My Adsense

16 Mar 2009

Masihkah ParPol Membodohi Rakyat dalam Kampanye




Judul di atas merupakan ungkapan yang mewakili curahan hati masyarakat kita menjelang pemilu, khususnya mereka yang masih ingin ada kejujuran dalam sistem perpolitikan negeri ini. Masih terselip keraguan untuk mengatakan politik di Indonesia semakin maju, karena yang dikatakan maju bukanlah jalan di tempat atau terperosok jauh ke belakang. Dalam kenyataanya, partai politik yang bertambah banyak bukan menambah pendidikan rakyat dalam berpolitik, tapi malah membodohi rakyat untuk terus mau dieksploitasi demi kepentingan politik.
Masihkah kita layak menaruh harapan pada partai politik, jika kinerjanya tidak lebih dari arena jual omong dan tarik ulur kepentingan. Bahkan pemberdayaan politik berbalut aksi sosial, sudah menjadi suatu kelumrahan yang ditampakkan menjelang pemilihan umum. Disaat itu, parpol sekaligus berperan sebagai lembaga yang menyibukan diri dalam kegatan-kegiatan bakti sosial dan pembagian sembako murah.

Bukankah seharusnya Parpol adalah sarana untuk melaksanakan pendidikan politik pada rakyat, sehingga terbentuk kesadaran politik yang memungkinkan masyarakat memilih dengan rasionalitas. Tetapi, tentu saja harapan seperti itu masih di angan-angan, jika kaum elit dari Parpol tersebut masih menganggap rakyat adalah senjata untuk melawan mereka. Dengan kata lain, rakyat yang sadar akan hak-haknya sebagai warga negara, mampu berorganisasi, dan memiliki semangat untuk keluar dari belenggu ketertindasan, dianggap musuh yang dapat merongrong kekuasaan.

Maka pantaslah, jika Parpol sekedar menjadi organisasi sosial dadakan menjelang pemilu dengan penyelenggaraan baksos dan pembagian sembako murah. Atau bertransformasi menjadi manajemen dadakan yang menaungi artis2 dan hiburan dalam menyelenggarakan kampanye, tampaknya lebih cocok disebut pagelaran seni daripada kampanye politik.

Ataukah politik memang harus kejam, sehingga satu-satunya cara bagi pemimpin yang ingin terus mempertahankan kekuasannya, adalah dengan membuat bodoh rakyatnya. Lantas, dimanakah arti kekuasan negara demokrasi yang ada di tangan rakyat?.

Harapan saya, kesalahan dalam mempersepsikan politik dan demokrasi harus segera diluruskan, jika tidak ingin menjadikan rakyat semakin antipati terhadap politik yang tercipta di negeri ini. Parpol harus jujur melaksanakan fungsinya sebagai fasilitator vital dalam demokrasi, terutama dengan memberikan pendidikan politik pada rakyat. Sehingga tidak ada lagi anggapan miring dikemudian hari, bahwa parpol masih sering membodohi rakyat dalam kampanye.

Tidak ada komentar: