Satu persatu Sahabat ada yang mulai beranjak, mereka meraih apa yang selama ini ingin digapai atau yang memang sewajarnya harus dicapai. Entah apa itu, mungkin cinta, cita dan karya. Sedangkan aku masih berada di tempat ini dan hanya menjadi penonton. Sebenarnya aku tidak stagnan, hanya saja jarak yang kubuat belum terlalu jauh, jejak yang sudah ditapaki bukanya tidak berarti hanya saja belum dapat memberi arti.
Secara tulus aku turut berbahagia untuk mereka, jika merekapun benar-benar berbahagia atas peranjakkan jalan yang telah mereka pilih. Karena salah besar jika aku berbahagia, sedangkan jauh di hati kecil mereka masih ada keraguan dan gamang akan apa yang telah diraih, artinya aku tidak mau berbahagia atas kegalauan yang sebenarnya terjadi pada sahabat-sahabatku itu.
Ya, setiap orang tentu mendefinisikan kebahagiaan menurut versi mereka masing-masing, oleh karena itu kita harus berani untuk menentukan kebahagiaan yang dikecap oleh kita sendiri tanpa tergantung versi menurut orang lain.
Yang jelas aku hanya berharap, semoga saja sahabat-sahabatku tersebut benar-benar berbahagia atas apa yang telah mereka raih, hingga aku disini dapat turut tersenyum bahagia. Kemudian semoga ketulusanku dapat menjadi doa dan setidaknya menghilangkan murung dan penat di hatiku ini.
Ya aku benar-benar tulus, karena yang kuceritakan ini benar tentang sahabat-sahabatku Mereka yang selama ini dalam persahabatan tak ada cela yang cukup berarti, hingga tak ada alasan bagiku untuk berburuk hati atas apa yang mereka raih. Karena jika tidak begitu tentu saja mereka hanya pantas disebut teman bukan sahabat, adalah manusia yang benar menjadi teman tapi pada akhirnya aku tahu tak pernah bisa menjadi sahabat.
"Kau bisa berteman dengan siapa saja, tapi hanya sahabat yang mengerti dalam suka dan duka. Lebih baik kau juga hanya memiliki satu orang sahabat daripada seratus orang yang hanya pantas disebut teman".
Aku sangat mengargai persahabatan dengan sahabat-sahabatku yang hanya sedikit, tapi akupun tetap menghargai mereka-mereka yang menjadi teman meski ada yang tidak pantas kusebut sahabat. Dari hal itu aku sudah bersyukur hidupku dikelilingi sahabat dan teman, karena tak pernah ada niatku untuk mencari musuh.
Mereka yang kusebut sahabat, adalah kami yang pernah sama-sama bergelut dalam suka dan duka demi berharap perlahan dapat meraih mimpi. Entah apapun mimpi kami, yang jelas kami pernah bersama berjuang meski untuk mimpi yang berbeda. Mereka bukan seperti teman yang hanya mengerat dan jadi benalu, tidak juga yang menjadi pagar makan tanaman, atau seperti musuh dalam selimut. Tidak sahabatku tidak seperti itu....
Sahabatku adalah orang yang tangguh hingga pantas diantara mereka dapat meraih mimpinya, sejak dulu meski dengan mimpi yang dianggap kecil tapi kami memperjuangkanya bersama dengan semangat yang besar. Tapi mimpi kami memang berbeda, hingga semua memang tak harus sama-sama tercapai.....
Aku turut berbahagia untukmu sahabat, untuk mimpimu sendiri yang kau raih.
Aku masih menjadi penonton, masih berbahagia dengan apa adanya diriku, dan masih berusaha untuk meraih mimpiku sendiri.
Secara tulus aku turut berbahagia untuk mereka, jika merekapun benar-benar berbahagia atas peranjakkan jalan yang telah mereka pilih. Karena salah besar jika aku berbahagia, sedangkan jauh di hati kecil mereka masih ada keraguan dan gamang akan apa yang telah diraih, artinya aku tidak mau berbahagia atas kegalauan yang sebenarnya terjadi pada sahabat-sahabatku itu.
Ya, setiap orang tentu mendefinisikan kebahagiaan menurut versi mereka masing-masing, oleh karena itu kita harus berani untuk menentukan kebahagiaan yang dikecap oleh kita sendiri tanpa tergantung versi menurut orang lain.
Yang jelas aku hanya berharap, semoga saja sahabat-sahabatku tersebut benar-benar berbahagia atas apa yang telah mereka raih, hingga aku disini dapat turut tersenyum bahagia. Kemudian semoga ketulusanku dapat menjadi doa dan setidaknya menghilangkan murung dan penat di hatiku ini.
Ya aku benar-benar tulus, karena yang kuceritakan ini benar tentang sahabat-sahabatku Mereka yang selama ini dalam persahabatan tak ada cela yang cukup berarti, hingga tak ada alasan bagiku untuk berburuk hati atas apa yang mereka raih. Karena jika tidak begitu tentu saja mereka hanya pantas disebut teman bukan sahabat, adalah manusia yang benar menjadi teman tapi pada akhirnya aku tahu tak pernah bisa menjadi sahabat.
"Kau bisa berteman dengan siapa saja, tapi hanya sahabat yang mengerti dalam suka dan duka. Lebih baik kau juga hanya memiliki satu orang sahabat daripada seratus orang yang hanya pantas disebut teman".
Aku sangat mengargai persahabatan dengan sahabat-sahabatku yang hanya sedikit, tapi akupun tetap menghargai mereka-mereka yang menjadi teman meski ada yang tidak pantas kusebut sahabat. Dari hal itu aku sudah bersyukur hidupku dikelilingi sahabat dan teman, karena tak pernah ada niatku untuk mencari musuh.
Mereka yang kusebut sahabat, adalah kami yang pernah sama-sama bergelut dalam suka dan duka demi berharap perlahan dapat meraih mimpi. Entah apapun mimpi kami, yang jelas kami pernah bersama berjuang meski untuk mimpi yang berbeda. Mereka bukan seperti teman yang hanya mengerat dan jadi benalu, tidak juga yang menjadi pagar makan tanaman, atau seperti musuh dalam selimut. Tidak sahabatku tidak seperti itu....
Sahabatku adalah orang yang tangguh hingga pantas diantara mereka dapat meraih mimpinya, sejak dulu meski dengan mimpi yang dianggap kecil tapi kami memperjuangkanya bersama dengan semangat yang besar. Tapi mimpi kami memang berbeda, hingga semua memang tak harus sama-sama tercapai.....
Aku turut berbahagia untukmu sahabat, untuk mimpimu sendiri yang kau raih.
Aku masih menjadi penonton, masih berbahagia dengan apa adanya diriku, dan masih berusaha untuk meraih mimpiku sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar