari luarnya saja.
Memang tidak ada yang patut disalahkan, jikalau seperti itu keadaanya. Karena memang demikian cara pandang yang sudah berakar dalam pemikiran awam kita. Sebagai manusia awam, kita cendrung mengutamakan lahiriah, yang artinya menilai segala sesuatu sebatas apa yang dapat disaksikan secara kasat mata saja.
Meskipun masih ada segelintir manusia yang tidak se-awam kita. Mereka sungguh-sungguh dapat menilai pribadi seseorang, berdasarkan berbagai aspek yang diyakini dapat mempengaruhi penilaian tersebut. Pemikiran mereka tidak lagi hanya menyentuh sisi lahiriah, tetapi juga lebih jauh menjamah sisi batiniah.
Mereka menilai seseorang bukan dari fisik luarnya saja, tetapi lebih mengutamakan sesuatu yang tersimpan di relung hati. Karena beranggapan, jika penampilan fisik dapat dipoles, tidak seperti itu dengan kata hati.
Aku sendiri telah lupa, apakah dalam hidup ini pernah secara sengaja ataupun tidak, berjumpa dengan orang-orang seperti itu. Dan jikalau memang tidak pernah, akankah ku temui suatu saat nanti ?.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar