My Adsense

19 Agu 2010

Coba berfilosofi tentang bela diri

Aku berniat menulis tulisan ini awalnya hanya sekedar pikiran lepas belaka, Pada saat aku tidak tahu ingin menulis apa lagi, inspirasi yang biasanya selalu hadir tiba-tiba saja pergi entah kemana. Mungkin juga dikarenakan aku yang sedang bosan menulis segala hal tentang kehidupan yang lebih sering diceritakan secara miris. Yang sebenarnya dengan keadaanku yang sekarang, tidak ada lagi alasan untuk menulis kisah-kisah sedih seperti itu. Mungkin nanti di lain waktu, atau semoga takkan pernah lagi, jika itu memang tidak ada manfaatnya bagi diriku sendiri atau kalian yang membacanya.

Akhirnya terbitlah ide untuk menulis sesuatu yang berasal dari hobbyku sendiri, Ya, kenapa dari dulu aku tidak berpikir untuk menulis ini. Setidaknya bercerita tentang hobby sendiri adalah hal mudah, menceritakan tentang apa yang kita senangi. Aku tidak perlu susah banyak mencari sumber yang mendukung tulisanku, cukup dengan sedikit informasi tambahan saja dan selebihnya tentu saja cukup dari apa yang selama ini kualami dari hobbyku tersebut.

Dan bagi kalian yang membaca cerita ini, nantinya tentu akan tahu hobby seperti apa yang kumaksudkan, jika telah begitu bukan berarti sebagai manusia aku ingin sombong dengan hobbyku ini. Tidak sama sekali, karena meskipun ini adalah hobbyku bukan berarti aku sudah sangat mahir, aku hanya menjalaninya sebagai hobby dan belum sama sekali bisa dikatakan sebagai seorang yang professional.

Niatku menulis tentang ini juga dikarenakan anjuran seorang teman, menurut dia sebenarnya di dalam hobbyku ini terdapat sebuah filosofi yang cukup penting. Dan sebenarnya akupun sudah lama berpikiran sama, hanya saja tidak pernah berniat untuk menulisnya. Maka dengan mencoba untuk menulis, mungkin saja dapat berguna bagi orang yang membacanya nanti. Disamping itu, aku juga punya alasan lain kenapa tertarik untuk menulis ini. Menurutku dengan tulisan ini, sekaligus dapat menguji kemampuanku sendiri.

Yakni apa sebenarnya yang kupahami dari Hobby yang cukup lama kujalani ini ?.

Inti dalam tulisan ini adalah aku yang mencoba membahas sendiri tentang filosofi dari hobby yang selama ini kujalani, filosofi yang tentunya sebagian besar kudapat berdasarkan pengalaman sendiri, dan sebagian lagi dari mencari tahu atau bertukar pendapat antara mereka yang memiliki hobby yang sama.

Langsung saja kita menuju pada pokok permasalahan tulisan ini.

Aku sangat mencintai Martial Arts atau olahraga beladiri. Sedari kecil hingga sekarang aku sudah mengikuti berbagai macam olahraga beladiri. Jika ingin menilik awal mula kegemaranku terhadap olahraga beladiri, sebenarnya aku sendiri sulit untuk menjelaskanya. Tapi bisa dikatakan mungkin itu karena lingkungan terdekatku, Ayah dan kakak lelakiku juga sangat menggemari olahraga ini. Dan kalau pertanyaan itu diajukan pada aku yang sekarang, maka aku akan menjawab bahwa tidak hanya beladiri, apapun itu jika termasuk dalam olahraga maka merupakan suatu kegiatan yang sangat besar manfaatnya. Kita semua tahu bahwa kesehatan adalah hal paling penting untuk kelangsungan hidup kita, dan itu bisa didapatkan melalui kegiatan olahraga.

Bisa saja karena dari kecil aku sudah menyadari akan hal itu, maka menjadikan aku sangat menggandrungi olahraga, khususnya beladiri. Sebenarnya tidak hanya olahraga beladiri, aku menyukai semua hal yang berhubungan dengan olahraga. Tapi diantara semua itu, minatku yang paling besar memang tertuju pada olahraga beladiri. Dalam hal ini aku ingin sedikit menambahkan, menurutku orang yang menyukai olahraga atau olahragawan adalah manusia berkepribadian yang selalu bertindak secara positif dalam setiap sisi kehidupanya. Tentunya orang yang saya maksud disini adalah olahragawan sejati, yang mengerti tentang makna dan filosofi dari olahraga yang dilakukanya. Seperti arti ungkapan lama yang diambil dari bahasa latin “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula”.

Setiap olahragawan sudah pasti mengerti akan pentingnya kesehatan jiwa dan raga, mereka dapat menghindari segala hal yang dapat mempengaruhi kesehatan jiwa dan raga mereka tersebut. Dan untuk mencapai itu, mereka juga tentunya paham akan arti kedisiplinan. Mereka telah terbisa ditempa kesabaran dalam menghadapi tekanan dan kerja keras dalam berolahraga. Mental mereka dengan sendirinya terdidik untuk selalu bersikap sportif, selalu berlapang dada dengan kekalahan dan tidak sombong dengan kemenangan. Apapun hasil yang dicapai adalah sesuatu yang dapat dijadikan pembelajaran, kesalahan ataupun kekurangan diri kemudian dijadikan bahan untuk dapat melakukan yang lebih baik ke depanya. Bukankah hal-hal seperti itu yang termasuk penting kita pahami dalam menjalani kehidupan kita di dunia ini, InsyaAllah dengan jiwa yang sehat maka dapat meluruskan segala usaha dan jalan hidup kita ke depanya.

Kembali ke topik tentang olahraga beladiri tadi. Di zaman sekarang ini, tidak terhitung betapa banyaknya olahraga beladiri yang telah berkembang. Baik itu olahraga beladiri tangan kosong maupun dengan menggunakan senjata, jenis-jenisnyapun terbagi lagi menjadi beberapa macam. Saya mungkin tidak dapat menyebutkan semuanya, karena saya juga belum paham akan semua olahraga beladiri yang sangat banyak tersebut. Sekali lagi saya katakan, niat saya untuk menulis tulisan ini bukan sebagai ajang unjuk diri atau kebolehan. Karena saya memang sama sekali belum ada apa-apanya dengan hobby saya ini, hanya sekedar penyampaian pendapat berdasarkan pengalaman sendiri dan semoga bisa menjadi bermanfaat untuk kita semua.

Di negara kita sendiri, olahraga-olahraga beladiri tadi sudah cukup banyak yang berkembang, baik yang merupakan asli budaya kita sendiri ataupun yang berasal dari luar. Sebutlah secara umum seperti pencak silat yang merupakan olahraga beladiri asli negri kita, dan ada juga olahraga dari luar seperti kungfu, karate, kempo, taekwondo, judo, jiu jitsu, kendo, ninjitsu, aikido, dan lain sebagainya. Olahraga-olahraga beladiri tersebut ada yang mengatasnamakan beladiri tangan kosong serta menggunakan senjata, atau percampuran dari keduanya. Selain itu diantaranya ada juga yang lebih mengutamakan kontak fisik, tenaga dalam, atau gabungan dari kedua hal itu juga.

Diantara banyaknya olahraga beladiri tersebut, saya pernah atau sampai sekarang masih mengikuti beberapa diantaranya. Saya sempat mengikuti karate, kemudian dilanjutkan taekwondo, kungfu, judo, Brazilian jiujitsu, silat. Pasti kalian heran atau ada yang mencemooh, karena tidak akan ada kejelasan dengan cukup banyaknya olahraga beladiri yang pernah saya ikuti. Tapi saya tidak bisa memberi tanggapan apa-apa tentang itu, hanya kalau dipikir-pikir mungkin karena hal itu juga maka saya berani mengatakan bahwa saya begitu mencintai olahraga beladiri, dan akhirnya mencoba membuat pemahaman filosofi beladiri seadanya menurut pengalaman saya sendiri.

Jika kalian berpikir beladiri identik dengan kekerasan dan saya termasuk orang yang seperti itu, kalian salah !. Saya sama sekali tidak menyukai kekerasan, dan jika yang di maksud adalah perkelahian, dari kecil hingga sekarang sama sekali saya belum pernah merasakan apa yang disebut perkelahian sebenarnya. Nyaris mungkin saja memang pernah, tapi karena alasan tidak menyukai kekerasan tadi, maka saya selalu dapat menghindarinya. Berbagai olahraga beladiri yang pernah saya ikuti tersebut juga tidak ada yang bertahan sangat lama, hanya cukup lama. Semoga itu pertanda bahwa selama ini yang utama saya cari dari olahraga beladiri adalah pemahaman, sedangkan kemampuan saya anggap hanyalah bonus jika InsyaAllah saya sudah benar-benar dapat memahaminya.

Pada saat pertamakali, saya ikut dalam olahraga beladiri Karate. Waktu itu usia saya masih sangat kecil. Selain karena alasan lingkungan terdekat, niat saya ini juga mungkin terbit karena keseringan menonton film-film action di televisi. Sebagai seorang anak kecil, mungkin wajar jika sedang bermain lebih sering bertingkah dan bergerak tidak tenang, berlonjak-lonjak kesana kemari. Tapi kata sebagian orang dewasa waktu itu, tingkah saya sedikit unik, karena lebih suka meniru adegan berantem tiap kali bersama teman sepermainan atau dikala sedang sendiri. Saya sering berpura-pura menjadi seorang petarung dan sering mengajak teman saya bermain kelahi layaknya sedang berada dalam ring tinju. Di saat sedang sendiri saya juga sering berimajinasi seperti ada dalam sebuah film action, kaki dan tangan digerak-gerakkan layaknya sedang memukul atau menendang sasaran.

Niat untuk berlatih karate juga ditentang oleh keluarga, karena menganggap itu dapat membuat saya jadi anak yang lebih hiperaktif lagi nantinya. Akhirnya, dengan niat dan modal yang malu untuk saya ceritakan, secara sembunyi-sembunyi saya memberanikan diri untuk ikut latihan Karate. Inilah pertama kali awal saya terjun ke dalam olahraga beladiri. Cukup lama saya latihan, sempat berhenti dan latihan lagi. Dengan berlatih karate, diwaktu kecil dulu yang ada dalam pikiran saya hanya bagaimana supaya bisa menedang dan memukul secara benar, kuat dan cepat seperti idola saya yang ada dalam film-film action. Tapi setelah dewasa dan mengingat-ingat pelajaran yang saya dapat dari latihan karate, ada bebarapa kesimpulan yang dapat saya buat.

Secara umum karate yang saya ikuti adalah olahraga beladiri modern dari Jepang yang dalam cara latihanya telah dibakukan berdasarkan teori serta tahap-tahap latihan. Dari awal berlatih saya diajarkan selangkah demi selangkah, mulai dari cara menghormat, berpakaian latihan dan memakai sabuk, hingga tentang jenis-jenis gerakan karate, kuda-kuda, pukulan, tendangan, tangkisan, jurus-jurus (kata), sampai pada tahap pertarungan (kumite). Tiap tahap tersebut mempunyai dasar teori yang harus diingat sebagai bentuk gerakan yang berkesinambungan, gerakan-gerakan itu yang akhirnya sangat mencirikhaskan karate. Para karateka dapat diketahui dari gerakanya. Seperti beberapa beladiri lain, Karate juga sangat mementingkan kekuatan kuda-kuda. Setiap pukulan dan tendangan harus sesuai dengan bentuknya agar kecepatan dan kekuatanyapun maksimal. Di dalam pertarungan Karate, lebih mementingkan ketepatan sasaran, hingga gerakanya akan lebih terlihat secara satu-satu atau terbata-bata.

Karate adalah gerakan dasar saya dalam berlatih beladiri, hingga gerakan itu masih ada yang terbawa sampai ketika saya mengikuti olahraga bela diri yang lain. Dan sebagai dasar, menurut saya gerakan Karate cukup sesuai. Selanjutnya dikemudian hari, ternyata saya juga mengetahui bahwa karate banyak jenisnya. Dan saya juga pernah mengetahui beberapa jenis karate yang cukup berbeda dengan karate yang pernah saya pelajari, gerakanya lebih mengalir secara cepat dan lincah. Atau saya yang mungkin tidak mengetahui bahwa jika telah berlatih Karate secara mahir, tentu saja akan dapat menguasai gerakan seperti itu.

Setelah karate, saya juga sempat mengikuti olahraga beladiri tekwondo. Ini adalah olahraga beladiri kedua saya. Awalnya ketertarikan saya terhadap Taekwondo melebihi Karate. Karena saya begitu terkesima dengan kelebihan dari orang yang berlatih taekwondo, mereka memiliki kekuatan dan kecepatan tendangan. Ketika berlatih karate, saya juga lebih sering dan senang menggunakan tendangan dibandingkan pukulan. Maka saya berpendapat bahwa mungkin dengan belajar taekwondo akan bisa lebih mengasah kemampauan tendangan saya.

Awal mula dalam berlatih taekwondo, sebagai tahap dasar saya memang lebih dilatih bagaimana cara melakukan pemanasan yang diutamakan untuk kekuatan kaki. Pemanasan seperti ini yang sampai sekarang masih sering saya gunakan. Dan saya rasa, Taekwondo memang olahraga beladiri untuk kemampuan tendangan. Di taekwondo juga diajarkan kuda-kuda, hanya cara kuda-kuda yang saya dapatkan di taekwondo tidak seperti kuda-kuda pada Karate. Karena ciri khas taekwondo juga terdapat pada gerakan ancang-ancang seperti pergerakan kedua kaki, melompat-lompat kecil, atau gabungan dari beberapa gerakan ancang-ancang tersebut yang bisa juga digunakan sebagai gerakan mengecoh lawan, mungkin saja dengan kuda-kuda seperti itu maka bisa lebih efektif ketika ingin melakukan suatu tendangan. Di taekwondo juga terdapat jurus seperti (kata) pada Karate, hanya ada sedikit perbedaan gerakan dan bentuk kuda-kudanya. Gerakan tendangan tentu yang paling diutamakan, bahkan di taekwondo terdapat berbagai macam bentuk tendangan. Sedangkan pukulan hanya lebih sebagai gerakan penambah, tolakkan atau gerakan mengecoh saja. Ketika berlatih taekwondo, saya memang jarang mendapatkan latihan memukul secara berlebih. Sampai sekarang saya menyesal kenapa tidak bertahan lama di olahraga taekwondo, karena sekarang saya baru menyadari kecepatan dan bentuk tendangan seperti yang pernah dilatih pada olahraga taekwondo sangat ampuh jika disepadankan dengan gerakan beladiri lain.

Vakum dari olahraga taekwondo disebabkan alasan pendidikan karena saya harus kuliah dan pindah ke daerah lain. Pada saat kuliah, munculah niat saya untuk kembali meneruskan berlatih Taekwondo di kampus. Tapi mungkin karena takdir, olahraga yang saya sangkakan adalah taekwondo ternyata adalah olahraga lain, itu adalah Wushu. Awalnya saya sempat tidak tertarik, Karena dalam bayangan saya Wushu adalah olahraga dari cina, yang gerakanya lebih seperti orang menari, lebih sering menggunakan senjata pedang dan tombak, dan olahraga yang hanya untuk dilihat keindahan gerakanya saja dibandingkan aplikasi pertarungan. Tapi setelah mencari informasi lebih lanjut, ternyata ada yang sedikit salah dari apa yang saya perkirakan.

Wushu adalah kungfu modern, secara umum memang lebih mengutamakan keindahan gerakan tapi itu tidak lepas dari beberapa hal penting yang mendasarinya, hal itu juga yang merupakan dasar dari setiap beladiri. Kelenturan, keseimbangan dan kekuatan. Ternyata Wushu juga terbagi dua jenis, Taolu (jurus) yang lebih mementingkan keindahan gerakan, dan pertarungan bebas (Shansou). Setelah lebih jelas mengetahui tentang Wushu, akhirnya saya malah semakin tertarik. Melupakan niat saya untuik melanjutkan latihan Taekwondo, karena merasa sepertinya dengan wushu akan bertambah lagi ilmu beladiri yang akan saya dapatkan.

Mulailah saya berlatih wushu dari tahap dasar. Dalam perkiraan saya waktu itu saya akan berlatih layaknya para bhiksu saolin, karena Wushu adalah Kungfu, tapi ternyata tidak sampai sebegitunya. Dibandingkan Karate dan Taekwondo, di wushulah ketertarikan saya yang paling besar. Mungkin karena dalam olahraga beladiri, saya selalu tertantang dengan hal-hal yang baru., atau juga dikarenakan menurut saya kungfu adalah induk dari semua olahraga beladiri yang ada di dunia ini.

Seperti juga karate, di Wushu bentuk kuda-kuda juga sangat dipentingkan. Bahkan pengetahuan saya bertambah dengan beberapa tambahan jenis kuda-kuda yang diajarkan dalam Wushu. Saya dilatih secara spesifik bagaimana cara untuk menguatkan kuda-kuda. Pemanasan yang dilakukan di wushu adalah untuk dapat menciptakan kelenturan, keseimbangan dan kekuatan pada saat melakukan gerakan, jadi seluruh tubuh dilatih dengan cara-cara tersendiri. Terdapat cara pemanasan yang sama dengan yang pernah saya dapatkan di taekwondo hanya saja ada beberapa penambahan. Beberapa gerakan andalan di Wushu diantaranya adalah gerakan melompat, salto, baling-baling, yang untuk mempelajarinya perlu latihan dasar yang rumit dan khusus, hingga sekarang saya belum bisa melakukan itu sepenuhnya.

Awalnya saya juga merasa ada beberapa hal yang ganjil dengan gerakan kuda-kuda, pukulan atau tendangan di wushu, gerakan yang sama sekali tidak ada kemiripan atau belum pernah saya pelajari. Tapi itulah wushu, dalam tahap awal kita dilatih agar setiap gerakan yang dilakukan bukan hanya dipengaruhi oleh keseimbangan, kelenturan dan kekuatan, tapi juga kerja sama antara otak kanan dan kiri. Jika sudah benar-benar menguasainya maka kita akan dapat mengasilkan gerakan yang cepat, refleks dan mengalir. Kadang sembari latihan, otak saya seperti memikirkan rumus matematika yang sulit, bagaimana agar gerakannya bisa seimbang antara tubuh sebelah kanan dan kiri.

Dibandingkan jurus (taolu) Wushu, saya lebih memilih untuk mempelajari tarung bebasnya (Shansou), karena menurut saya itulah beladiri sebenarnya dan merasa postur tubuh saya ini sudah mulai kurang kelenturan dan keseimbanganya untuk berlatih keindahan jurus. Dalam latihan pertarungan, teknik yang diajarkan memang seperti apa yang terjadi dalam pertarungan nyata, gerakan menyerang dan menghindar yang cepat, serta dalam wushu banyak bagian tubuh yang dapat digunakan sebagai senjata. Berlatih memukul di Wushu sama saja dengan mempelajari tinju, dan tendangan yang diajarkan membuat saya sedikit banyak juga berlatih gerakan kick boxing. Ada juga penambahan yang sangat berarti dibandingkan teknik beladiri lain yang pernah saya ikuti, yaitu beberapa teknik bantingan. Jadi, selain menedang dan memukul kita juga diperbolehkan membanting lawan pada saat bertarung. Begitu banyak yang saya dapatkan dalam olahraga Wushu ini. Meski tidak sampai mahir, Wushu adalah olahraga yang tidak akan pernah saya lupakan.

Mungkin wushu adalah olahraga beladiri saya yang terakhir, tapi disaat latihan wushu saya juga menyempatkan diri untuk menambah ilmu pada olahraga beladiri silat. Awalnya disebabkan niat saya yang ingin mencoba olahraga beladiri negeri sendiri, dan juga ingin mengikuti beladiri yang tidak hanya berlatih kontak secara fisik saja. Maka pilihan saya jatuh pada silat Meperti Putih. Jika untuk beladiri kontak fisik saya lebih memilih Wushu, maka untuk selain itu saya memilih Merpati Putih.

Meskipun disebut silat tangan kosong, pada dasarnya Merpati Putih lebih mengutamakan kekuatan tenaga dalam diri kita sendiri. Untuk itu sebagai dasar kita diajarkan tahap-tahap untuk mengeluarkan tenaga itu dari dalam tubuh kita. Latihan pernapasan bisa dikatakan yang paling penting dalam olahraga ini, dan itu mencakup setiap aspek dasar latihan seperti pemanasan ataupun disetiap melakukan gerakan. Untuk gerakan kuda-kuda, tendangan dan pukulan hampir sama dengan beladiri lain yang pernah saya ikuti, perbedaanya terletak pada pernapasan ketika melakukan gerakan. Dan dalam olahraga Silat mempunyai ciri yang sangat khas dibandingkan olahraga beladiri lain, yaitu gerakan kembangan. Selain itu saya juga belajar gerakan khas silat lainya seperti sapuan, totokan, dan lain sebagainya. Selain berbeda dengan beladiri lain, silat Merpati Putih juga memiliki sedikit perbedaan meskipun dengan olahraga yang sama-sama disebut silat. Di Merpati Putih saya berlatih untuk dapat fokus terhadap konsentrasi pernapasan sendiri, juga melatih alam bawah sadar dan kesemua indera kita secara peka, itu semua tidak lain adalah cara untuk memunculkan tenaga dari dalam tubuh kita. Selanjutnya saya juga memasuki tahap pembuktian tenaga dalam selama telah mengikuti latihan, uji coba dilakukan dengan cara pemukulan benda keras, melakukan segala aksi dan perkiraan dengan cara mata ditutup. Semakin lama kita berlatih dan tinggi tingkatan, maka semakin mahir ilmu yang kita dapat. Sayangnya karena terkendala satu dan lain hal, saya juga tidak terlalu lama berlatih Merpati putih.

Hingga akhirnya sampai sekarang ini. Karena dari olahraga Wushu, atas alasan memperdalam gerakan, saya juga sempat berlatih judo dan brazilian jiujitsu. Ada persamaan dari kedua bela diri ini, yaitu teknik membanting. Hanya saja pada olahraga beladiri brazilian jiu jitsu saya juga dilatih cara menggunakan teknik kuncian. Selain itu, pada olahraga brazilian jiujitsu saya juga dilatih dua cara melakukan pertarungan, yaitu teknik berdiri/di atas (stand up) dan duduk/di bawah (sit down). Hasil akhir dari kedua cara pertarungan itu adalah sama, lawan harus terkunci dan dinyatakan kalah jika sudah menyerah.

Dibandingkan pertarungan olahraga lain, sebenarnya brazilian jiujitsu adalah olahraga beladiri paling aman dan tidak terlalu menguras stamina, meskipun untuk latihan dan pemanasanya tetap berat dan menguras stamina. Itu dilakukan untuk mendapatkan kekuatan otot maksimal yang sangat diperlukan dalam bertarung selain teknik. Pada olahraga beladiri bantingan dan kuncian seperti ini, hal dasar yang paling penting adalah cara jatuhan dan kuncian. Maka, kedua hal itu juga yang menjadi tambahan ilmu baru saya selama mempelajari olahraga beladiri.

Rasanya saya sudah banyak mengoceh, berbicara panjang lebar mengenai olahraga beladiri yang pernah saya ikuti. Dan kini sampailah pada kesimpulan dari tulisan ini. Mengenai pemahaman filosofi seperti apa yang saya dapat dari olahraga yang sangat saya cintai ini. Ini hanya berdasarkan pemikiran saya semata, dan mohon maaf jika ada ketidak sesuaian dengan kawan-kawan lain yang sama-sama pencinta olahraga beladiri, dan mungkin yang sudah bisa disebut Professional. Ini semua tidak lepas dari keinginan saya untuk berpendapat, tapi tanpa memperdulikan kepasitas pengetahuan saya sendiri.

Semakin sering kita berlatih bela diri, maka semakin sering mendapat pengalaman dan jam terbang. Apalagi juga disempatkan dengan berlatih beberapa olahraga bela diri lain, tentu akan banyak perbandingan yang kita ketahui dari masing-masing olahraga beladiri tersebut. Perbedaan-perbedaan yang dapat saling melengkapi, tapi perlu adanya ketekunan berlatih setiap gerakan, agar dapat memadu padankan apa yang pernah kita pelajari demi mencapai sebuah kesempurnaan. Dan kekurangan terbesar saya adalah, tidak benar-benar mengusai secara penuh dari setiap gerakan beladiri yang pernah saya latih.

Tapi, dengan semakin bertambahnya pengalaman dan jam terbang dari beberapa olahraga beladiri, satu pengalaman berarti yang didapat adalah, “Di atas langit masih ada langit”. Semakin sering berlatih dan bertemu dengan orang yang berbeda-beda dapat membuat kita semakin tahu kekurangan kita, karena untuk kelebihan selalu lebih mudah jika ingin disebutkan. “Karena kau hanya memijak tanah yang beratapkan langit ini, maka kau katakan hanya beginilah alam. Tapi jika kau sudah dapat melihat apa yang ada di ujung langit sana, maka kau baru tahu bahwa bumipun hanya secuil”. Jika sudah mengerti akan hal itu, “Kau boleh menengadah hanya untuk mencari tahu apa yang ada di atas, tapi kembali menunduk jika sudah berada di atas. Karena yang di bawah juga ingin melihatmu yang di atas”.

Karena kecintaan terhadap olahraga ini, banyak beladiri yang pernah saya ikuti, serta berbagai gerakan yang saya pelajari. Pengalaman-pengalaman secara khusus perlahan menempa diri, mental dan cara bersikap saya sebagai seseorang pecinta olahraga, karena saya tidak berani menyebut diri sebagai seorang petarung. Dan tentu saja untuk meraih itu semua bukanlah hal mudah, apalagi jika sanggup bertahan lama hingga sekarang. Dari awal yang hanya sekedar tertarik pada olahraga ini, kemudian menjadi suka dan akhirnya cinta hingga sulit untuk melepaskan. Dalam keseharian, sudah tertanam cara berpikir untuk selalu menyehatkan diri, terus mengasah apa yang selama ini sudah dilatih. Otot, urat, persendian, seluruh tubuh telah terbiasa untuk selalu digerakkan. Ini semua memang terlihat kasar yang hanya secara fisik belaka, tapi bukan berarti selalu memaksakan diri dan tidak pernah mengenal lelah, hanya saja dengan terus berlatih batas maksimal kelelahan itu akan bertambah dan menjadi bukan seperti orang lain biasanya. Lagipula kau memang tidak akan pernah jenuh melakukan apa yang kau sukai, dengan rutin berlatih akan menggali kekuatan fisik terdalam yang selama ini tidak pernah disadari.

Dan meskipun ini menyangkut fisik, tetapi dalam kehidupan bisa terbawa sebagai sebuah kepribadian. Dengan berolahraga dapat menjadikan orang yang lebih suka aktif dan kreatif secara positif, percaya diri karena yakin akan kesehatan jiwa dan raganya. Khususnya dengan olahraga beladiri, akan dididik untuk bermental pemberani setidaknya dapat menjadi pahlawan dalam kehidupan sendiri, dengan memegang prinsip penting “takkan pernah takut jika memang benar”.

Sekali lagi saya mengatakan tulisan ini bukan niat untuk menyombongkan diri, saya sadar akan kemampuan yang belum ada apa-apanya untuk pantas disebut petarung meski sering berlatih beladiri. Olahraga ini bagi saya hanya sekedar hobby, ketertarikan awal berasal dari kesenangan belaka, kemudian menjadi kecintaan setelah perlahan memahami manfaatnya dari sisi raga. Dan terutama secara jiwa, karena yang lebih penting bagi saya adalah olahraga ini yang membawa pengaruh besar dalam membentuk kepribadian dalam kehidupan. Sedangkan berlatih beladiri untuk menjadi seorang petarung, mungkin harus memiliki pemahaman dan cara yang berbeda dengan pendapat saya itu. “Hidup bisa dikatakan sebagai sebuah pertarungan, mungkin suatu saat kau akan bertarung untuk membela diri, tapi membela diri itu tidak harus bertarung”.

Lantas dari sekian banyak olahraga beladiri yang pernah dilatih, tentu saja saya dirasa mempunyai pandangan sendiri mengenai beladiri yang paling efektif. Dan setiap orang tentu memiliki pandangan yang berbeda, apalagi mengenai olahraga beladiri yang mempunyai kelebihanya masing-masing. Dari sisi logika orang awam juga pantas jika berujar bahwa semuanya tidak akan ada arti, apabila dalam kenyaatanya keefektifan tersebut tetap tergantung pada situasi kondisi di zaman sekarang, yakni “siapa yang cepat dan siapa yang banyak maka dialah pemenang”. Untuk itu terlalu sempit jika olahraga beladiri hanya diartikan dengan bertarung semata, dengan berusaha memahami filosofi beladiri sebenarnya adalah jalan untuk mendapatkan kepribadian seorang pemenang yang dapat membela diri tanpa harus bertarung.

Tapi jika saya tetap harus disuruh memilih mengenai olahraga beladiri apa yang paling efektif, maka pilihan itu tidak dapat tertuju kepada salah satu olahraga beladiri saja, meski itu melalui kelebihan utama dari masing-masing olahraga beladiri yang pernah saya pelajari. Saya harus menggunakan logika dalam hal ini serta lepas dari semua teori-teori gerakan pertarungan, mementingkan indahnya gerakan, kecepatan dan kekuatan ketika memukul atau menendang, yang secara wajar tetap saja akan berbenturan dan sama-sama menguras banyak waktu dan tenaga untuk menentukan siapa pemenangnya, bisa menghindar dan mengelakpun sama saja, semua bisa tak terduga karena cukup karena stamina maka teknik yang kau kuasaipun bisa tak berarti. “Kalah jadi arang, menang pun jadi abu”.

Begitulah pertarungan dalam olahraga beladiri, tetapi saya tetap akan mencoba menetukan pilihan saya sendiri. Saya teringat perkataan Rosulullah SAW akan olahraga beladiri yang disebutkanNya dalam Al Quran adalah gulat. Maka, setelah saya coba memahami berdasarkan apa yang selama ini saya dapat dalam olahraga beladiri, hal itu memang benar. Selama ini pertarungan seperti itu yang lebih sering terlihat di kehidupan sehari-hari. Gulat adalah olahraga beladiri yang secara umum dilakukan dengan bergumul, dan pada zaman sekarang olahraga ini diaplikasikan melalui kekuatan utama yang terletak pada tangkapan, bantingan dan kuncian. Kau mungkin tidak perlu mahir untuk menedang dan memukul, tapi cukup dengan memiliki kekuatan itu untuk jadi dapat pemenang dalam pertarungan.

Sikap bertarung dalam gulatpun lebih tenang hingga nafas bisa terkontrol dan stamina yang dikeluarkan pun tidak lebih besar dibandingkan olahraga beladiri lain. Jika dalam beladiri lain, kau selalu mencari cara yang bahkan bertubi-tubi tak jelas untuk melakukan serangan dengan kekuatan dan kecepatn maksimal. Tapi dengan gulat, kecepatan dan kekuatan dikeluarkan secara terarah dan sesekali jika yakin dapat mengunci lawan. Ada satu olahraga beladiri gulat yang pernah saya pelajari dan sekarang ini sedang digandrungi, mungkin karena keefektifanya dalam aplikasi bertarung. Brazilian Jiu Jitsu.

Sekian pendapat dari orang sok tahu ini.

Tidak ada komentar: