Kemudian waktu pun berlalu, engga’ disadari usia gue semakin dewasa. Setelah lulus sekolah dasar, gue ngelanjutin pendidikan ke sekolah menengah pertama yang lokasinya masih di desa itu. Berbagai penelitian membuktikan, usia-usia remaja adalah waktu yang penuh gejolak. Perubahan besar akan tabiat seorang anak bisa terjadi di usia itu.
Seperti juga gue, yang mulai memasuki tahap pubertas. Ada seorang gadis, R namanya. Dia adalah kakak kelas gue, dan anak seorang Komandan Kodim di desa itu. Pertama kali berjumpa denganya di perpustakaan sekolah, waktu itu adalah hari pertama bagi dia sebagai murid pindahan di sekolahku.
Engga’ salah lagi, dia lah first love gue, karena dia lah orang pertama yang buat gue tau rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Hari-hari selanjutnya, isi kepala gue hanya ada pikiran tentang dia seorang. Disaat itu pula, bakat pujangga gue pertama kali tampak. Gue jadi jago nulis puisi dan surat cinta, karena di jaman gue kecil dulu belum tau sms apalagi fs. Surat-surat itu selalu kukirimkan 1 kali seminggu, bahkan kalo inspirasi gue lagi tinggi, bisa 3 kali seminggu. Surat cinta gue dirimkan lewat seorang teman yang jadi ma’ comblang antara gue dengan dia.
Lagu-lagu metal kegemaran gue ditinggalkan sebentar, karena gue jadi candu lagu-lagu cinta. Seperti lagu-lagunya bon jovi, bryan adam, Gill, The moffats, backstreet boys, boyzone, five minutes, stinky, java jive, Nike Ardila, Popy Mercury. Itu menjadi sumber inspirasi dan khayalan gue tentang dia. Duit-duit koin juga gue kumpulin saban hari, buat nelpon dia melalui telpon umum yang jaraknya hanya sekitar 30 meter dari rumahnya.
Cinta pertama emang dapat membuat hati berbunga-bunga, perasaan hati gue bahagia tak terkira waktu itu.
Akhirnya waktu yang tepat untuk mengungkapkan isi hati pun tiba. Waktu itu ada sebuah acara yang diadakan oleh ikatan remaja mesjid di desa gue, dan kami berdua termasuk dalam kepanitiaan. Waktulah yang mempertemukan kami, berdua dan berdiri saling berhadap-hadapan. Tapi saat itu, lidah gue kelu untuk berkata. Hanya mengulum senyum simpul, sangat khas dan sering terlihat pada remaja puber kaya’ gue.
Dia sendiri sebenarnya sudah tahu apa yang ingin gue katakan, dan seakan menanti kata-kata itu. Tapi, gue tetap diam. “ada apa yaz, katanya ada yang mau diomongin”. Untuk waktu yang cukup lama dia menunggu, dan akhirnya berlalu dari hadapanku.
Mengingat kejadian itu, gue jadi tau. Ternyata sikap beku gue sudah mulai tampak dari pengalaman cinta pertama, yang gue herankan kenapa sikap itu muncul berbarengan dengan mimpi-mimpi gue yang selalu memuja dan mencari cinta sejati.
Sejak saat itu, dia engga’ pernah mau nerima surat gue, engga’ ngangkat telpon gue, apalagi ketemu. Hingga kemudian, gue akhirnya harus pergi untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas di lain daerah. Sebelum pergi, emang pernah sekali berjumpa denganya. Dia sempat bertanya, tapi gue yang bodoh tetap menjawab seadanya, tanpa basa-basi ucapan perpisahan, apalagi harapan untuk berjumpa lagi.
Gue emang bodoh, seandainya saja waktu itu gue bisa bersikap lebih perhatian, mungkin sikap seperti itu akan keterusan sampai kini, dan iyas yang sekarang bukanlah seorang iyas yang takut mengungkapkan cinta. Sejak kejadian itu, si gadis bersama keluarganya pun tidak lama kemudian harus pindah ke daerah di pulau Jawa, mengikuti tugas dinas sang ayah yang merupakan seorang komandan TNI.
Menceritakan kehidupan ku yang sekarang, aku adalah seorang mahasiswa di sebuah universitas swasta yang terletak di pulau Jawa. Dan secara kebetulan aku kembali berjumpa dengan gadis itu, meski hanya lewat jalur dunia maya. Tapi, jodoh siapa yang tau ?. Dia adalah first love gue, dan cinta pertama sulit untuk dilupakan.
2 komentar:
waaaaaaahhhhhhh......
hebat bener maz iyas.....
mas tau gagh nox mas andrea hirata+ alamat rmahna...?
Posting Komentar